Tag:
santri
Suaraislam.id
Ikuti Aksi Solidaritas Santri, Ribuan Massa Serukan Jogja Anti Miras
Yogyakarta (SI Online) – Ribuan santri yang tergabung dalam “Aksi Solidaritas Santri Jogja” tumpah ruah di halaman Polda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Selasa (29/10/2024).Mereka melakukan aksi solidaritas atas insiden penusukan terhadap santri dan menolak peredaran minuman keras (miras) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).Aksi damai ini diawali dengan doa bersama oleh massa yang hadir. Membakar semangat, massa menyanyikan lagu Indonesia Raya, Yalal Waton, dan diakhiri dengan Mars Banser seraya mengibarkan bendera tangan Merah Putih dan Nahdlatul Ulama (NU).Aksi yang dipimpin oleh pemuka agama di DIY ini diterima langsung oleh Kapolda DIY, Irjen Pol Suwondo Nainggolan, yang membuka sambutannya dengan memuji bahwa menjadi santri adalah sebuah perjuangan.“Jadi santri itu meninggalkan keluarga, jadi perjuangannya luar biasa. Terhadap kamtibmas saya paling bertanggung jawab,” sebut Suwondo.Dia bilang, Polda DIY telah berkomunikasi dengan berbagai pihak dalam menjaga lingkungan kondusif. Sehingga kejadian penusukan terhadap santri di Prawirotaman, Kota Yogyakarta menjadi kabar yang membuatnya prihatin.“Kami selalu berkomunikasi dengan seluruh stakeholder. Kejadian kemarin mengejukan, saya simpati dan menyesal,” ujar Suwondo.Suwondo juga menyatakan, Polda DIY akan tanggung jawab dengan peristiwa penusukan tersebut. “Saya laporkan kami telah melakukan penangkapan 2 (terduga pelaku), kemudian berkembang jadi 5 (terduga pelaku),” kata Suwondo.Terakhir, Suwondo mendapat laporan jajarannya telah menangkap lagi 2 terduga pelaku utama penusukan terhadap santri di Prawirotaman, pada Senin (28/10/2024).“Alhamdulillah pelaku yang melakukan penusukan pukul 23.00 sudah tertengkap. Semua karena Gusti Allah,” ujarnya.Suwondo juga membeberkan alasan polisi lambat dalam penanganan kasus. Sebab tidak segera melakukan pers rilis meski sudah menangkap terduga pelaku.“Kami tidak langsung rilis, karena tidak boleh terburu-buru. Belum menagkap yang utama,” kata Suwondo.Suwondo lantas menyatakan, koordinasinya dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DIY membuahkan kesempakatan untuk meminimalkan peredaran miras.“Kalau sudah dirapikan, tidak boleh lagi nambah. Atas kejadian ini (insiden penusukan santri), saya atas nama pribadi dan Polda DIY mohon maaf,” tegasnya yang disambut pekik dan sorak dari massa aksi.KH Hasan Abdullah jadi salah satu yang berorasi dalam aksi solidaritas santri di Polda DIY. Dia mengaku bangga dengan ribuan santri yang rela turun terbakar panas matahari dalam menyuarakan tolak miras di DIY.Melalui kesempatan ini, Hasan menyatakan bahwa aksi solidaritas juga bentuk keinginan santri untuk mengenal Kapolda DIY. Dia juga berterima kasih aksinya telah diterima oleh Polda DIY.Selanjutnya, dia mendesak agar pelaku penusukan terhadap santri ditindak dengan proses hukum yang tuntas dan adil.“Apa yang dilakukan polisi cermin sikap budaya. Kami juga berterima kasih dengan gubernur yang melakukan respons cepat. Kami yakin akan berdampak signifikan,” kata dia.Dia lantas menekankan, aksinya dapat bergelombang lebih besar dan luas. Jika peredaran miras di DIY tidak mendapat penanganan maksimal.“Kalau persoalan miras tidak tuntas, kami pastikan persoalan tidak selesai,” tegasnya.“Ini hanya dua persen dari seluruh santri di DIY dan di antar orangtua yang anaknya hidup di bawah ancaman miras. Kalau persoalan miras tidak tuntas, akan hancur (negara) dipimpin oleh generasi sampah yang tidak diharapkan,” cecarnya.Ketua Ansor DIY sekaligus Koordinator Umum Aksi Solidaritas Santri Yogyakarta, Abdul Muiz, juga menyatakan kesiapannya mengerahkan gelombang yang lebih besar.“Ini dua persen saja bisa menggetarkan DIY. Mudah-mudahan ke depan tidak ada tragedi (kekerasan akibat pelaku terpengaruh miras),” kata dia.Abdul Muiz lantas mengajak massa aksi untuk ikut mengucapkan tuntutan terhadap Polda DIY.1. Tangkap dan adili semua pelaku2. Berikan keadilan untuk korban dan keluarga3. Jaminan keamanan di lingkungan masyarakat4. Solidaritas untuk korban5. Pengawasan ketat untuk mencegah kekerasan6. Evaluasi peraturan daerah tentang miras7. Komitmen menegakkan keadilan.sumber: tirto.id
Hidayatullah.com
Ribuan Santri ‘Serbu’ Mapolda Yogyakarta Tolak Peredaran Miras dan Tuntut Pelaku Penusukan
Hidayatullah.com—Ribuan santri “menggeruduk” Polda DIY untuk menuntut semua pelaku penusukan terhadap santri Pondok Pesantren (Ponpes) Krapyak di Prawirotaman, Kota Yogyakarta ditangkap. Mereka menggelar aksi di depan Mapolda DIY, Ring Road Utara, Sleman, Selasa (29/10/2024).“Kami mendesak aparat penegak hukum untuk segera menangkap semua pelaku, memprosesnya secara hukum dan menyeretnya ke pengadilan guna mempertanggungjawabkan perbuatan mereka. Hukum harus ditegakkan dengan seadil-adilnya,” tegas Abdul Muiz, Koordinator Aksi Solidaritas Santri Yogyakarta kepada media Selasa (29/10/2024).suasana depan Mapolda DIY,piye Pak Pol wani ora nutup kabeh warung dan toko miras se DIY, nek ora wani mengko diewangi bolo² santri sweeping miras pic.twitter.com/KNS0FfrECg— Mas Teguh Bantul (@teguhsd) October 29, 2024Selain itu, mereka juga menolak peredaran minuman keras (miras) di DIY. Miras ditengarai menjadi penyebab kasus penusukan. Peserta aksi juga menggelar istigasah atau doa bersama di halaman depan Mapolda DIY.Abdul Muiz menuntut pemerintah, aparat keamanan dan lembaga terkait untuk meningkatkan keamanan di semua sektor. Setiap tempat, kata Abdul, harus bebas dari ancaman kekerasan dan setiap individu yang berada di dalamnya berhak merasa aman.Ia mendesak pemerintah untuk meninjau ulang dan merevisi peraturan daerah tentang pengendalian pengawasan miras. Serta pelarangan miras oplosan agar lebih efektif dalam mencegah tindak pidana kriminal yang disebabkan oleh konsumsi miras tersebut.“Kami menyerukan peningkatan pengawasan di wilayah Yogyakarta untuk mencegah tindakan kekerasan di masa depan. Termasuk dalam hal ini mengevaluasi dan mengendalikan peredaran miras yang kian marak karena satu botol miras dapat memicu seribu kriminalitas,” kata Abdul.Ribuan santri dari berbagai wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta(DIY) mendatangi Markas Polda DIY, Sleman, D.I Yogyakarta, Selasa, untuk menuntut penuntasan kasus penusukan dua santri Ponpes al-Munawwir Krapyak Yogyakarta pada Rabu (23/10).Selain santri, aksi juga diikuti mahasiswa, Banser, Pagar Nusa, Fatayat, Ansor, dan pejabat PWNU DIY lain sebagainya. Mereka berdatangan mulai pukul 09.00 WIB menggunakan sepeda motor, serta bus.Di tengah massa aksi itu, Kapolda DIY Irjen Pol Suwondo Nainggolan menyatakan dirinya bertanggung jawab penuh atas penuntasan kasus itu.“Kejadian kemarin sungguh mengagetkan kami, dan yang pertama saya menyampaikan rasa simpati dan perasaan menyesal atas peristiwa itu dan saya menyatakan tanggung jawab atas peristiwa tersebut,” ujar Suwondo.Suwondo menuturkan bahwa pada awal penanganan setelah kejadian, polisi berhasil menangkap dua orang pelaku dan kemudian bertambah lagi menjadi lima orang.Kemudian dari pemeriksaan lima orang tersebut, pada Senin malam (28/10), jajarannya kembali menangkap seorang yang diduga mengumpulkan para pelaku.“Dan yang lebih alhamdulillah, pelaku yang melakukan penusukannya tertangkap tadi malam pukul 23.00 WIB,” ujar dia.Terkait detail hasil penanganan kasus itu, Suwondo berjanji segera memaparkan melalui konferensi pers pada Selasa (29/10) sore.“Kami tidak bisa langsung rilis, masih ada prosedur yang harus dilalui karena ini menyangkut nasib orang. Kami perlu waktu, dan kami janji, nanti sore akan kami rilis para pelakunya,” ujar dia.Ketua PWNU DIY KH. Zuhdi Muhdlor menyampaikan dukungan agar kepolisian segera menuntaskan penanganan kasus penusukan dua santri.Zuhdi menyebut kasus penusukan dua santri Ponpes Krapyak tersebut menjadi kado yang menyakitkan di tengah suasana peringatan Hari Santri 2024.“Kami berterima kasih atas penangkapan para pelaku dan kami siap bekerja sama untuk proses selanjutnya. Kepada Gubernur DIY, kami menyampaikan terima kasih atas respon cepat dalam koordinasi dengan Pemkab dan Pemkot,” ujar dia.Aksi ditutup dengan pembacaan selawat, doa bersama, pembacaan sumpah pemuda, dan kemudian massa aksi membubarkan diri secara tertib.Diketahui, kasus penusukan tersebut terjadi pada Rabu (23/10) di Jalan Prawirotaman, Mergangsan, DI Yogyakarta. Polisi menjelaskan bahwa peristiwa itu bermula ketika serombongan remaja yang berjumlah sekitar 25 orang sedang bersantai di kawasan itu.Pada saat itu, mereka sedang mengonsumsi minuman keras di sebuah kafe di sisi timur Jalan Parangtritis, Brontokusuman, Yogyakarta.Kemudian, beberapa orang dari rombongan tersebut menghampiri tempat orang yang berjualan sate dan melakukan penusukan dengan senjata tajam terhadap pembeli sate. Usai melakukan penusukan, rombongan langsung meninggalkan lokasi.Peristiwa penusukan ini mengakibatkan dua orang korban yang merupakan santri Pondok Pesantren Krapyak, mengalami luka. Korban pertama berinisial SF (19), seorang santri asal Rembang, Jawa Tengah. Ia mengalami luka robek di perut bagian kiri dan mendapatkan tiga jahitan.Korban kedua berinisial MA (23), seorang santri asal Pati, Jawa Tengah. Korban menderita luka pada bagian kepala, tangan, dan kaki akibat pukulan benda keras.*
Hidayatullah.com
Desakan Penutupan Toko Miras Mencuat, Imbas Peristiwa Penusukan Santri Kerapyak
Hidayatullah.com— Aksi gelombang protes mengusut tuntas kasus penusukan santri Krapyak mencuat. Para santri dan alumni Krapyak dari berbagai kota berdatangan ke Yogyakarta untuk memberikan dukungan.Musibah yang terjadi di Prawirotaman Jalan Prangtritis-Yogyakarta pada 23 Oktober itu juga mengundang perhatian Rabitah Ma’ahid Islamiyah (RMI) PWNU Daerah Istimewa Yogyakarta.Ketua RMI PWNU DIY, KH Muh Nilzam Yahya melalui pernyataan sikap yang ditandatangani bersama Sekretarisnya KH Zar’anuddin hari Kamis (24/102024) petang menyatakan, kekerasan ini telah menciptakan rasa takut santri.“Kejadian tersebut telah menciptakan keresahan dan rasa takut di kalangan santri, orang tua, serta masyarakat pesantren,” ujar Nilzam Yahya.Terkait hal ini, RMI juga mendesak aparat segera menangkap dan memproses pelaku penusukan.“Kami mendesak Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta untuk segera menangkap pelaku penusukan dan memprosesnya sesuai dengan hukum yang berlaku. Kami mengharapkan keadilan ditegakkan dan hukuman yang setimpal diberikan kepada pelaku tindak kekerasan ini,” katanya.Tak lupa ia juga meminta aparat keamanan menertibkan peredaran Minuman Keras (Miras).“Kami juga mendesak agar Kepolisian dan Pemerintah melakukan penertiban yang lebih ketat terhadap peredaran miras, yang kami yakini menjadi salah satu faktor penyebab tindakan kriminal tersebut. Kami berharap ada penegakan hukum yang tegas terkait distribusi dan konsumsi miras, terutama di sekitar pesantren dan lingkungan pendidikan,” tambah dia.Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI tersebut dalam keterangan tertulis pada Jumatrejrejog (25/10/2024) meminta Pemda DIY serta pihak kepolisian untuk meninjau ulang dan memperketat perizinan toko-toko Miras yang akhir-akhir ini mudah sekali ditemui di Yogyakarta.“Pemda dan Kepolisian harus meninjau ulang dan memperketat perizinan toko-toko miras. Butuh berapa banyak korban lagi?,” kata anggota MUI tersebut.Menurut Senator asal DIY tersebut, Pemda DIY memiliki banyak sumber pendapatan. Tidak perlu takut kehilangan penghasilan pajak hanya karena menutup toko-toko miras. Menurutnya, masih banyak sumber pendapatan daerah lainnya.KronologiPeristiwa penusukan terjadi hari Rabu (23/10/2024), sekitar pukul 21.25 WIB di di sebelah timur Jalan Parangtritis, Prawirotaman Yogyakarta. Akibat insiden itu dua korban remaja berinisial SF (19) warga Kabupaten Rembang, Jawa Tengah dan MA (23) penduduk Kabupaten Pati Jateng. Keduanya mengalami luka- luka dan dilarikan ke RS Pratama Yogyakara.Musibah bermula saat sekitar 25 orang nongkrong sembari mengkonsumsi Miras di sebuah cafe sekitar TKP. Kemudian dari rombongan tersebut ada yang melempar gelas ke jalan dan diikuti rombongan yang lain menyeberang ke arah barat tempat orang jualan sate.Saat sejumlah orang menyebrang ke arah barat, terjadilah penusukan dengan senjata tajam terhadap pemuda yang kebetulan sedang membeli sate.Korban SF mengalami luka robek perut bagian kiri dan dijahit tiga, serta luka memar pada bagian kepala tangan dan kaki akibat pukulan balok dan kursi, sedangkan MA mengalami luka pada bagian kepala tangan kaki akibat pukulan benda keras.*
Hidayatullah.com
2 Santri Ditusuk ‘Pemabuk’, Forum Ukhuwah Islamiyah Serukan Pemberantasan Miras
Hidayatullah.com – Seruan untuk melarang peredaran minuman keras menyeruak setelah aksi penusukan dan penganiayaan dua santri oleh gerombolan orang di Jalan Parangtritis, Yogyakarta.Forum Ukhuwah Islamiyah (FUI) menyampaikan rasa prihatin atas kejadian yang menimpa santri Pondok Pesantren Krapyak. FUI juga mengutuk aksi yang menjadi bukti nyata bahwa minuman keras adalah sumber kerusakan masyarakat.“Karena miras… Santri sedang beli sate pun ditusuk. Karena mirass… Klithih merajalela,” menurut postingan bersama yang diunggah @masjidjogokariyan di Instagram pada Jumat (25/10/2024).Forum Persatuan Ormas Islam se-Daerah Istimewa Yogayakarta itu pun mengajak masyarakat untuk menolak peredaran miras di Yogyakarta.“Mari bersama-sama menolak peredaran miras di Yogyakarta! #JagaJogja,” imbuhnya.Menurut Kasi Humas Polresta Jogja AKP Sujarwo, insiden bermula saat gerombolan remaja berjumlah sekitar 25 orang nongkrong sambil menenggak minuman keras di sebuah kafe di sisi timur Jalan Parangtritis, Brontokusuman, kota Jogja.Salah satu dari gerombolan itu melempar gelas ke jalan. Sementara, ada sejumlah orang dari gerombolan tersebut yang menyeberang ke arah Barat, ke tempat orang yang berjualan sate.“Lalu terjadilah penusukan dengan senjata tajam terhadap salah satu pembeli sate,” kata Sujarwo kepada RadarJogja pada Kamis (24/10/2024).Kepada Kasatreskrim Kompol Probo Satrio, salah satu korban menerangkan dirinya sedang membeli sate saat didatangi sejumlah orang yang tiba-tiba menusuknya.*
Mediaislam.id
Santri Miliki Tanggung Jawab Besar sebagai Pilar Bangsa
Jakarta (Mediaislam.id) – Di tengah derasnya arus perubahan global dan perkembangan teknologi, Hari Santri 22 Oktober 2024 menjadi lebih dari sekadar peringatan tahunan.
Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Marsudi Syuhud menekankan pentingnya peran santri dalam pembangunan bangsa.
“Santri harus menjadi manusia yang diberkahi Allah dengan kemampuan untuk memegang amanah,” ujarnya pada Selasa (22/10/2024)
Dalam pandangan Kiai Marsudi, santri memiliki tanggung jawab besar sebagai pilar bangsa. “Harapannya, mereka bisa menjadi pilar dalam membangun bangsa,” tegasnya menyampaikan peran penting santri dalam kemajuan negara.
Namun, harapan tersebut tidak datang tanpa tantangan besar. Era disrupsi saat ini, yang ditandai dengan perubahan masif akibat teknologi, mengharuskan para santri untuk tidak hanya terampil dalam ilmu agama, tetapi juga melek teknologi.
Wakil Sekretaris Jenderal MUI, KH Arif Fahrudin, mengungkapkan bahwa tantangan terbesar saat ini adalah memastikan agar ilmu para ulama dan santri tetap menjadi rujukan utama di tengah derasnya informasi digital.
“Kalau dulu orang mencari rujukan agama dengan mendatangi para ulama, sekarang banyak yang mengambilnya dari media digital yang belum tentu terverifikasi,” katanya.
Kiai Arif menjelaskan bahwa pendidikan pesantren harus dapat menyesuaikan diri dengan tantangan zaman. Menurutnya, penting untuk tetap menjaga kualitas pendidikan yang holistik, yang tidak hanya fokus pada ilmu pengetahuan tetapi juga pembentukan karakter dan moralitas.
“Santri tidak hanya dididik untuk menjadi ahli agama, tetapi juga untuk mampu beradaptasi dan menghadapi tantangan zaman yang serba digital,” tambahnya.
Dia mengingatkan bahwa disrupsi yang terjadi saat ini menimbulkan fenomena yang disebut sebagai “matinya kepakaran,” di mana otoritas ulama mulai terancam oleh banyaknya informasi yang tidak terverifikasi di internet.
“Kita harus memastikan agar klaim ‘matinya kepakaran’ ini tidak mendapatkan legitimasi yang kuat. Ilmu para kiai, santri, dan ulama tidak bisa digantikan oleh algoritma,” tegasnya.
Kiai Arif menambahkan bahwa santri memiliki posisi unik dalam masyarakat Indonesia, karena selain berperan sebagai penjaga moralitas, mereka juga dapat menjadi agen perubahan yang kritis terhadap berbagai isu sosial dan politik.
“Kalau dalam kaidah fikih disebutkan ‘amrun bisyain amrun biwasailihi,’ artinya jika kita menghendaki peran maksimal dari ulama, maka peran maksimal dari santri dan pesantren juga harus diwujudkan,” ujarnya.
Hal ini menunjukkan pentingnya sinergi antara pendidikan agama dan keterlibatan aktif dalam berbagai persoalan masyarakat.
Menurut Kiia Arif, posisi ulama dan santri tidak akan tergantikan sepenuhnya oleh perkembangan teknologi, karena mereka memiliki aspek-aspek yang tidak dimiliki oleh mesin, seperti hati, interpretasi, dan reputasi.“Kiai, ulama, dan santri itu punya hati dan pengalaman yang tidak bisa diprogramkan dalam algoritma,” katanya.
Kiai Marsudi dan Kiai Arif sepakat bahwa santri harus mampu menjaga amanah dan berkontribusi dalam membangun bangsa, dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai keislaman dan beradaptasi dengan perubahan global.
Dengan demikian, santri tidak hanya menjadi pewaris tradisi, tetapi juga pemimpin masa depan yang mampu menjawab tantangan-tantangan baru di era digital.
sumber: muidigital
Mediaislam.id
Cegah Kekerasan di Pesantren, Kiai Ma’ruf Amin Usulkan Pembentukan Dewan Kiai
Bogor (MediaIslam.id)- Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin mengatakan, ciri pesantren adalah tempat untuk mendidik bukan sebagai tempat kekerasan.
“Pesantren itu tentu kita awasi dengan dekat ya, sebenarnya kan pesantren yang ada seperti itu kasus ya, bukan ciri pesantren,” kata Kiai Ma’ruf Amin di Rawagede, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Ahad (13/10).
Kiai Ma’ruf juga menyampaikan, pesantren merupakan tempat untuk mencetak seseorang menjadi berakhlak mulia. Jika ada tindak kekerasan di pesantren, kata dia, maka bukan bagian dari santri yang hendak memajukan pesantren.
“Ketika ada kasus itu, itu penyimpangan. Ini berarti bukan orang pesantren, membangun pesantren, bukan santri dia. Kalau santri kan tidak punya watak seperti itu, jadi itu ada penyelundupan. Penyelundupan, penyelewengan, orang bukan santri menggunakan pesantren menimbulkan masalah,” ujar mantan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu seperti dilansir ANTARA.
Oleh sebab itu Wapres meminta agar nantinya ada semacam Dewan Kiai yang bertugas untuk mengawasi pesantren agar tidak terjadi tindak kekerasan.
“Nah ini kita minta nanti juga, nanti ada semacam Dewan Kiai untuk mengawasinya, jangan sampai terjadi hal-hal yang seperti itu,” kata dia.
Lebih lanjut, mantan Rais Aam PBNU itu menegaskan, keberadaan pesantren sampai saat ini masih penting guna menciptakan orang-orang yang paham agama.
“Kenapa pondok itu perlu? Karena memang pesantren itu tempat mencetak orang-orang yang paham agama, bahasa yang biasa kita gunakan menyiapkan orang yang paham agama. Karena apa? Karena orang yang paham agama itu orang yang melanjutkan perjuangan, karena para ulama ini tidak semuanya hidup selamanya, dia akan meninggal satu-satu, harus ada penggantinya,” tuturnya. []
Suaraislam.id
Madura Gudangnya Santri, Ini Enam Pondok Pesantren Terbaik di Sumenep
Sumenep (SI Online) – Kabupaten Sumenep adalah sebuah kawasan di ujung timur Madura. Wilayah ini tak hanya dikenal dengan belasan keratonnya, tapi juga Pondok Pesantren sebagai tempat belajar dan memperdalam ilmu-ilmu keislaman dengan kualitas terbaik.Bagi warga Sumenep secara khusus atau Madura secara umum, Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan yang sangat akrab bagi mereka. Tidak afdhal bila warga Madura tidak mengenyam pendidikan di Pesantren atau mondok.Pendidikan Islam melalui Pondok Pesantren memang menjadi pilihan utama bagi mayoritas masyarakat Madura dengan harapan mereka memiliki keseimbangan(tawazun) antara dunia dan akhirat.Di Pondok Pesantren santri akan mendapatkan ilmu yang seimbang, antara ilmu keislaman dan ilmu umum untuk menghasilkan generasi muslim yang berkualitas dan bisa menjadi pribadi yang berbudi dan berakhlak mulia.ADS: Ingin mengenal organisasi profesi dalam bidang farmasi di Kota Ambon? Anda bisa mengunjungi pafipckabsumenep.org. PAFI turut mengembangkan profesi kefarmasian di daerah, serta melatih dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya obat-obatan yang aman.Para calon santri diberi kesempatan untuk mengikuti sistem Pondok Pesantren Salafiyah, Khalafiyah, atau gabungan keduanya.Seperti dikutip dari JemberNetwork.com, berikut adalah daftar Pondok Pesantren terbaik di Sumenep yang bisa dijadikan referensi untuk para wali dan calon santri dalam memilih tempat belajar:Pondok Pesantren Al-AmienPondok Pesantren Al-Amien didirikan oleh Kiai Djauhari Chotib yang dirintis sejak 1959 dan diresmikan pada 1971.Sampai saat ini, Pondok Pesantren Al-Amien menjadi salah satu Pondok Pesantren terbaik yang ada di Sumenep.Pondok Pesantren ini ada di Jalan Pamekasan-Sumenep, Dusun Mornangka, Desa Pragaan Laok, Kecamatan Pragaan, Sumenep, Jawa Timur.Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan sendiri merupakan salah satu pesantren di Sumenep yang mengelola 13 jenjang pendidikan dari TK hingga perguruan tinggi.
Mediaislam.id
Bagi Kalangan Santri, Langkah Perjuangan Kiai Hasyim Asy’ari Lampaui Zaman
Surabaya (MediaIslam.id) – Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur KH Abdul Hakim Mahfudz menyatakan, semangat pendiri NU Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari dalam mengobarkan api juang layak diteruskan dan dikembangkan untuk mengisi kemerdekaan Indonesia.
“Bila dicermati pemikiran dan langkah perjuangan Kiai Hasyim Asy’ari, sesungguhnya lebih maju dan melampaui zaman bagi kalangan santri. Karena itu, kita bertanggung jawab untuk terus merawat dan selalu mengobarkan semangat juang itu,” kata Gus Kikin, sapaan akrabnya, di Surabaya, Ahad (29/09/2024), seperti dilansir ANTARA.
Gus Kikin menjelaskan, dampak dari fatwa jihad untuk perang sabil juga cukup dahsyat sehingga pemenang Perang Dunia II justru kehilangan jenderal.
Sejarahwan NU, Riadi Ngasiran, menambahkan, Fatwa Djihad Kiai Hasyim Asy’ari (17 September 1945), yang ditujukan kepada masyarakat luas, terutama kaum santri dan umat Islam itu diperkuat dengan keputusan PBNU yang mengeluarkan peringatan untuk pemerintah pada saat itu, yakni Resolusi Djihad NU di Surabaya (22 Oktober 1945).
“Pada saat perang dan kondisi belum aman, masa Revolusi Fisik 1945-1945, NU telah mengeluarkan Resolusi Djihad NU di Purwokerto (hasil Muktamar NU pada tanggal 26-29 Maret 1946). Semua itu menjadi bukti andil nyata umat Islam atau Nahdlatul Ulama bagi perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia,” katanya.
Penulis buku “Perang Sabil di Surabaya, Resolusi Jihad NU 1945” itu mengingatkan, pentingnya nilai juang yang dikobarkan pendiri NU bagi generasi muda.
“Keputusan agama dan politik NU (Fatwa Jihad Kiai M Hasyim Asy’ari tanggal 17 September 1945 dan Resoloesi Jihad NU tanggal 22 Oktober 1945) itu memperoleh dukungan besar dari organisasi keagamaan di Indonesia, seperti Rakyat Muslimin Kebumen yang mengeluarkan mosi agar umat Islam bersungguh-sungguh mempertahankan Republik Indonesia,” katanya.
Selain itu, pada tanggal 7-8 November 1945, Umat Islam Indonesia juga menyelenggarakan Muktamar Islam Indonesia di Yogyakarta. Muktamar Islam Indonesia itu menyerukan seluruh umat Islam Indonesia untuk memperkuat persiapan untuk berjihad fi Sabilillah. []