Nael Barghouti: Tahanan Palestina Terlama, sudah Dipenjara 44 Tahun

Share

Tahun 2009, Nael Barghouti memecahkan Rekor Dunia Guinness sebagai tahanan politik terlama di dunia 

Hidayatullah.com | NAEL BARGHOUTI, mungkin satu-satunya tahanan terlama di dunia. Meski sudah dipenjara selama 44 tahun, keluarganya tetap berharap bisa melihatnya dibebaskan suatu hari nanti.

“Dia akan merasakan kebebasan sekali lagi,” kata istrinya, Iman Nafi’, kepada Anadolu Agency dalam sebuah wawancara eksklusif.  “Aku akan berada di sini menunggunya,” katanya, dengan air mata mengalir di pipinya. 

Pada bulan November 2023 ini, ia memasuki tahun ke-44 di penjara penjajah, dimana ia telah menghabiskan 34 tahun di penjara secara terus-menerus, merupakan masa penahanan terlama dalam sejarah Gerakan Nasional Palestina yang ditahan di penjara Zionis, meskipun ada kesepakatan pertukaran tahanan.

Nael dibebaskan tahunsebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tahanan antara kelompok perlawanan Palestina Hamas dan ‘Israel’ pada tahun 2011. 

Masa Kecil

Nael Saleh Abdullah Al-Barghouti lahir pada tanggal 23 Oktober 1957 di desa Kobar di Kegubernuran Ramallah dan Al-Bireh, tempat ia menjalani tahap awal hidupnya.

Ia memperoleh pendidikan sekolah dasar di desa Cooper, dan melanjutkan untuk menyelesaikan sekolah menengah pertama dan menengah atas di Sekolah Pangeran Hassan di Birzeit.

Saat dia sedang mempersiapkan ujian sekolah menengahnya, dia, saudaranya Omar, dan sepupu mereka Fakhri Barghouti ditangkap tentara Zionis pada bulan April 1978.

Ia dituduh membunuh seorang perwira ‘Israel’ di utara Ramallah, membakar pabrik minyak, dan mengebom sebuah kafe. Mereka semua dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.

Barghouti adalah seorang yang rajin membaca. Ia dikenal di kalangan tahanan karena budayanya yang luas dan kecintaannya pada sejarah, dan mereka menganggapnya sebagai otoritas dalam tahapan perjuangan Palestina.

Di penjara, dia belajar bahasa Ibrani dan Inggris, dan setelah dibebaskan pada tanggal 18 Oktober 2011 berdasarkan kesepakatan antara Hamas dan ‘Israel’, dia kembali belajar sejarah di Universitas Terbuka Al-Quds, namun penjajah kembali menangkapanya menghalangi dia untuk melanjutkan pendidikannya..

Perjuangan dan Perlawanan

Ia dikenal karena ketangguhannya sejak kecil, dan ia memulai perjalanannya di awal konfrontasi dengan tentara penjajah ‘Israel’ pada tahun 1967, ketika pasukannya memasuki Tepi Barat dan mencapai gerbang desa Kobar dan mengebomnya.

Saudara laki-lakinya Omar dan sepupunya Fakhri, naik ke atap rumah mereka, di mana mereka mengumpulkan tumpukan batu dan mulai mengucapkan “Allahu Akbar”.

Dia bergabung dengan sel perlawanan dan pembebasan Palestina bersama saudaranya Omar ketika dia masih muda. Dia ditangkap pertama kali pada tanggal 18 Desember 1977, dan dijatuhi hukuman 3 bulan penjara.

Dia ditangkap kembali 14 hari setelah pembebasannya atas tuduhan melawan penjajah, bersama sepupunya Fakhri Barghouti, dan mereka berdua dijatuhi hukuman mati, sementara dirinya dihukum penjara seumur hidup dan 18 tahun.

Setelah sebelumnya mencoba bergabung dengan “Front Populer untuk Pembebasan Palestina”, Nael kemudian tergabung dalam Gerakan Fatah dan yakin perlawanan sebagai jalan untuk membebaskan negaranya yang telah dirampas Zionis.

Setelah gerakan tersebut mengalami perpecahan pada tahun 1983 akibat hengkangnya revolusi Palestina dari Beirut dan menderita konflik internal, Nael dan saudaranya Omar beralih ke Fatah Al-Intifada.

Aktifitasnya dalam pembebasan Palestina menyebabkan keluarganya mengalami pengejaran tentara ‘Israel’. Ayah dan saudara laki-lakinya, Omar, dibebaskan pada tahun 1985 sebagai bagian dari perjanjian pertukaran dengan “Komando Umum Front Populer”, namun penjajah menolak untuk mencantumkan namanya di dalamnya atau di dalam daftar kesepakatan pertukaran yang telah disepakati dalam kerangka negosiasi pihak penjajah yang mendukung pembentukan Otoritas Palestina (PA) pada tahun 1993.

Menyusul munculnya gerakan-gerakan Islam di arena Palestina dan partisipasi kuat mereka dalam melawan penjajah, saudaranya Omar akhirnya memilih bergabung dalam gerakan Hamas, sementara dia ditahan saat itu di penjara Al-Junaid di Nablus pada tahun 1995.

Ia telah kehilangan orang tuanya saat berada di penjara. Ayahnya meninggal pada bulan Oktober 2004, kemudian ibunya menyusul di bulan yang sama tahun berikutnya, tanpa dia bisa mengucapkan selamat tinggal kepada mereka.

Iman Nafi’, istri Nael berharap suaminya bisa bebas (AA)

Nael dibebaskan pada 18 Oktober 2011 sebagai bagian dari kesepakatan antara Hamas dan ‘Israel’. Di mana seorang tentara Zionis bernama Gilad Shalit ditukar dengan lebih dari 1000 tahanan Palestina di penjara-penjara ‘Israel’.

Setelah dibebaskan, Nael menikah dengan tahanan perempuan yang telah dibebaskan, namanya Iman Nafi’. Ia menikah tanggal 18 November tahun yang sama, dan memulai hidup baru di desanya Kober, di mana ia bekerja mengolah tanah.

Sayang, kebebasanya juga hanya sementara saja. Sebab ia dikenakan tahanan rumah di Ramallah, di mana ia diharuskan datang tiap bulan ke Pusat Komando Militer ‘Israel’ di Pemukiman Beit El untuk menandatangani “bukti kehadiran.”

Setelah hampir 32 bulan situasi ini, penjajah ‘Israel’ kembali menangkapnya pada tanggal 18 Juni 2014 sebagai bagian dari kampanye penangkapan besar-besaran menargetkan banyak para pejuang Palestina yang telah dibebaskan Zionis.

Dia dijatuhi hukuman 30 bulan penjara, dan penjajah menolak untuk melepaskannya setelah menjalani hukumannya. Bahkan setelah melewati masa hukuman, penjajah kembali memvonisnya seumur hidup.

Pengacaranya mengajukan beberapa banding dan petisi terhadap keputusan untuk mengembalikan hukuman sebelumnya (seumur hidup dan 18 tahun) tanpa ada keputusan yang dikeluarkan mengenai hal tersebut.

“Empat puluh tahun adalah waktu yang sangat lama untuk hidup dalam kesedihan dan penindasan, memikirkan berapa banyak orang yang lahir dan yang lainnya meninggal saat Nael masih dipenjara,” kata saudara perempuannya, Hanan Barghouthi. 

“Sangat sulit bagi saya dan seluruh keluarga untuk melalui semua ini sementara Nael dikurung di sel oleh pendudukan yang kejam,” katanya kepada Anadolu suatu ketika. 

Pada tahun 2009, Nael memecahkan Rekor Dunia Guinness sebagai tahanan politik terlama di dunia. 

Nael Barghouthi telah mengirimkan banyak pesan dari penjaranya selama masa penahanannya yang menekankan pentingnya persatuan nasional sebagai dasar untuk membebaskan tahanan Palestina dan memulihkan identitas Palestina yang kuat dan terbebas dari belenggu Zionis ‘Israel’.*

Sumber Klik disini

Table of contents

Read more

Local News