Tag:

Israel

3 Juta Warga ‘Israel’ Alami Trauma dan Depresi sejak 7 Oktober 2023

Hidayatullah.com—Laporan resmi ‘Israel’ mengungkapkan bahwa tiga juta warga menderita gangguan stres pascatrauma setelah peristiwa 7 Oktober 2023, tetapi hanya 0,6 persen dari mereka yang menerima perawatan karena kegagalan sistem perawatan kesehatan di negara penjajah tersebut.Laporan tersebut dikeluarkan pada hari Selasa oleh Pengawas Keuangan Negara Matanyahu Engelman tentang kegagalan pemerintah penjajah ‘Israel’ dalam merawat warga sebelum dan sesudah pecahnya perang.Laporan tersebut mengungkap serangkaian kegagalan dan kurangnya kesiapan sistem kesehatan mental, menurut media ‘Israel’.“Laporan Pengawas Keuangan Negara tentang perawatan kesehatan mental bagi korban serangan 7 Oktober menunjukkan kegagalan dan runtuhnya sistem kesehatan mental,” kata Calcalist.“Hanya sekitar 0,6 persen dari populasi yang menerima perawatan kesehatan mental melalui organisasi manajemen kesehatan (HMO) dan pusat ketahanan, meskipun 38 persen dari populasi melaporkan gejala sedang hingga berat,” selama enam bulan pertama perang.Dalam sebuah laporan tentang sistem kesehatan mental, Pengawas Keuangan Negara Matanyahu Engelman mengatakan bahwa setelah serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023 dan genosida ‘Israel’ ke Gaza, sekitar 3 juta orang di antara populasi dewasa mengalami kecemasan, depresi, dan gejala gangguan stres pascatrauma (PTSD).“Sistem kesehatan mental, yang kesulitan berfungsi bahkan sebelum 7 Oktober, runtuh pada hari-hari pertama perang,” kata Engelman dikutip Time of ‘Israel’.Menurut temuan laporan itu, diperkirakan 580.000 warga ‘Israel’ menderita setidaknya satu gejala PTSD pada tingkat yang parah sebagai akibat langsung dari peristiwa 7 Oktober dan akibatnya.Survei tersebut dilakukan oleh Pengawas Keuangan Negara pada bulan April 2024, enam bulan setelah genoside ‘Israel’ dimulai pada tanggal 7 Oktober, diperkirakan sekitar 1.200 orang tewas dan sebanyak 251 orang ditawan pejuang Hamas.Engelman mengatakan bahwa ia menyampaikan temuan pertamanya kepada perdana menteri pada tanggal 13 November 2023, setelah mengunjungi zona konflik di selatan dan utara negara tersebut segera setelah pembantaian dan dimulainya perang.Ia menuduh Menteri Kesehatan Uriel Buso dan Direktur Jenderal Kementerian Moshe Bar Siman-Tov tidak memperbarui persiapan sistem kesehatan mental untuk perang dan peristiwa traumatis lainnya, meskipun ada penilaian Otoritas Manajemen Darurat Nasional yang pertama kali diterbitkan pada tahun 2001.Setelah perang meletus dan ribuan warga ‘Israel’ dievakuasi, Engelman mengatakan bahwa sistem kesehatan mental gagal dalam perawatannya terhadap para pengungsi.Sistem tersebut beroperasi “tanpa pendekatan terstruktur, bersamaan dengan inisiatif sukarelawan lokal, dan tanpa menjaga kesinambungan dan dokumentasi perawatan,” kata Engelman.Dari sampel pengawas keuangan yang terdiri dari 1.010 orang dewasa, sepertiga dari peserta melaporkan gangguan stres pascatrauma atau gejala depresi sedang atau berat. Sekitar seperlima melaporkan gejala kecemasan.Survei tersebut memperkirakan bahwa sekitar 900.000 orang akan mencari bantuan untuk masalah kesehatan mental di masa mendatang.Namun, hingga saat ini, laporan tersebut menemukan bahwa sejak pembantaian tersebut, dana kesehatan dan pusat kesehatan telah memberikan perawatan kepada kurang dari satu persen populasi.Menurut Engelman, dari 10.500 anak yang dievakuasi dari Sderot, perawatan hanya diberikan kepada 440 (4%).Dari orang dewasa, hanya sekitar 11% dari semua pengungsi dari komunitas selatan dan utara yang menerima perawatan kesehatan mental dari dana kesehatan dan pusat ketahanan hingga akhir 24 Maret.*

Keuntungan Restoran Amerika Pro Israel Turun 39% Akibat Boikot

Washington (Mediaislam.id) – Laba Restoran Americana menurun sebesar 39% pada tahun 2024, akibat kampanye boikot terhadap merek yang dituduh mendukung kejahatan genosida Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza. Kemarin, Rabu, perseroan mengungkapkan penurunan pendapatan bersih perusahaan sebesar 38,8% pada tahun 2024, menjadi sekitar 595,35 juta riyal ($158,8 juta), dibandingkan dengan laba bersih sekitar 972,99 juta riyal ($259,4 juta) pada tahun 2023. Americana Restaurants mengatakan dalam pernyataan di situs Saudi Tadawul bahwa selama tahun 2024, mereka mencatat penurunan pendapatan sebesar 9% menjadi sekitar 8,24 miliar riyal ($2,2 miliar). Perusahaan mengaitkan penurunan ini dengan “penurunan penjualan akibat ketegangan geopolitik yang sedang berlangsung di kawasan, serta lemahnya permintaan konsumen di beberapa pasar, selain fluktuasi nilai tukar mata uang asing.” Ia menilai perusahaan “mencatat pemulihan bertahap sepanjang tahun, didukung oleh inisiatif strategis untuk meningkatkan interaksi dengan pelanggan, aktivitas promosi, dan perluasan aset digital.” Americana adalah operator restoran terbesar di kawasan Timur Tengah, Afrika Utara, dan Kazakhstan dalam hal jumlah restoran di negara tempatnya beroperasi, menurut situs web perusahaan. Perusahaan ini mengoperasikan merek global seperti KFC, Pizza Hut, Hardee’s, Krispy Kreme dan TGI Fridays. Merek-merek ini menghadapi boikot di Timur Tengah karena tuduhan mendukung Israel, atau karena sebagian dimiliki oleh perusahaan yang dituduh mendukung pendudukan Israel. Dengan dukungan Amerika, Israel melakukan genosida di Gaza antara 7 Oktober 2023 dan 19 Januari 2025, menyebabkan sekitar 160.000 warga Palestina syahid tewas dan terluka, sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dan wanita, dan lebih dari 14.000 orang hilang. sumber: infopalestina

Kartu Merah Untuk ‘Israel’, Fans Celtic Serukan Seluruh Suporter Sepak Bola Dukung Palestina

Hidatatullah.com – Pendukung klub Celtic menyerukan kepada suporter sepak bola di seluruh penjuru dunia untuk terus mendukung Palestina, salah satunya dengan mengibarkan bendera Palestina.Seruan itu setelah aksi fans Celtic membentangkan banner besar bertuliskan ‘Berikan Kartu Merah kepada Israel’ dalam laga Liga Champion antara Celtic vs Bayern Munich pada Kamis (13/02/2025).“Tadi malam, para pendukung Celtic menampilkan ‘Israel’ kartu merah. Ini adalah pesan langsung kepada UEFA dan FIFA untuk melaksanakan statuta masing-masing dan menangguhkan ‘Israel’ dari kompetisi,” tulis North Curve Celtic di X pada Kamis.North Curve menegaskan bahwa ‘Israel’ sedang melakukan genosida dan pembersihan etnis dengan menerapkan apartheid, dan secara ilegal menduduki wilayah Palestina.“Semua ini adalah pelanggaran terhadap hukum internasional,” imbuhnya.Menurut North Curve, dalam 15 bulan ‘Israel’ telah membunuh setidaknya 382 pesepakbola dan sedikitnya 235 olahragawan. Dari jumlah tersebut, 96 diantaranya adalah anak-anak dan 286 diantaranya adalah pemuda.Tak hanya itu ‘Israel’ juga telah menghancurkan 147 fasilitas sepak bola dan 140 fasilitas olahraga di seluruh Palestina. ‘Israel’ juga mencegah sepak bola dimainkan di seluruh Palestina.North Curve Celtic turut menyerukan seluruh suporter sepak bola di dunia untuk mengikuti langkah mereka dengan terus mendukung Palestina dan mendesak UEFA dan FIFA untuk menangguhkan ‘Israel’ dari kompetisi sepak bola.“Kami mengajak para penggemar sepak bola di seluruh dunia yang menghargai kehidupan, kemanusiaan, martabat, kebebasan, perdamaian dan keadilan untuk berani dan menggunakan panggung Anda untuk menentang kejahatan ‘Israel’ dan mendukung Palestina,”“Anda dapat mengambil sikap dengan mengikuti gerakan Tunjukkan Kartu Merah untuk ‘Israel’ dan mengibarkan bendera Palestina. Sepak bola adalah alat yang sangat kuat. Jika dunia sepak bola bersatu untuk mengisolasi ‘Israel’, maka arena-arena lain pasti akan mengikuti contoh ini,”Ini bukan pertama kalinya suporter Celtic menunjukkan dukungan kepada Palestina. Beberapa pekan setelah dimulai operasi Thufan Al-Aqsha pada 7 Oktober 2023, fans Celtic mengibarkan banyak bendera Palestina saat pertandingan Liga Champions melawan Atletico Madrid.*

Iran Bisa Bikin Fasilitas Nuklir Baru Bila yang Ada Sekarang Diserang Musuh

Hidayatullah.com– Presiden Iran Masoud Pezeshkian, hari Kamis (13/2/2025), mengatakan bahwa musuh-musuh Teheran bisa saja menyerang fasilitas nuklir milik negaranya, tetapi mereka tidak bisa menghalangi Iran untuk membuat yang baru.Hal itu disampaikan Pezeshkian setelah koran Washington Post melaporkan bahwa intelijen Amerika Serikat meyakini Israel tampaknya akan melakukan serangan pendahuluan terhadap program nuklir Iran pada pertengahan tahun ini.“Mereka mengancam kita dengan mengatakan mereka akan menyerang fasilitas nuklir… Apabila kalian (musuh) menghancurkan seratus maka kami akan membangun seribu… Kalian bisa saja menghantam bangunan-bangunan dan berbagai tempat, tetapi kalian tidak bisa menghancurkan orang-orang yang membangunnya,” tegas Pezeshkian, menurut laporan media pemerintah Iran seperti dilansir Reuters.Hari Senin (10/2/2025) dalam wawancara dengan Fox News, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa Israel kemungkinan akan menyerang Iran, sementara pihaknya lebih suka jika membuat perjanjian dengan Iran guna mencegah negara itu memiliki senjata nuklir.“Semua orang berpikir Israel, dengan bantuan kami atau persetujuan kami, akan bertindak dan membom mereka semua (Iran, red). Saya lebih suka hal itu tidak terjadi,” kata Trump.Pada hari Kamis, pemimpin Angkatan Udara Iran Hamid Vahedi berkata, “Kami sampaikan kepada semua negara, kawan maupun lawan, bahwa doktrin negara kami adalah defensif, tetapi kami akan merespon dengan kekuatan terhadap serangan musuh.”Konflik Iran-Israel memanas seiring dengan situasi di Palestina.*

Pemerintah Italia Mengaku Pakai Spyware Buatan Israel tetapi Bantah Memata-matai Jurnalis dan Aktivis

Hidayatullah.com– Pemerintah Italia hari Rabu (12/2/2025) membantah tuduhan bahwa pihaknya memata-matai jurnalis dan aktivis migran dengan menggunakan spyware buatan perusahaan Israel bernama Paragon Solutions, tetapi mengakui selama bertahun-tahun menggunakan jasa perusahaan tersebut.Platform berbagi pesan WhatsApp milik Meta pada 31 Januari memberitahukan para penggunanya di seluruh wilayah Uni Eropa bahwa mereka menjadi target serangan spyware menggunakan teknologi dari perusahaan siber Israel Paragon Solutions.Dalam sebuah pernyataan yang dirilis Meta dari kantornya di Italia, WhatsApp mengatakan bahwa platformnya “diganggu” oleh spyware Paragon yang menarget sejumlah penggunanya, termasuk para jurnalis dan aktivis, lapor Associated Press.Spyware Paragon buatan Israel tersebut memiliki teknologi pengintaian setara kemampuan militer.Setelah koran The Guardian mengangkat isu itu ke publik, pemerintah Italia pada 5 Februari mengkonfirmasi bahwa sedikitnya tujuh ponsel orang Italia tersangkut dengan masalah itu dan pihaknya sudah meminta Badan Keamanan Siber Nasional, yang memberikan pertanggungjawabannya ke kantor perdana menteri, untuk melakukan investigasi. Dikatakan bahwa ponsel-ponsel lain yang terkena sasaran memiliki nomor berasal dari Belgia, Yunani, Latvia, Lithuania, Austria, Siprus, Republik Ceko, Denmark, Jerman, Belanda, Portugal, Spanyol, dan Swedia.Berbicara kepada anggota majelis rendah parlemen Italia pada hari Rabu, Menteri Kabinet Luca Ciriani mengkonfirmasi bahwa pemerintah selama bertahun-tahun memiliki kontrak dengan Paragon Solutions untuk memberikan jasa pengumpulan informasi dan data intelijen guna kepentingan memerangi teroris dan ancaman lain yang membahayakan negara. Namun, Ciriani bersikukuh mengatakan bahwa tidak ada hukum yang dilanggar dan membantah bahwa pemerintah menggunakan teknologi itu untuk memata-matai jurnalis secara ilegal. Ciriani mengancam akan menggugat hukum pihak-pihak yang memberikan klaim sebaliknya.The Guardian melaporkan bahwa Paragon menghentikan kontraknya dengan Italia setelah serangan spyware tersebut terungkap ke publik. Namun, Ciriani mengatakan bahwa kontrak jasa intelijen tersebut masih terus berlangsung.Dilansir Associated Press, Koran Israel Haaretz melaporkan bahwa Paragon memiliki dua kontrak dengan Italia untuk Graphite, teknologi pengintaian setara kemampuan militer yang bisa meretas ponsel-ponsel pintar yang terenkripsi.*

‘Israel’ Cemas Mesir Kerahkan Penguatan Militer di Semenanjung Sinai”

Hidayatullah.com— Beberapa hari terakhir banyak warga Mesir sibuk memantau media sosial terkait beredarnya video pengerahan kendaraan militer Mesir di Sinai Utara, dekat perbatasan Rafah dengan Jalur Gaza, menimbulkan banyak pertanyaan.Pengerahan kendaraan militer yang bertepatan dengan eskalasi atas pernyataan Presiden Donald Trump tentang pemindahan penduduk Jalur Gaza, menyebabkan beberapa pengamat di ‘Israel’ khawatir dan cemas.Pakar militer dan strategis Mesir, Mayor Staf Umum Mohamed Refaat Gad, menjelaskan bahwa Mesir memperkuat pasukan dan langkah-langkah keamanannya di perbatasan, sejalan dengan persyaratan keamanan nasional dan ukuran ancaman yang ada.Dia juga menunjukkan bahwa bala bantuan keamanan Mesir telah dilakukan secara berkala sejak awal Genosida ‘Israel’ di Jalur Gaza pada Oktober 2023.“Mesir mengambil tingkat keamanan tertinggi di perbatasannya dan mengintensifkan pengintaian dan pemantauan situasi keamanan yang cermat dan berkelanjutan,” katanya.Selain itu, ia menekankan bahwa gerakan militer di Sinai dianggap sebagai hak berdaulat dan sah negara Mesir dalam kerangka menjaga stabilitas internal dan keamanannya di Sinai atau menjaga ketertiban umum.Tetapi dia mengatakan langkah-langkah itu bisa mengganggu dari perspektif ‘Israel’ jika mereka melampaui aturan yang ditetapkan oleh perjanjian damai atau jika mereka menimbulkan keraguan tentang niat militer Mesir.Mantan jenderal militer Mesir dan pemikir strategis Samir Farag mengaitkan pengerahan kendaraan militer ini dengan sikapPresiden Al-Sisi dalam posisi tegasnya menolak pengungsian warga Palestina, yang digagas Donald Trump.Ia menekankan peran kuat Kementerian Luar Negeri dalam mengkomunikasikan posisi tegas Mesir tentang masalah Palestina.Dikutip Russian Times (RT) edisi Bahasa Arab, Farag menunjukkan bahwa ada tuntutan public untuk agar Presiden al-Sisi tidak menghadiri undangan Trump ke Amerika Serikat, guna mempresentasikan dan menunjukkan pada dunia terkait posisi Mesir yang tidak berubah terhadap perjuangan Palestina.“Tentara ‘Israel’ tidak siap untuk berperang melawan tentara kami, tidak dapat masuk ke dalam perang dua tahun lalu, kami adalah salah satu negara paling kuat di dunia, tentara kami siap, setiap minggu dalam aktivitas, dan angkatan bersenjata sepenuhnya siap,” ujarnya hari Rabu (12/2/2025).Sementara itu, Mantan Wakil Duta Besar ‘Israel’ untuk Mesir Ruth Wasserman Landa memperingatkan tentang runtuhnya hubungan dengan Mesir.“Saya tidak berpikir ada alasan untuk membatalkan perjanjian damai secara drastis, meskipun saya pikir perkembangan terakhir benar-benar dramatis dan tidak dapat diremehkan sama sekali,” kata Landa saat diwawancarai jurnalis ‘Israel’, Gadi Ness di Radio 104.5 FM.“Namun saya sarankan untuk mencoba melihatnya secara rasional, karena kita tahu bahwa alasan perang terdiri dari dua komponen utama: yang pertama adalah kemampuan, dan komponen kedua adalah kemauan untuk berperang. Sangat disayangkan bahwa Mesir memiliki kemampuan hebat dan tingkat kesiapan tempur yang tinggi yang membutuhkan penjelasan,” ujar dia.“Dari sudut pandang yang sama sekali tidak tersirat, skenario acuan yang menjadi sasaran latihan Mesir adalah ‘Israel’. Dalam hal kemampuan, mereka menempatkan pasukan di Semenanjung Sinai dan memiliki bala bantuan tingkat tinggi, yang menurut saya sangat mengkhawatirkan,” tambahnya.Ia melanjutkan penumpukan dan penguatan militer Mesir di Smenanjung Sinai dinilai sangat nyata, yang bukan masalah sederhana dan memerlukan penjelasan.Ia menambahkan, sejak 7 Oktober 2023, Mesir telah berada di level tertinggi dan mengekspresikan dirinya dengan kuat, yang berarti tidak menyisakan ruang untuk keraguan tentang ketakutannya terhadap kerusuhan dan “pemindahan warga Palestina ke tanahnya, yang dianggapnya sebagai dalih untuk perang.”Kementerian Luar Negeri Mesir telah memperingatkan untuk pertama kalinya dalam sebuah pernyataan resmi mengenai bahaya visi Amerika untuk menghilangkan perjuangan Palestina dan mengusir warga Palestina dari Jalur Gaza yang akan mengancam perdamaian di kawasan tersebut.Pernyataan Kementerian Luar Negeri Mesir menekankan bahwa “setiap visi untuk menyelesaikan masalah Palestina harus mempertimbangkan upaya menghindari membahayakan pencapaian perdamaian di kawasan tersebut, sejalan dengan upaya untuk membendung dan menangani penyebab dan akar konflik.”Pejabat militer dan politik ‘Israel’ lain membunyikan “peringatan keras” atas apa yang mereka gambarkan sebagai ‘pengerahan’ militer Mesir di Semenanjung Sinai, menyerukan kehati-hatian dan peringatan terhadap potensi konfrontasi ‘Israel’ dengan Mesir di masa mendatang.Menurut The New Arab, Mesir juga khawatir tentang tentara ‘Israel’ yang menurut seruan oleh sayap kanan ‘Israel’ untuk memindahkan penduduk Gaza yang berjumlah lebih dari 2,3 juta jiwa ke Sinai, sebuah prospek yang, menurut Presiden Mesir Abdul Fattah al-Sisi pada Oktober 2023, akan mengancam hubungan Mesir-’Israel’.Sebelumnya Presiden AS Donald Trump telah mengancam akan memotong bantuan AS ke Mesir dan Yordania jika mereka menolak menerima warga Palestina. Berbicara di Gedung Putih, Trump juga memperingatkan bahwa dia akan membatalkan gencatan senjata di Gaza kecuali Hamas membebaskan semua sandera ‘Israel’ pada hari Sabtu ini.Donald Trump juga mengatakan pada hari Ahad bahwa dia berkomitmen untuk “membeli dan memiliki Gaza”, tetapi dapat mengizinkan bagian dari tanah itu dibangun kembali oleh negara-negara lain di Timur Tengah.Donald Trump juga sempat mengancam akan memotong bantuan ke Mesir dan Yordania jika mereka tidak menerima pengungsi Palestina berdasarkan rencananya untuk menggusur penduduk Jalur Gaza.Pinjaman IMF ke MesirPenasihat di Sekolah Tinggi Komandan dan Staf Mesir mengatakan bahwa kemungkinan Donald Trump akan memainkan kartu IMF dan pinjaman yang diberikan kepada Mesir untuk menekan dan membatasi Kairo.Donald Trump akan memainkan “kartu ekonomi” dengan kuat, tetapi soliditas dan kohesi rakyat Mesir dan menunjukkan logam sejati kepada Mesir akan menggagalkan skema ini.Bagaimanapun, Rencana Trump telah menuai kecaman global, dengan para pemimpin regional dan dunia mengatakan langkah seperti itu akan mengancam stabilitas regional.*

Penjajah ‘Israel’ Dirikan 9 Pangkalan Permanen di Suriah Selatan

Hidayatullah.com – Entitas zionis ‘Israel’ secara diam-diam telah membangun semacam zona pengamanan di dalam wilayah Suriah, meliputi sembilan lokasi yang sudah dalam tahap pembangunan, menurut Radio Angkatan Darat ‘Israel’ pada Senin.Tentara Israel telah membangun sembilan pangkalan yang membentang dari Gunung Hermon dan melalui Quneitra hingga ke wilayah Deraa, yang “tampaknya bersifat permanen.”Saat ini belum ada batas waktu yang ditetapkan untuk berapa lama Israel akan mempertahankan kendali atas zona keamanan ini, namun tentara telah mengkonfirmasi bahwa mereka akan tetap berada di sana hingga dipastikan “tidak ada ancaman terhadap Israel.”Tentara juga telah menjalin “kerja sama keamanan dengan Yordania untuk isu-isu bersama termasuk melawan faksi-faksi di Suriah selatan dan kemungkinan jaringan Hamas.”Tiga brigade tentara saat ini beroperasi di wilayah Suriah, meningkat dari satu setengah batalyon yang ditempatkan di Dataran Tinggi Golan yang diduduki sebelum 7 Oktober 2023, Radio Angkatan Darat menambahkan.Israel pertama kali menduduki sebagian wilayah Dataran Tinggi Golan Suriah selama Perang Enam Hari pada tahun 1967. Setelah Perang Oktober pada tahun 1973, Suriah dan Israel mencapai kesepakatan gencatan senjata yang membentuk zona demiliterisasi di Golan.Setelah tergulingnya rezim Bashar al-Assad pada tanggal 8 Desember, pasukan ‘Israel’ segera menduduki lahan tambahan di zona demiliterisasi dan sekitarnya, termasuk di Gunung Hermon yang strategis.Penjajah ‘Israel’ pertama kali menduduki sebagian wilayah Dataran Tinggi Golan Suriah selama Perang Enam Hari pada tahun 1967. Setelah Perang Oktober pada tahun 1973, Suriah dan Israel mencapai kesepakatan gencatan senjata yang membentuk zona demiliterisasi di Golan.*

Keluarga Tawanan Israel Blokir Jalan, Desak Netanyahu Selesaikan Kesepakatan Gaza

Yerusalem (Mediaislam.id) – Keluarga para tawanan Israel di Gaza berdemonstrasi di Yerusalem barat pada Selasa untuk menuntut pemerintah menyelesaikan kesepakatan pertukaran tawanan dengan Palestina. Puluhan warga Israel memblokir jalan raya utama di kota itu menjelang pertemuan kabinet keamanan pada Selasa untuk membahas nasib perjanjian gencatan senjata Gaza dengan Hamas, demikian laporan Israel Channel 12. Sebuah pernyataan dari keluarga para tawanan menuduh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu “menunda-nunda dan melakukan segala cara” untuk menyabotase perjanjian tersebut. Pada hari Senin, kelompok perlawanan Palestina Hamas mengatakan bahwa mereka akan menunda pembebasan sandera berikutnya sebagai tanggapan atas pelanggaran Israel terhadap perjanjian Gaza. Israel memperkirakan bahwa 76 warga Israel masih ditahan di Gaza, tetapi tidak tahu berapa banyak dari mereka yang masih hidup atau mati. Namun, Israel menahan lebih dari 10.000 warga Palestina di penjara-penjara mereka di tengah-tengah laporan penyiksaan, pelanggaran, dan kelalaian medis. Semakin memperumit situasi, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengusulkan pembatalan gencatan senjata Gaza antara Israel dan Hamas jika semua sandera di Gaza tidak dibebaskan pada Sabtu siang. Kesepakatan gencatan senjata tiga tahap telah diberlakukan di Gaza sejak 19 Januari, menghentikan perang genosida Israel yang telah menewaskan lebih dari 48.000 orang dan menyebabkan daerah kantong tersebut hancur berantakan. Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan pada November tahun lalu untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya, Yoav Gallant, atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong tersebut. [ ]