Tag:

Palestina Terkini

Otoritas Palestina Minta Imbalan Amerika Rp 680 Juta AS Dolar atas Aksinya Melemehkan Pejuang di Jenin

Hidayatullah.com—Otoritas Palestina (PA), sedang meminta bantuan Amerika Serikat (AS) untuk menyetujui rencana empat tahun senilai $680 juta untuk meningkatkan pelatihan pasukan khusus dan meningkatkan pasokan amunisi dan kendaraan lapis baja.Hal ini diungkapkan oleh sumber AS dan sumber yang dekat dengan Otoritas Palestina kepada Middle East Eye (MEE) dalam laporan eksklusifnya pada hari Senin.Situs web itu mengutip sumber AS dan orang yang dekat dengan PA yang mengatakan bahwa rencana keamanan termasuk untuk melatih pasukan khusus dan meningkatkan pasokan amunisi dan kendaraan lapis baja mereka.PA telah mengajukan permintaannya pada pertengahan Desember selama pertemuan dengan pejabat keamanan AS di Kementerian Dalam Negeri Palestina di Ramallah, beberapa hari setelah dimulainya kampanyenya melawan para pejuang di Jenin.Pejabat keamanan PA pada pertemuan tersebut juga mengungkapkan rasa frustrasinya atas apa yang mereka yakini sebagai kegagalan AS memenuhi komitmennya kepada pihak berwenang dengan meningkatkan pasokan senjata dan melatih pasukan khusus.“Para pejabat pihak berwenang meminta dalam pertemuan tersebut agar kebutuhan mereka akan kendaraan lapis baja dan amunisi segera dipenuhi mengingat sulitnya pertempuran dan ketidakmampuan mereka menyelesaikan situasi di kamp Jenin,” kata sumber tersebut kepada MEE.Mereka juga mengeluh bahwa AS belum menyetujui pendanaan untuk pekerjaan renovasi penjara di Bethlehem dan Nablus di Tepi Barat.Pertemuan itu terjadi ketika Otoritas Palestina melancarkan tindakan keras terhadap pejuang Palestina dari Hamas dan Jihad Islam Palestina di Jenin.Pertempuran di kota Tepi Barat bagian utara, yang telah lama menjadi benteng perlawanan Palestina, telah menewaskan sedikitnya delapan orang, menurut laporan media setempat.Seorang mantan pejabat intelijen AS mengatakan kepada MEE bahwa permintaan PA untuk tambahan dana dan senjata masuk akal karena AS telah mendorong PA untuk meningkatkan operasi keamanan di Tepi Barat.Otoritas Palestina sangat penting bagi rencana pemerintahan Presiden AS Joe Biden pascaperang untuk menghancurkan Gaza. Sementara situs Arab, Arabi21 menyebutkan, apa yang dilakukan PA adalah permintaan imbalan setelah menghilangkan kelopok perlawanan dan pejuang di kamp Jenin.Menangkapi pejuang Palestina seorang Komandan Brigade Jenin, Yazid Ja’ayseh, terbunuh akibat serangan pasukan keamanan Otoritas Palestina (PA) pada Sabtu (14/12/2024). Insiden ini terjadi di sekitar kamp Jenin, Tepi Barat.Brigade Jenin adalah kelompok pejuang Palestina yang berbasis di Tepi Barat.Kelompok ini didirikan di kota Jenin pada 2021 oleh tokoh Jihad Islam Palestina (PIJ).Meski tidak sepopuler Hamas, Brigade Jenin juga disebutkan berafiliasi dengan gerakan Hamas yang berpusat di Gaza. Beberapa hari setelah menempak komandan pejuang Jenin, boneka ‘Israel’ ini juga  mengintensifkan operasi militernya terhadap para pejuang Palestina di kamp pengungsi Jenin.Menurut sumber yang dikutip kantor berita Shehab Senin (30/12/2024), pasukan keamanan PA melakukan penggerebekan terhadap akomodasi mahasiswa dan menahan beberapa mahasiswa.Peringatan pejuang PalestinaAkibat aksi dukungannya terhadap penjajah dan tindakan memusuhi saudara Palestinanya sendiri, tiga faksi milisi gerakan pembebasan Palestina –Hamas, Jihad Islam Palestina (PIJ), dan Front Populer untuk Pembebasan Palestina (FPLP)–  mengelurkan pernyataan bersama."نفسنا طويل وأيدينا أطول".. كتائب القسام وكتائب الأقصى في مخيم جنين في بيان: السلطة الفلسطينية تجاوزت الخطوط الحمراء وقتلت الأبرياء بشكل مقصود وممنهج، ولن نقف مكتوفي الأيدي، وحتى الآن لم تروا من بأسنا وسلاحنا إلا القليل القليل#حرب_غزة #الأخبار pic.twitter.com/8Fq4dtucyk— قناة الجزيرة (@AJArabic) January 6, 2025Mereka menyatakan penegasan legitimasi perlawanan bersenjata terhadap Otoritas Palestina (PA) di Tepi Barat, yang selama ini dikenal anteknya penjajah. Pernyataan tripartit ini ditandatangani oleh Hamas, Jihad Islam, dan FPLP.“Pernyataan tersebut menekankan kalau perlawanan bersenjata itu sah dan “tidak diperbolehkan untuk melukainya atau menargetkan pemiliknya (milisi perlawanan Palestina), termasuk para pahlawan dan pejuang perlawanan”,” kata laporan Khaberni, dikutip Selasa (24/12/2024)Sementara itu, seorang jurnalis Palestina dan editor Palestine Chronicle, Ramzy Baroud, dalam sebuah video pendek yang dirilis pada Ahad, menyatakan, aksi pasukan Otoritas Palestina (PA) yang sedang berlangsung di Jenin terkait langsung dengan Washington.Menurutnya, PA ingin menegaskan jika mereka merupakan mitra yang dapat diandalkan bagi ‘Israel’ di Tepi Barat.Bukan hubungan bahagiaMenurut laporan media ‘Israel’, Koordinator Keamanan AS (USSC) untuk ‘Israel’ dan Otoritas Palestina (PA), Jenderal Michael Fenzel, sebelumnya telah bertemu dengan pejabat PA dan meninjau rencana mereka untuk penyerbuan ke Jenin.AS telah memberikan bantuan keamanan kepada PA sejak tahun 1990-an. Setelah Intifada Kedua, AS mendirikan USSC untuk melatih pasukan keamanannya.Sementara kantor di Baitul Maqdis (Yerusalem) terkait dengan Departemen Luar Negeri AS, badan intelijen Amerika dan Departemen Pertahanan memiliki kontak paling rutin dengan pasukan PA.“Ini bukan hubungan yang bahagia,” William Usher, mantan perwira CIA yang bertugas di wilayah Palestina terjajah, Israel,  kepada MEE sebelumnya. “Dan tidak memiliki kedalaman. Hubungan ini pada dasarnya telah direduksi menjadi hubungan keamanan,” katanya.*Baca juga: Otoritas Palestina Bukanlah Perwakilan Negara? Ini 10 Hal yang Perlu Anda Tahu

Hampir 1.000 Masjid Rusak Dibom ‘Israel’

Hidayatullah.com – Sekitar 1.000 masjid rusak parah akibat serangan brutal ‘Israel’ di Gaza selama tahun lalu.Kementerian Wakaf dan Urusan Agama di Jalur Gaza melaporkan bahwa sedikitnya 815 masjid telah hancur dan 151 lainnya rusak sebagian.Pemboman ‘Israel’ juga menyasar 19 pemakaman dan 3 gereja di wilayah pantai yang terkepung itu.Sementara di Tepi Barat yang diduduki, kementerian mencatat 256 insiden penyerbuan para pemukim Yahudi ke dalam Masjid Al-Aqsha.Puncaknya, kementerian mencatat sekitar 2.567 pemukim Yahudi memaksa masuk ke dalam kompleks Masjid Al-Aqsha untuk merayakan hari raya Hanukkah, yang berlangsung selama seminggu mulai 25 Desember hingga 2 Januari.Kementerian juga mendokumentasikan serangan penjajah ‘Israel’ terhadap 20 masjid di Tepi Barat.Ketegangan telah meningkat di seluruh wilayah Palestina yang diduduki akibat perang genosida ‘Israel’ di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 45.800 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, sejak 7 Oktober 2023.Pada bulan November, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.Entitas zionis ‘Israel’ juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perang mematikan di Gaza.*

Penarikan Pasukan ‘Israel’ Sebagai Syarat, Hamas Siap Bebaskan 34 Tawanan

Hidayatullah.com – Gerakan perlawanan Islam Palestina Hamas mengatakan siap untuk membebaskan 34 tawanan sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata dengan ‘Israel’, lapor kantor berita Reuters dan AFP mengutip seorang pejabat kelompok di Gaza itu.Hamas yang mengelola Jalur Gaza telah menyetujui pembebasan para tawanan “sebagai bagian dari tahap pertama kesepakatan pertukaran tawanan”, lapor AFP pada Ahad, mengutip pejabat tersebut.Pertukaran tawanan awal akan mencakup semua wanita, anak-anak, orang tua dan tawanan yang sakit yang ditahan di Gaza, lanjut pejabat tersebut.Namun Hamas membutuhkan waktu untuk menentukan kondisi mereka, katanya. “Hamas telah setuju untuk membebaskan 34 tawanan, baik dalam keadaan hidup atau mati. Namun, kelompok ini membutuhkan waktu satu minggu untuk berkomunikasi dengan para penjaga tawanan dan mengidentifikasi mereka yang masih hidup dan yang sudah meninggal,” kata pejabat Hamas yang namanya tidak disebutkan.Kesepakatan gencatan senjata beserta pembebasan tawanan akan bergantung pada persetujuan ‘Israel’ untuk melakukan penarikan pasukannya dari Gaza dan gencatan senjata permanen, lapor Reuters.Kantor Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu mengatakan pada hari Senin bahwa Hamas belum memberikan rincian mengenai 34 tawanan tersebut kepada mereka.“Sampai saat ini, Israel belum menerima konfirmasi atau komentar dari Hamas mengenai status para sandera yang ada dalam daftar tersebut,” kata kantor Netanyahu dalam sebuah pernyataan.Laporan-laporan ini muncul ketika negosiasi untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata sedang berlangsung di Qatar.Pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden, yang menjadi penengah dalam perundingan ini, berharap akan ada terobosan di menit-menit terakhir dalam perundingan ini sebelum Presiden AS terpilih Donald Trump dilantik pada tanggal 20 Januari.Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pada hari Senin bahwa Washington ingin melihat kesepakatan gencatan senjata di Gaza tercapai sebelum pemerintahan Biden berakhir, tetapi mungkin akan memakan waktu lebih lama.“Kami sangat ingin menyelesaikannya dalam dua minggu ke depan, waktu yang tersisa,” ujar Blinken dalam sebuah konferensi pers di Korea Selatan, di mana ia sedang melakukan kunjungan. “Jika kami tidak dapat menyelesaikannya dalam dua minggu ke depan, saya yakin bahwa proyek ini akan selesai pada suatu saat nanti, mudah-mudahan lebih cepat daripada nanti.”

Tiga Tentara ‘Israel’ terluka dalam Ledakan di Gaza Utara

Hidayatullah.com—Tiga tentara Zionis ‘Israel’ terluka pada Kamis dalam serangan terhadap tank mereka di Jabalia, Gaza utara, melalui alat peledak, lapor media lokal ‘Israel’ pada Jumat.Harian ‘Israel’ Maariv mengklaim bahwa tentara ‘Israel’ memperkirakan pertempuran di Jabalia akan berlanjut selama beberapa hari lagi.“Meskipun Hamas mengalami pukulan di Gaza utara dan Jabalia, mereka terus menantang tentara ‘Israel’ poin demi poin,” tambah laporan media itu.Jabalia kini menjadi “kota hantu,” dengan anjing-anjing terlantar berkeliaran di jalan-jalan yang dulunya ramai dengan kehidupan.“Tidak ada bangunan yang masih berdiri. Setiap bangunan yang masih berdiri penuh dengan pecahan peluru dan granat,” kata harian itu.Penjaah ‘Israel’ melancarkan serangan militer besar-besaran di Jabalia lebih dari tiga bulan lalu, yang menyebabkan puluhan ribu warga Palestina mengungsi, menghancurkan banyak bangunan, dan menyebabkan ribuan korban jiwa.Palestina menuduh ‘Israel’ berusaha menduduki wilayah tersebut, mengubahnya menjadi zona penyangga, dan memaksa penduduk mengungsi melalui pemboman gencar dan pengepungan ketat, sehingga mereka tidak memperoleh makanan, air, dan obat-obatan.Tentara penjajah terus melancarkan perang genosida di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 45.500 korban, sebagian besar wanita dan anak-anak, sejak genosida ‘Israel’ ke Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.Pada November, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.‘Israel’ juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perang mematikannya di Gaza.*/AA

Kepala Polisi Gaza Syahid Jadi Korban Serangan ‘Israel’

Hidayatullah.com – Penjajah ‘Israel’ pada Kamis malam membombardir zona kemanusiaan di Gaza selatan dan menewaskan sembilan orang termasuk kepala kepolisian dan wakilnya.Kelompok penyelamat di Gaza mengatakan pada Kamis (02/01/2024) bahwa dua serangan ‘Israel’ di tempat lain menewaskan 14 warga Palestina.Pasukan ‘Israel’ mengkonfirmasi bahwa mereka telah melakukan serangan di daerah Khan Younis, Gaza selatan, yang menargetkan wakil kepala polisi Hussam Shahwan.Para penyelamat di lokasi mengatakan Shahwan termasuk di antara 11 orang yang syahid dalam serangan ‘Israel’, yang juga menewaskan komandan kepolisian, Mahmud Salah.“Sebelas orang menjadi martir, termasuk tiga anak-anak dan dua wanita, dan 15 orang terluka setelah pesawat penjajah (Israel) mengebom sebuah tenda yang menampung para pengungsi di daerah Al Mawasi, sebelah barat kota Khan Younis di Gaza selatan,” kata kelompok penyelamat dalam pernyataannya, dilansir TRT World pada Kamis.Mahmud Bassal, juru bicara kelompok sipil tersebut, mengatakan bahwa dua perwira polisi senior termasuk di antara para korban tewas.Sesaat setelah tiba, tim penyelamat “menemukan korban luka-luka tergeletak di tanah, sebagian besar dari mereka adalah anak-anak, serta dua orang perempuan yang menjadi martir” di lokasi serangan.“Sekitar 10 tenda rusak, dan api yang tersebar terlihat,” katanya.Sengaja ingin mengacaukan situasiKementerian Dalam Negeri Gaza mengutuk pembunuhan dua perwira senior polisi yang “sedang menjalankan tugas kemanusiaan dan tugas negara dalam melayani rakyat kami”.Kemendagri menuduh penjajah ‘Israel’ menyebarkan “kekacauan” dan memperburuk “penderitaan” di Gaza dengan serangan itu.“Pasukan polisi adalah pasukan perlindungan sipil yang bekerja untuk memberikan layanan kepada warga,” kata pernyataan kementerian itu.Perang genosida yang diluncurkan ‘Israel’ telah menghancurkan infrastruktur dan institusi pemerintah di Gaza. Lembaga kemanusiaan bahkan memperingatkan akan hancurnya tatanan sosial di sana.Kementerian Dalam Negeri mengatakan Salah telah mengabdi selama 30 tahun di kepolisian dan diangkat sebagai kepala polisi enam tahun lalu.Di tempat lain di Gaza, badan pertahanan sipil mengatakan serangan di Jabalia, di bagian utara, menewaskan sedikitnya 10 orang.Serangan itu terjadi sehari setelah Menteri Pertahanan ‘Israel’ Israel Katz mengancam akan mengintensifkan serangan ke Gaza, Palestina.*

Bunuh Diri Kian Marak di Kalangan Tentara ‘Israel’

Hidayatullah.com – Dua puluh delapan tentara ‘Israel’ diyakini melakukan aksi bunuh diri sejak dimulainya perang genosida di Gaza pada Oktober 2023, menurut militer.Dalam sebuah pernyataan, militer ‘Israel’ mengatakan bahwa 17 tentaranya tewas dalam “dugaan bunuh diri” pada tahun 2024.“Angka tersebut lebih tinggi dari tahun 2023 ketika 17 tentara tewas dalam ‘dugaan bunuh diri’, termasuk tujuh orang setelah pecahnya perang,” tambah pernyataan tersebut.Menurut angka yang dirilis oleh militer, setidaknya 891 tentara Israel telah terbunuh dan 5.569 lainnya terluka sejak pecahnya konflik Gaza.Angkatan Darat menjelaskan bahwa 363 tentara terbunuh pada tahun 2024, dan 558 tentara pada tahun 2023, naik dari hanya 44 pada tahun 2022.Namun, angka bunuh diri tentara ‘Israel’ yang sebenarnya diyakini lebih tinggi dari yang diakui oleh militer.Perang Genosida di Gaza“Untuk mencegah aksi bunuh diri, saluran komunikasi bantuan kesehatan mental telah beroperasi sepanjang waktu dan jumlah stafnya telah meningkat,” kata laporan militer.Meskipun Dewan Keamanan PBB menerbitkan resolusi yang menyerukan gencatan senjata segera, penjajah ‘Israel’ terus melanjutkan perang genosida di Gaza yang telah menewaskan hampir 45.600 korban, sebagian besar perempuan dan anak-anak, sejak 7 Oktober 2023.Pada bulan November, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya, Yoav Gallant, atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.Entitas zionis ‘Israel’ juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di Jalur Gaza.*

Otoritas Palestina Larang Aktivitas Al Jazeera di Tepi Barat

Hidayatullah.com – Al Jazeera menyesalkan keputusan Otoritas Palestina (OP) untuk menutup kantornya di Tepi barat dan melarang siaran media yang vokal mengungkapkan kejahatan ‘Israel’ di Palestina yang terjajah.Pernyataan itu dirilis setelah Otoritas Palestina pada Rabu (01/01/2024) memerintahkan penangguhan siaran Al Jazeera dan menuduh jaringan media yang berkantor pusat di Qatar itu menayangkan “konten menghasut”.“Al Jazeera Media Network mengecam keputusan Otoritas Palestina untuk membekukan pekerjaan dan liputannya di Tepi Barat. Al Jazeera menganggap keputusan ini tidak lain adalah upaya untuk menghalangi saluran tersebut untuk meliput peristiwa yang meningkat dengan cepat yang terjadi di wilayah pendudukan,” bunyi pernyataan resmi Al Jazeera pada hari Kamis.“Dan – sayangnya – keputusan seperti itu sejalan dengan tindakan sebelumnya yang diambil oleh pemerintah Israel, yang menutup kantor Al Jazeera di Ramallah,” tambah pernyataan tersebut.Pihak Al Jazeera mendesak OP untuk ‘segera mencabut dan membatalkan keputusan itu’ dan mengizinkan tim-tim medianya untuk melakukan liputan di Tepi Barat ‘tanpa ancaman atau intimidasi’.Adanya larangan tersebut, lanjut Al Jazeera, tidak akan menghalangi komitmennya untuk terus melakukan peliputan profesional atas perisitiwa di Tepi Barat.Keputusan penangguhan Al Jazeera diterbitkan oleh komite kementerian yang terdiri dari kementerian kebudayaan, dalam negeri dan komunikasi. Mereka menuduh peliputan Al Jazeera sebagai “materi yang menghasut dan laporan-laporan yang menipu serta memicu perselisihan” di negara tersebut.Keputusan tersebut diambil setelah Fatah, faksi Palestina yang menguasai Otoritas Palestina, melarang Al Jazeera untuk melakukan peliputan dari gubernuran Jenin di Tepi Barat bagian utara yang diduduki, dengan alasan peliputan baku tembak antara aparat OP dan kelompok-kelompok perlawanan Palestina di daerah tersebut.Fatah pada 24 Desember menuduh Al Jazeera tersebut menebarkan perpecahan di “tanah air Arab kita secara umum dan di Palestina secara khusus” dan mendorong warga Palestina untuk tidak bekerja sama dengan jaringan media tersebut.Menanggapi hal itu, Al Jazeera berbalik mengecam Fatah yang telah menyebarkan “tuduhan menghasut” terkait peliputan perselisihan dengan kelompok perlawanan Palestina di Jenin.Dalam pernyataannya pada hari Kamis, Al Jazeera Media Network mengatakan bahwa mencegah jurnalisnya untuk melakukan tugas mereka adalah “upaya untuk menyembunyikan kebenaran tentang peristiwa di wilayah pendudukan, terutama apa yang terjadi di Jenin dan kamp-kampnya”.Jaringan tersebut mengatakan bahwa mereka “terkejut dengan keputusan ini, yang datang pada saat perang di Jalur Gaza masih berlangsung, dan penargetan dan pembunuhan sistematis terhadap jurnalis Palestina oleh pasukan pendudukan Israel”. Mereka mengatakan bahwa mereka menganggap PA “bertanggung jawab penuh atas keselamatan dan keamanan” semua karyawannya di Tepi Barat yang diduduki.Hamdah Salhut dari Al Jazeera, yang melaporkan dari ibukota Yordania, Amman, mengatakan bahwa penyerangan yang dilakukan oleh aparat OP terhadap kelompok perlawanan di Jenin tidak disukai oleh warga Palestina di Tepi Barat.“OP telah melakukan penggerebekan sendiri yang terpisah dari pasukan Israel… PA telah meningkatkan penggerebekan tersebut dalam empat minggu terakhir,” kata Salhut. “Tindakan keras di tempat-tempat seperti Jenin telah menewaskan beberapa warga Palestina.”Penjajah ‘Israel’ pada bulan September mengeluarkan perintah militer kepada Al Jazeera untuk menutup operasinya setelah mereka menggerebek kantor biro media tersebut di kota Ramallah, Tepi Barat, yang merupakan basis OP.Sementara itu, OP, yang berkoordinasi keamanan dengan ‘Israel’, terus melanjutkan tindakan kerasnya di Jenin – kubu bagi kelompok-kelompok bersenjata Palestina yang menentang penjajahan zionis.Beberapa warga sipil, aparat OP dan pejuang bersenjata telah terbunuh sejak dimulainya “Operasi Lindungi Tanah Air”, termasuk komandan Brigade Jenin, Yazid Ja’ayseh.Pertempuran ini telah meningkatkan kecaman masyarakat terhadap Otoritas Palestina karena bekerja sama dengan ‘Israel’ dan menjalankan agenda Zionis.*

2024,  Tahun Paling Berdarah di Wilayah Jajahan Palestina

Hidayatullah.com— 2024 adalah tahun paling berdarah dan pematikan dalam sejarah penindasan di tanah penjajahan Palestina.  Demikian laporan lembaga-lembaga advokasi tawanan Palestina (Komisi Urusan Mantan Tahanan, Klub Tahanan Palestina, dan Yayasan Perawatan Tahanan dan Hak Asasi Manusia Addameer) terbaru.Kelompok ini mengeluarkan laporan khusus yang merangkum isu-isu paling menonjol dan data mengenai realitas masalah tersebut, termasuk jumlah tawanan di penjara-penjara penjajah ‘Israel’ pada tahun 2024.Palestine Information Centre (PIC) melaporkan informasti, mencakup analisis ekstensif atas data, kebijakan, dan kejahatan mengerikan yang dilakukan penjajah ‘Israel’ terutama selama operasi penangkapan di Tepi Barat, dan peningkatan kampanye dan kejahatan tersebut sejak tahun 1960-an hingga awal  genosida.Hal ini mengingat agresi komprehensif yang dilancarkan oleh penjajah ‘Israel’ terhadap rakyat Palestina dan penderitaan kolektif yang berlanjut di Gaza selama lebih dari 450 hari.Laporan ini meninjau perubahan paling menonjol yang mempengaruhi realitas tawanan setelah perang, yang merupakan perpanjangan dari transformasi yang diupayakan oleh sistem penjara selama beberapa tahun terakhir untuk diterapkan pada tawanan Palestina.Laporan juga menunjukkan bahwa di antara kasus-kasus yang paling menonjol adalah kejahatan penyiksaan terhadap tahanan laki-laki dan perempuan di penjara-penjara penjajah.Belum lagi kejahatan penghilangan paksa terhadap tahanan Gaza, selain kejahatan penahanan administratif yang merupakan perubahan paling penting yang menyertai operasi penangkapan, dan pembunuhan sistematis yang menargetkan para tahanan, yang menyebabkan – sejak awal perang genosida, sebanyak 54 tawanan laki-laki dan perempuan syahid dan hanya 35 saja yang identitasnya terungkap dan seorang tahanan asal Gaza.Sedangkan jumlah tawanan syahid yang diketahui identitasnya selama tahun 2024 mencapai 43 orang tewas.Menurut laporan tersebut, tentara penjajah ‘Israel’ menangkap 8.800 warga Palestina di Tepi Barat selama tahun 2024, dan 14.300 orang sejak dimulainya perang genosida di Jalur Gaza.Ia menyatakan bahwa jumlah total kampanye penangkapan di Tepi Barat, termasuk Yerusalem (Baitul Maqdis), selama tahun 2024 berjumlah lebih dari 8.800, sedangkan jumlah penangkapan sejak awal genosida ‘Israel’ di Gaza mencapai sekitar 14.300 (jumlah tersebut tidak termasuk penangkapan di Gaza, yang diperkirakan berjumlah ribuan).Laporan tersebut menunjukkan bahwa di antara para tahanan tersebut terdapat 266 wanita yang ditangkap sepanjang tahun ini, 450 wanita sejak dimulainya perang genosida pada 7 Oktober 2023, dan puluhan lainnya berasal dari Jalur Gaza.Jumlah penangkapan anak-anak di Tepi Barat sepanjang tahun 2024 mencapai tidak kurang dari 700 anak, sedangkan jumlah mereka sejak awal 7 Oktober mencapai 1.055 anak.Tentara penjajah ‘Israel’ juga menangkap 145 jurnalis dan 320 dokter, yang sebagian besar berasal dari Jalur Gaza.Tentara ‘Israel’ juga mengeluarkan sekitar 10.000 perintah penahanan administratif di Tepi Barat, termasuk perintah baru dan perintah pembaruan, termasuk perintah terhadap anak-anak dan perempuan.Laporan tersebut menyatakan bahwa kampanye penangkapan disertai dengan meningkatnya kejahatan dan pelanggaran, termasuk: tindakan pelecehan, pemukulan parah, dan ancaman terhadap tahanan dan keluarga mereka, selain sabotase yang meluas dan perusakan rumah warga, serta penyitaan kendaraan, uang dan perhiasan emas.Ia menyatakan, jumlah total tawanan di penjara ‘Israel’ hingga Desember 2024 berjumlah lebih dari sepuluh ribu 300 orang, termasuk 3 ribu 428 tahanan administratif, termasuk sedikitnya 100 anak-anak dan 22 tahanan perempuan.Sejalan dengan perang pemusnahan di Jalur Gaza, tentara penjajah memperluas operasinya dan pemukim meningkatkan serangan mereka di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, yang mengakibatkan 835 orang mati syahid dan sekitar 6.700 orang terluka, menurut data resmi Palestina.Dengan dukungan Amerika,  penjajah ‘Israel’ telah melakukan genosida di Gaza sejak 7 Oktober 2023.Hal ini telah menyebabkan sekitar 154.000 warga Palestina menjadi syajid dan terluka, sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dan wanita, dan lebih dari 11.000 orang hilang, di tengah kehancuran besar-besaran dan kelaparan yang menewaskan puluhan anak-anak dan anak-anak. lansia, dalam salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia.Penjajah ‘Israel’ terus melakukan pembantaian, mengabaikan dua surat perintah penangkapan yang dikeluarkan Pengadilan Kriminal Internasional, 21 November lalu, terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Galant, karena melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan terhadap warga Palestina di Gaza.*