Tag:
Oase Iman
Hidayatullah.com
Khutbah Jumat: Remaja dalam Pusaran Pergaulan Bebas
BKKBN menyebutkan hubungan seks di luar nikah para remaja di rentang usia 15-19 tahun meningkat, bagaimana peran kita mencegah pergaulan bebas, inilah petikan khutbat JumatOleh: Ali Akbar bin Muhammad bin AqilHidayatullah.com | TEMUAN BKKBN setiap tahun hubungan layaknya suami istri para remaja di Indonesia dan pergaulan bebas tidak pernah turun. Bagaimana pesan Al-Quran terhadap para orang tua? Inilah naskah lengkah khutbah Jumat kali ini.Naskah Khutbah Pertamaإِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْنعِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًاHadirin Jamaah Jumat yang Dimuliakan Allah SWTSalah satu anugerah sekaligus amanah yang diberikan Allah SWT kepada kita adalah keberadaan anak-anak dalam kehidupan berumah tangga.Sebagai anugerah, kelahiran seorang anak, baik putra atau putri, wajib untuk kita syukuri. Sebagai amanah yang berarti titipan, maka wajib bagi kita sebagai orang tuanya untuk menjaga dan merawat dengan sebaik-baiknya.Bicara tentang anak yang telah menginjak usia remaja, ada sebuah fakta yang membuat kita sebagai orang tua patut waspada dan berhati-hati.Beberapa waktu lalu, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) merilis hasil temuan yang mencengangkan. Temuan ini menyebutkan, hubungan layaknya suami istri telah banyak dilakukan oleh para remaja di Indonesia.BKKBN menyebutkan hubungan seks di luar nikah oleh para remaja di rentang usia 15-19 tahun mengalami peningkatan yang signifikan. 59 persen remaja perempuan telah melakukan hubungan pra-nikah. Sementara para remaja laki-laki lebih parah lagi, 74 persen pernah melakukan hubungan badan. Tidak salah dan berlebihan jika kita mengatakan Indonesia tengah mengalami darurat seks bebas, khususnya di kalangan para remaja.Jamaah Shalat Jumat yang dimuliakan AllahKita sebagai orang tua harus mengambil tindakan. Tidak boleh abai dan memandang remeh fenomena yang mengkhawatirkan ini. Untuk membuktikan bahwa kita adalah orang tua yang bersyukur atas anugerah dan pandai menjaga amanah, sejumlah langkah konkret perlu diperhatikan dan dilaksanakan oleh orang tua terhadap anak-anak.Pertama, didiklah anak-anak kita dengan pendidikan yang menitikberatkan pada akhlak mulia. Dengan memberikan pendidikan berupa akhlak dan adab sejak dini, anak bisa mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar.Sehingga si anak akan melakukan hal-hal yang benar dan meninggalkan yang tidak benar.Sebagai orang tua, tidak cukup sekadar melahirkan, membesarkan, dan memenuhi kebutuhannya yang bersifat materi. Lebih dari itu, orang tua harus menyelami perkembangan kepribadian anak.Orang tua harus bergaul seakrab mungkin dengan anaknya. Tidak hanya memberikan instruksi dan arahan yang bersifat memaksa. Tapi cobalah untuk memahami seperti apa karakter anak sehingga si anak tidak sampai mencari tahu dari orang lain apalagi dari sumber-sumber yang menyesatkan.Perintah menjaga keluarga langsung Allah SWT sampaikan melalui Al-Quran:يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…” (QS. At-Tahrim : 06)Rasulullah ﷺ juga memberikan perintah kepada para orang tua untuk mengajarkan akhlak kepada anak-anak.أَكْرِمُوا أَوْلَادَكُمْ وَأَحْسِنُوا أَدَبَهُمْ“Muliakanlah anak-anak kalian dan perbaikilah tingkah laku mereka.” (HR. Ibnu Majah)Kaum Muslimin Jamah Jumat HafidzakumullahKedua, berikan kepada anak-anak makanan serta minuman dari hasil pekerjaan yang halal dan baik. Jangan sampai kita bukannya mencari dengan cara yang halal, justru menghalalkan segala cara, tanpa peduli soal halal haram.Ketahuilah, mencari sesuap nasi sebagai nafkah untuk keluarga terhitung perbuatan yang pahalanya sama seperti seseorang berjihad di jalan Allah SWT.Rasulullah ﷺ sendiri menyatakan hal demikian dengan bersabda :الْكَادُّ عَلَى عِيَالِهِ كَالْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللهِ“Orang yang bersusah payah mencari nafkah untuk keluarganya, maka ia serupa orang yang berjihad di jalan Allah.” (HR. Ahmad)Karenanya, seorang ayah harus memastikan di dalam mencari nafkah harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan halal.Ketiga, berlaku adil dalam memperlakukan anak-anak. Rasulullah ﷺ bersabda :سَوُّوا بَيْنَ أَوْلَادِكُمْ فِي الْعَطِيَّةِ فَلَوْ كُنْت مُفَضِّلًا أَحَدًا لَفَضَّلْت النِّسَاءَ“Berbuatlah adillah kalian dalam pemberian anak kalian. Andaikan aku pilih kasih maka aku pilih anak wanita.” (HR Al-Baihaqi)Hadis ini memberikan pelajaran untuk jangan sekali-kali pilih kasih di antara anak-anak kita. Baik itu anak laki-laki atau perempuan, semuanya tetap kita perlakukan setara.Jangan lantaran anak pertama tampak rupanya cantik, sementara anak kedua biasa-biasa saja, kita menomorsatukan anak pertama. Kemana pun kita selalu mengajak anak pertama.Ini sikap tidak adil. Sikap seperti ini akan menjadi gangguan psikis pada diri si anak.Contoh sikap tidak adil dalam menyekolahkan anak. Untuk anak laki-laki disekolahkan sampai perguruan tinggi.Adapun anak perempuan, cukup hanya sampai SMP atau SMA. Perlakuan tidak adil akan menimbulkan kekecewaan pada sang anak.Di samping itu, kelak jika ia punya anak, pengalaman yang ia rasakan akan ia timpakan pula kepada anaknya sendiri. Maka, pesan nabi di atas patut untuk kita terapkan dengan bersikap adil kepada siapa saja dari anak-anak kita.Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jumat RahimakumullahYang terakhir atau keempat, memberikan kasih sayang dengan memperlakukan mereka sebaik mungkin. Orang tua harus mencurahkan kasih sayang pada diri anak sehingga anak merasa nyaman dan aman bersama ayah ibunya.Jika ada permasalahan, ia tidak lari kepada orang asing yang baru dikenal di media sosial, tapi ia meminta solusi dari kedua orang tuanya, sebab ia memandang bahwa orang tuanyalah yang paling mengerti apa dan bagaimana menghadapi sebuah persoalan.Dalam hal ini kita bisa berkaca pada sikap Rasulullah ﷺ dalam mengasihi anak-anak. Suatu hari, beliau dilihat oleh seorang sahabat bernama Aqra’ bin Habis at-Tamimi sedang mencium kedua cucu kesayangannya, Hasan dan Husain.Aqra’ tampak takjub dengan pemandangan, yang menurutnya, sesuatu yang asing. Aqra’ sampai berkata, “Aku punya sepuluh anak. Tak satu pun aku cium di antara mereka.” Rasulullah ﷺ menoleh kepadanya dan berkata,مَن لا يَرحَمْ، لا يُرحَمْ“Siapa yang tidak mengasihi tidak akan dikasihani.” (HR. Bukhari-Muslim)Mengasihi anak bukan berarti memanjakannya sehingga anak sampai tidak bisa mandiri. Harus ada juga sikap tegas ketika si anak melanggar ajaran agama atau mengabaikannya, seperti ajaran untuk melaksanakan shalat.Rasulullah ﷺ bersabda :مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا، وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ.“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat apabila sudah mencapai umur tujuh tahun, dan apabila sudah mencapai umur sepuluh tahun maka pukullah dia jika tidak melaksanakannya, serta pisahkanlah mereka dalam tempat tidurnya!” (HR. Abu Dawud)Inilah empat pesan bagi para orang tua untuk diterapkan dalam membesarkan dan merawat anak-anak. Jika orang tua memainkan perannya dengan baik dan sungguh-sungguh, semata-mata mengharap rida Allah SWT dan mengikuti Rasulullah ﷺ, Insya Allah anak akan menjadi anak yang saleh salehah, menjadi penoang yang sangat penting bagi terwujudnya keluarga yang sehat lahir dan batin.بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.Khutbah Jumat Keduaاَلْحَمْدُ للّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَأُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًااَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنArsip lain terkait Khutbah Jumat bisa diklik di SINI. Artikel lain tentang keislaman bisa dibuka www.hidayatullah.com. Khutbah Jumat ini kerjasama dengan Rabithah Alawiyah Kota Malang
Hidayatullah.com
Khutbah Jumat: Kemuliaan dan Keagungan Ibadah Sosial dalam Islam
Ibadah ritual kita amalkan, ibadah yang bersifat sosial juga kita jalankan, begitulah keagungan ibadah dalam Islam, inilah petikan khutbah Jumat kali iniOleh: Ali Akbar bin Muhammad bin AqilHidayatullah.com | BERBUAT baik, peduli, dan ringan tangan dalam membantu sesama termasuk ibadah sosial yang sarat pahala dari Allah SWT. Di bawah ini naskah lengkap Khutbah Jumat kali ini.Khutbah Jumat Pertamaإِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْنعِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًاMa’asyiral Muslimin RahimakumullahBerbuat baik, peduli, dan ringan tangan dalam membantu sesama termasuk ibadah sosial yang sarat pahala dari Allah SWT. Islam sebagai agama yang kita yakini kebenarannya dan satu-satunya agama yang diridai Allah SWT, tidak hanya mengurus hal-hal yang bersifat ritual perorangan.Seperti wudu, shalat, puasa, haji, dan sebagainya. Islam adalah yang agama syamil (komprehensif), mencakup banyak aspek. Termasuk urusan yang bersifat sosial kemasyarakatan.Tidak heran, jika kita dianjurkan untuk melaksanakan ritual dengan sebaik-baiknya dan di saat yang sama kita juga berbuat kepada orang lain.Jangan memisahkan kebaikan ibadah kepada Allah SWT dengan kebaikan kepada saudara-saudara kita sesama muslim. Atau jangan sampai kita berbuat baik kepada sesama hamba Allah, namun kita abai dalam melaksanakan dan memenuhi hak-hak Allah SWT.Keduanya harus kita jalankan dengan sebaik-baiknya. Ibadah ritual kita amalkan, ibadah yang bersifat sosial juga kita jalankan. Insya Allah, jika keduanya berjalan dengan istiqamah, kita mendapatkan kebaikan yang melimpah dalam kehidupan.Allah SWT menegaskan bahwa perbuatan baik mendatangkan keberuntungan, baik di dunia mau pun di akhirat.وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ“Dan berbuatlah kebaikan, agar kalian beruntung.” (QS. al-Hajj : 77)Beberapa waktu lalu, di sebuah kota, ada seorang hamba Allah yang punya kepedulian tinggi kepada sesama, dipanggil oleh Allah SWT. Masyarakat yang mengenal sosok al-Marhum merasa sangat kehilangan.Banyak dari orang-orang yang mengenalnya, terkenang akan kebaikannya. Selama menjadi seorang pemimpin sebuah Ormas yang fokus dalam masalah sosial dan pendidikan, al-Marhum hampir tidak pernah absen dalam membantu orang yang sedang kesusahan.Jika ada yang sakit, ia membantu proses pengobatannya. Jika ada yang meninggal dunia, ia ikut menyiapkan proses perawatan jenazah. Kain kafan, perlengkapan mandi jenazah, ambulance, sampai lahan pemakamannya, semuanya ia kondisikan.Padahal, dalam membantu itu, ia sebenarnya dalam keadaan sakit, kondisi tubuh yang tidak sehat. Namun ia hiraukan. Ia tetap istiqamah membantu sesama tanpa mengeluh.Kaum Muslimin HafidzakumullahSosok seperti ini, sudah pernah hadir di altar kehidupan dunia. Salah satunya Sayidina Umar bin Khattab RA, sebagaimana ditulis dalam kitab al-Bidayah wa an-Nihayah karya Imam Ibnu Katsir.Dikisahkan oleh Sayidina Thalhah bin Ubaidillah RA yang berkata, “Di tengah malam gelap gulita aku melihat Umar pergi keluar, lalu masuk ke sebuah rumah.“Pada pagi harinya, diam-diam aku mendatangi rumah itu. Ternyata, di dalam ada seorang nenek tuna netra sedang duduk. Aku bertanya kepadanya, ‘Apa gerangan yang dilakukan lelaki yang mendatangi tadi malam?’“Nenek ini menjawab, ‘Sebenarnya ia rutin mengunjungiku dalam waktu tertentu. la datang untuk memenuhi segala kebutuhanku dan pulang membawa segenap deritaku.’ Aku berkata dalam hati, ‘Celaka kau, Thalhah! Apakah kau mengorek-orek aib Umar.’Rasulullah ﷺ pernah menyebut keutamaan dalam memenuhi kebutuhan kaum muslimin yang dekat atau yang jauh. Yang pertama, seseorang yang gemar memberi manfaat kepada sesamanya masuk ke dalam golongan hamba yang dicintai oleh Allah. Rasulullah ﷺ bersabda :أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ أَنْفَعَهُمْ لِلنَّاسِ“Manusia yang paling disukai oleh Allah adalah manusia yang paling bermanfaat kepada sesamanya.”Kedua, menggembirakan seorang muslim, mengatasi permasalahan yang tengah dihadapi oleh seseorang, melunasi utangnya, menghilangkan rasa laparnya, semuanya itu termasuk dalam amal perbuatan yang paling dicintai Allah SWT.Rasulullah ﷺ bersabda :وَأَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ سُرُورٍ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ، أَوْ تَكْشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً، أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دِينًا، أَوْ تَطْرَدُ عَنْهُ جُوعًا“Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat muslim yang lain bahagia, mengangkat kesusahannya, membayarkan utangnya atau menghilangkan rasa laparnya.”Jamaah Shalat Jumat HafidzakumullahKetiga, membantu sesama dan memenuhi kebutuhannya itu lebih utama dari melaksanakan iktikaf di Masjid Nabi (Madinah) selama satu bulan. Rasulullah ﷺ bersabda :وَلِأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخٍ لِي فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ“Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beri’tikaf di masjid ini -masjid Nabawi- selama sebulan penuh.”Keempat, Allah SWT mengokohkan langkah-langkah kaki kita di saat melewati titian siroth jika kita memenuhi kebutuhan saudara kita. Rasulullah ﷺ bersabda :وَمَنْ مَشَى مَعَ أَخِيهِ فِي حَاجَةٍ حَتَّى أَثْبَتَهَا لَهُ، أَثْبَتَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ قَدَمَهُ عَلَى الصِّرَاطِ يَوْمَ تَزِلُّ فِيهِ الْأَقْدَامُ“Siapa yang berjalan bersama saudaranya untuk memenuhi hajatnya sampai tuntas, Allah SWT kokohkan kakinya menyebrangi jembatan di saat kaki-kaki banyak yang tergelincir di atasnya.” (HR. Thabrani).Kelima, salah satu cara mendapatkan pertolongan Allah SWT dengan menolong sesama. Rasulullah ﷺ bersabda :وَاَللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ“Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya, selama hamba tersebut mau menolong saudaranya.” (HR. Muslim)Inilah lima kemuliaan dan keagungan berbuat baik kepada sesama. Mari, kita bergandengan tangan membantu sesama yang membutuhkan. Kita bantu mereka yang tertindas, terlilit utang, tengah jatuh sakit. Kita kenyangkan perut yang lapar. Kita hidangkan minuman ke kerongkongan orang yang kehausan. Kita tebarkan manfaat kepada saudara kita sesama muslim yang kita jumpai.بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.Khutbah Jumat Keduaاَلْحَمْدُ للّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَأُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًااَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌاَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌعِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنArsip lain terkait Khutbah Jumat bisa diklik di SINI. Artikel lain tentang keislaman bisa dibuka www.hidayatullah.com. Khutbah Jumat ini kerjasama dengan Rabithah Alawiyah Kota Malang
Hidayatullah.com
Khutbah Jumat: Pejuang Palestina adalah Mujahid Bukan Teroris
Palestina adalah bumi para Nabi, saat ini menjadi ladang jihad dikumandangkan para mujahid untuk membebaskan Masjid Al-Aqsha dari Zionis ‘Israel’, mereka bukanlah terorisOleh: Ali Akbar bin Muhammad bin AqilHidayatullah.com | PANGERAN Diponegoro, Imam Bonjol, Pangeran Antasari, KH. Hasyim Asy’ari, dan ribuan pahlawan di negeri kita berjuang membebaskan tanah dari penjaja, mereka adalah pejuang, bukanlah teroris. Di bawah ini teks lengkap khutbah Jumat kali ini;Khutbah Jumat Pertamaإِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْنعِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًاJamaah Shalat Jumat HafidzakumullahSalah satu ajaran Islam yang menjadi benteng kehormatan, kunci kedamaian dan kestabilan kehidupan adalah jihad. Jihad di jalan Allah SWT merupakan ajaran mulia nan agung yang dipersembahkan oleh Allah SWT untuk umat Nabi Muhammad ﷺ.Dengan jihad, marwah kaum muslimin terlindungi. Dengan jihad, keselamatan umat Islam lebih terjamin. Dengan jihad, musuh-musuh yang ingin merusak dan memporak-porandakan umat akan berpikir seribu kali untuk melakukannya.Secara bahasa jihad adalah mencurahkan segala kemampuan dan kekuatan. Secara syariat jihad adalah mencurahkan segala daya atau kekuatan untuk melawan musuh-musuh Islam dan memerangi mereka, baik secara langsung atau membantu kaum muslimin dengan harta, pikiran, mau pun perbekalan.Jihad bukan aktivitas jahat. Jihad bukan perbuatan barbar seperti digambarkan oleh Barat dan sekutunya selama ini. Jihad bukan perbuatan terorisme.Ada aturan ketat dan tata cara dalam mengamalkannya. Karena itu, umat Islam tidak boleh alergi apalagi ikut-ikutan memandang jihad dengan sebelah mata.Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jumat RahimakumullahDi Palestina bumi para nabi, saat ini jihad dikumandangkan oleh para mujahid yang mendambakan kemerdekaan dari kolonial Zionis ‘Israel’. Salah satu tokoh mujahid itu adalah Abu Ibrahim Yahya as-Sinwar.Inilah sosok yang sangat ditakuti pasukan teroris ‘Israel’ dan sekutunya. Perawakannya tidak terlalu tinggi. Tatapan matanya tajam. Tubuhnya tidak besar. Tapi keberaniannya tidak diragukan.Beliau seorang mujahid. Beliau seorang pemenang bukan pecundang. Kemangkatan Yahya Sinwar di tangan teroris ‘Israel’, beberapa waktu lalu, menjadi kisah yang melegenda.Rekaman detik-detik ketika ia akan dibunuh oleh pasukan teroris, justru mengilhami para pejuang di seluruh dunia tentang perjuangan sampai titik darah penghabisan.Yahya tidak sendirian. Sederet nama para mujahid di Palestina telah terukir dengan tinta emas. Syaikh Izzuddin al-Qassam, Syaikh Ahmad Yasin, Yahya Ayyash, Abdul Aziz ar-Rantisi, Ismail Haniya, adalah sedikit dari sekian pemimpin perlawanan yang wafat di tangan pasukan penjajah.Mereka bukan teroris. Mereka adalah pengamal jihad untuk membela agama, situs-situs suci, dan tanah airnya. Sama sekali jauh dari vonis sebagai teroris. Sama halnya dengan yang dilakukan oleh KH. Hasyim Asy’ari dengan resolusi jihadnya yang kita peringati tiap tanggal 22 Oktober.Hadirin yang Dimuliakan Allah SWTKalau vonis sebagai teroris dilekatkan pada umat Islam yang berjuang membela agama, kehormatan, harta, nyawa, dan tanah airnya, lalu sebutan apa yang pantas bagi ‘Israel’, Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Prancis, dan blok barat yang menumpahkan begitu banyak darah kaum muslimin?Di Afghanistan, invasi Amerika Serikat dan sekutunya telah menewaskan ribuan umat Islam. Di Irak, invasi Amerika Serikat dan sekutunya juga telah merenggut puluhan ribu nyawa umat Islam. Siapa yang sebenarnya teroris itu?Di Palestina, sejak 70 tahun lebih tidak terhitung jumlah nyawa rakyat Palestina yang dihilangkan oleh tangan-tangan najis nan kotor ‘Israel’, dibantu oleh Amerika Serikat dan sekutunya. Siapakah yang teroris?Jika memperjuangkan hak kemerdekaan dituduh sebagai teroris, mau kita sebut apa para pahlawan kita di tanah air? Ada Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, Pangeran Antasari, KH. Hasyim Asy’ari, Habib Salim bin Jindan dan ratusan bahkan ribuan pahlawan di negeri kita, apakah mereka teroris karena mereka berjuang dalam tarikan nafas yang sama dengan pejuang Palestina Apakah mereka teroris karena melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda, Jepang, dan pasukan sekutu?Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jumat RahimakumullahAda banyak keutamaan dalam amal jihad. Pertama, sebagai bentuk melaksanakan perintah Allah SWT. Ada banyak ayat Alquran yang berisi perintah untuk berjihad.يٰٓاَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنٰفِقِيْنَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْۗ وَمَأْوٰىهُمْ جَهَنَّمُۗ وَبِئْسَ الْمَصِيْرُ“Wahai Nabi! Perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah neraka Jahanam dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. at-Tahrim : 09)قَاتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ الَّذِيْنَ يُقَاتِلُوْنَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوْا ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِيْنَ“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi jangan melampaui batas. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. al-Baqarah : 190)كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. al-Baqarah : 216)Sahabat Rasulullah ﷺ telah memberikan contoh yang paling baik dalam mengharapkan kesyahidan dan kecintaannya yang tulus dalam berjihad di jalan Allah.Misalnya adalah Abdullah bin Jahsyin yang bercita-cita mati syahid dan mengumpamakan musuh dengan perumpamaan yang sangat baik seraya berkata,“Ya Allah, Sesungguhnya aku bersumpah kepada-Mu untuk bertemu dengan musuh besok sehingga mereka membunuhku, menusuk dan mencincangku, supaya aku bertemu dengan-Mu dalam keadaan terbunuh seperti itu. Jika Engkau bertanya, ‘Demi apa kamu rela berbuat seperti itu? Akan aku jawab, ‘Demi Engkau, wahai Tuhanku, dan demi Rasul-Mu. Maka Engkau akan berkata, “Kamu benar.”Maka dia pun berperang pada perang Uhud hingga terbunuh dan didapati dia telah diperlakukan seperti yang diharapkan. Dia telah terbunuh dan musuh- musuh telah mencincangnya.Mereka memotong hidung dan telinganya. Sa’ad bin Abi Waqqash berkata, “Saya telah melihatnya di akhir siang tiba-tiba hidung dan telinganya tergantung di atas dinding.”Kedua, jihad merupakan salah amal perbuatan yang paling mulia di sisi Allah. Sayidina Abdullah bin Mas’ud berkata :يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى؟ قَالَ: «الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا» لك : ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ“Wahai Rasulullah, amal perbuatan apakah yang paling disukai oleh Allah Ta’ala?” Beliau menjawab, ‘Shalat tepat pada waktunya.’ Aku bertanya, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, ‘Berbuat baik kepada kedua orang tua.’ Aku bertanya lagi, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, ‘Berjihad di jalan Allah.’ (HR. Bukhari-Muslim).Ma’asyiral Muslimin RahimakumullahImam al-Qurthubi memberikan keterangan terkait hadis di atas, “Nabi ﷺ menyebut tiga perkara ini secara khusus, karena ketiganya merupakan tanda bagi amal-amal lainnya.(1) Barangsiapa mengabaikan shalat fardhu hingga keluar dari waktunya tanpa ada alasan, padahal shalat fardhu tersebut ringan dikerjakan dan besar keutamaannya, maka ia pasti lebih mengabaikan ibadah lain.(2) Barangsiapa tidak berbakti kepada kedua orangtuanya, padahal hak keduanya padanya itu sangat besar, maka ia berarti kurang berbuat baik kepada orang lain.(3) Dan barangsiapa meninggalkan jihad terhadap orang-orang kafir meski pun begitu sengit permusuhan mereka terhadap agama, maka ia pasti lebih tidak peduli terhadap orang-orang yang fasik.”Ketiga, berjihad mendatangkan keuntungan dalam segala hal, baik di masa hidup atau pun matinya. Hal ini ditegaskan oleh seorang ulama Syaikh Muhammad Mutawalli asy-Sya’rawi dalam bukunya al-Jihad fil Islam (Jihad dalam Islam).Kata beliau, jika seorang mujahid gugur di medan pertempuran, maka ia mendapatkan surga yang lebih baik dari kehidupan duniawi. Namun, jika ternyata ia berhasil dan meraih kemenangan, ia juga mendapat kebaikan, berupa kejayaan dan harta rampasan.Poin ketiga ini selaras dengan firman Allah SWT :فَلْيُقَاتِلْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ الَّذِيْنَ يَشْرُوْنَ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا بِالْاٰخِرَةِ ۗ وَمَنْ يُّقَاتِلْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ فَيُقْتَلْ اَوْ يَغْلِبْ فَسَوْفَ نُؤْتِيْهِ اَجْرًا عَظِيْمًا“Karena itu, hendaklah orang-orang yang menjual kehidupan dunia untuk (kehidupan) akhirat berperang di jalan Allah. Dan barangsiapa berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka akan Kami berikan pahala yang besar kepadanya.” (QS. an-Nisaa’ : 74).Akhirnya, seorang mukmin yang mencurahkan segala kemampuan dan kekuatannya di jalan Allah, berdakwah, dan berjihad, adalah orang yang beruntung, dalam kondisi apa pun.Sedangkan orang-orang kafir seperti tentara-tentara Zionis ‘Israel’ itu, dalam kondisi apa pun pasti merugi.بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.Khutbah Jumat Keduaاَلْحَمْدُ للّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَأُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًااَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌاَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌArsip lain terkait Khutbah Jumat bisa diklik di SINI. Artikel lain tentang keislaman bisa dibuka www.hidayatullah.com. Khutbah Jumat ini kerjasama dengan Rabithah Alawiyah Kota Malang
Eramuslim.com
Hubungan Akrab Nabi Sulaiman dengan Malaikat Izrail
Eramuslim.com – KEMATIAN itu sudah pasti terjadi pada makhluk hidup. Pada era Nabi Sulaiman, ada seorang laki-laki yang berusaha menghindar dari kematian.
Pada suatu hari, malaikat maut Izrail datang menghadap Nabi Sulaiman bin Dawud ‘alaihis salam. Tiba-tiba Izrail menajamkan pandangan dan mengarahkannya kepada seorang lelaki yang duduk bersama beberapa tamu Nabi Sulaiman. Namun tak lama kemudian Izrail pergi.
Laki-laki itu bertanya, “Wahai nabi Allah! Siapa dia?”“Dia adalah malaikat maut,” jawab Nabi Sulaiman.
Laki-laki itu kembali berkata, “Wahai nabi Allah! Tadi aku melihat dia selalu melirik kepadaku. Aku menjadi sangat takut. Jangan-jangan dia hendak mencabut nyawaku. Selamatkan aku dari cengkeramannya.”
“Bagaimana caranya agar aku bisa menyelamatkanmu?” tanya sang nabi.
“Anda suruh saja angin untuk membawaku ke negeri India. Mungkin saja dengan begitu dia akan kehilangan jejakku. Dan tidak akan bisa menemukanku,” jawab laki-laki itu.
Kemudian Nabi Sulaiman pun memerintahkan angin untuk menghantarkanya sampai ke ujung negeri India dalam waktu sekejap saja.Saat itu juga angin segera melaksanakan sebagaimana yang diperintahkan oleh sang nabi. Sesampainya di sana, malaikat maut kemudian mencabut nyawa laki-laki itu.
Setelah itu malaikat maut itu kembali menghadap Nabi Sulaiman ‘alaihis salam.
Nabi kemudian bertanya, “Kenapa tadi anda melirik kepada laki-laki itu dengan tatapan yang tajam?”Laman berikutnya
Halaman: 1 2 3 4 5 6
Hidayatullah.com
Khutbah Jumat: Peringatan Satu Tahun Thufanul Aqsha
Al-Quran banyak menceritakan ihwal kekejaman kaum Yahudi sejak ribuan tahun silam. Para nabi dari bangsa mereka sendiri banyak yang mereka bunuh. Inilah kutiban khutbah Jumat kali iniOleh: Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil
Hidayatullah.com | BULAN ini mencatat setahun perjalanan penjajah Zionis Israel melakukan agresi dan genosida ke Jalur Gaza, sejak kelompok pejuang Hamas serta kelompok pejuang lainnnya melakukan operasi bertajuk Thufanul Aqsha (Banjir Al-Aqsha).
Di bawah ini naskah lengkap khutbah Jumat kali ini;
Khutbah Jumat Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Hadirin jamaah sholat Jumat yang dimuliakan Allah SWT
Agresi pemerintahan kolonial Zionis Israel ke Jalur Gaza telah berlangsung selama setahun lebih. Sejak kelompok pejuang Hamas serta kelompok lainnnya melakukan operasi komando pada 07 Oktober 2023 yang diberi nama Thufanul Aqsha (Banjir Al-Aqsha) yang merupakan salah satu operasi paling profesional dan sukses dalam sejarah modern, sejak saat itulah teroris Israel mendeklarasikan serangan barbar ke Jalur Gaza.
Serangan rezim kolonial telah merenggut nyawa lebih dari 41.500 warga Palestina dan melukai serta membuat jutaan warga lainnya mengungsi. Sebagian besar korban tewas dan terluka adalah kaum perempuan dan anak-anak.
11.000 orang hilang dan diduga tewas di bawah reruntuhan bangunan di seluruh Gaza. Bahkan saat ini rezim Israel yang rasis dan fasis ini tengah melakukan serangan darat ke Selatan Lebanon.
Pembantaian ini terjadi dengan dukungan Amerika Serikat serta negara-negara Barat dengan memasok senjata yang mematikan dan dilarang secara internasional kepada pasukan pendudukan. Negara-negara itu adalah Inggris, Jerman, Prancis, dan lainnya.
Salah satu pertanyaan, mengapa bangsa yang satu ini begitu bengis, kejam, dan tak berperikemanusiaan, bak monster yang sangat mengerikan? Mengapa bangsa Yahudi begitu tega melakukan genosida (pembantaian besar-besaran)?
Al-Quran telah membeberkan sejumlah sebab seseorang berbuat zalim. Mari kita simak agar kita tidak menjadi pelaku kezaliman seperti bangsa Yahudi ini.
Hadirin jamaah sholat Jumat yang dimuliakan Allah SWT
Pertama, menantang dan berpaling dari ayat-ayat Allah SWT. Sehubungan dengan hal ini, Allah SWT berfirman :
بَلْ هُوَ اٰيٰتٌۢ بَيِّنٰتٌ فِيْ صُدُوْرِ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَۗ وَمَا يَجْحَدُ بِاٰيٰتِنَآ اِلَّا الظّٰلِمُوْنَ
“Sebenarnya, (Al-Quran) itu adalah ayat-ayat yang jelas di dalam dada orang-orang yang berilmu. Hanya orang-orang yang zalim yang mengingkari ayat-ayat Kami.” (QS: al-Ankabut : 49)
Al-Quran bisa menjadi sumber ilmu bagi orang yang di dalam hatinya ada iman kepada Allah SWT. Tapi Al-Quran tidak berguna sedikit pun terhadap orang-orang yang melakukan kezaliman.
Kedua, melanggar batasan-batasan Allah SWT. Kaum Yahudi terkenal sebagai golongan yang tidak punya komitmen dalam menapaki jalan kebenaran. Di waktu yang sama, mereka menyimpang dari jalan yang lurus dan terjebak pada kesesatan.
Selain itu, mereka menempatkan diri mereka pada kesulitan dan kesempitan, ditambah mereka juga melakukan kezaliman kepada orang lain serta menimbulkan masalah di tengah masyarakat, seperti yang kita saksikan selama ini.
Terkait hal ini, Allah SWT berfirman :
تِلْكَ حُدُوْدُ اللّٰهِ فَلَا تَعْتَدُوْهَا ۚوَمَنْ يَّتَعَدَّ حُدُوْدَ اللّٰهِ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
“Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-orang zalim.” (QS: al-Baqarah : 229)
Ma’asyiral Muslimin Jamaah Sholat Jumat Rahimakumullah
Ketiga, mengikuti orang-orang kafir. Salah satu sebab lemahnya pemimpin-pemimpin negara Islam di hadapan Israel adalah mereka dikuasai oleh orang kafir, dalam banyak aspek. Aspek ekonomi, politik, ideologi, dan sebagainya.
Orang-orang kafir tentu ingin menerapkan ideologi yang mereka yakini, menanamkan paham yang selaras dengan kepentingan dan hawa nafsu mereka. Sedikit pun mereka tidak peduli dengan kepentingan umat Islam.
Inilah yang kita saksikan, pemimpin negara-negara Arab terkesan tutup mata atas apa yang terjadi terhadap saudara dekat mereka di Palestina dan Lebanon. Mereka seperti mati kutu. Tidak bisa berbuat apa-apa selain hanya mengecam dan mengutuk.
Akibatnya, kezaliman terus terjadi tanpa ada yang mampu menghalangi bahkan organisasi internasional sekelas PBB bak macan ompong. Maha Benar Allah dengan Firman-Nya :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوْٓا اٰبَاۤءَكُمْ وَاِخْوَانَكُمْ اَوْلِيَاۤءَ اِنِ اسْتَحَبُّوا الْكُفْرَ عَلَى الْاِيْمَانِۗ وَمَنْ يَّتَوَلَّهُمْ مِّنْكُمْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu jadikan bapak-bapakmu dan saudara-saudaramu sebagai pelindung, jika mereka lebih menyukai kekafiran daripada keimanan. Barangsiapa di antara kamu yang menjadikan mereka pelindung, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS: at-Taubah : 23)
Sebab keempat terjadinya kezaliman adalah menuruti hawa nafsu. Mengikuti hawa nafsu muncul dalam berbagai bentuk. Pertama, menipu orang lain demi melindungi kepentingannya. Allah SWT berfirman yang artinya: “Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah untuk menyesatkan orang-orang tanpa pengetahuan?” Sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. al-An’aam : 124)
Kedua, menghalang-halangi ajaran Allah SWT tegak di muka bumi jika bertentangan dengan kepentingannya. Allah SWT berfirman yang artinya : “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang melarang di dalam masjid-masjid Allah untuk menyebut nama-Nya, serta berusaha merobohkannya? Mereka itu tidak pantas memasukinya kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka mendapat kehinaan di dunia dan di akhirat mendapat azab yang berat.” (QS. al-Baqarah : 114).
Ketiga, membelot dari kebenaran dan mendukung kebatilan. Allah SWT berfirman yang artinya : “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang menyembunyikan kesaksian dari Allah yang ada padanya?” Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS: al-Baqarah : 140)
Kaum Muslimin Jamaah Sholat Jumat Hafidzakumullah
Inilah beberapa sebab mengapa manusia bisa melakukan kezaliman, termasuk khususnya, kaum Yahudi yang membuatnya menjadi bangsa yang buruk di dunia dan akhirat.
Al-Quran banyak menceritakan ihwal kekejaman kaum Yahudi sejak ribuan tahun silam. Para nabi dari bangsa mereka sendiri juga banyak yang mereka bunuh.
Hal ini menjadi petunjuk bagi kita untuk bisa memahami kekejaman bangsa Yahudi yang dipertontonkan secara vulgar tanpa ada yang bisa menghentikan. Selain itu, sebagai pengingat diri kita, umat Islam, untuk tidak mengikuti sebab-sebab kezaliman sebagaimana yang terjadi pada kaum Yahudi.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Jumat Kedua
اَلْحَمْدُ للّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ
أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْن
Arsip lain terkait Khutbah Jumat bisa diklik di SINI. Artikel lain tentang keislaman bisa dibuka www.hidayatullah.com. Khutbah Jumat ini kerjasama dengan Rabithah Alawiyah Kota Malang
Hidayatullah.com
Khutbah Jumat: Peringatan Satu Tahun Thaufanul Aqsha
Al-Quran banyak menceritakan ihwal kekejaman kaum Yahudi sejak ribuan tahun silam. Para nabi dari bangsa mereka sendiri banyak yang mereka bunuh. Inilah kutiban khutbah Jumat kali iniOleh: Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil
Hidayatullah.com | BULAN ini mencatat setahun perjalanan penjajah Zionis Israel melakukan agresi dan genosida ke Jalur Gaza, sejak kelompok pejuang Hamas serta kelompok pejuang lainnnya melakukan operasi bertajuk Thufanul Aqsha (Banjir Al-Aqsha).
Di bawah ini naskah lengkap khutbah Jumat kali ini;
Khutbah Jumat Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Hadirin jamaah sholat Jumat yang dimuliakan Allah SWT
Agresi pemerintahan kolonial Zionis Israel ke Jalur Gaza telah berlangsung selama setahun lebih. Sejak kelompok pejuang Hamas serta kelompok lainnnya melakukan operasi komando pada 07 Oktober 2023 yang diberi nama Thufanul Aqsha (Banjir Al-Aqsha) yang merupakan salah satu operasi paling profesional dan sukses dalam sejarah modern, sejak saat itulah teroris Israel mendeklarasikan serangan barbar ke Jalur Gaza.
Serangan rezim kolonial telah merenggut nyawa lebih dari 41.500 warga Palestina dan melukai serta membuat jutaan warga lainnya mengungsi. Sebagian besar korban tewas dan terluka adalah kaum perempuan dan anak-anak.
11.000 orang hilang dan diduga tewas di bawah reruntuhan bangunan di seluruh Gaza. Bahkan saat ini rezim Israel yang rasis dan fasis ini tengah melakukan serangan darat ke Selatan Lebanon.
Pembantaian ini terjadi dengan dukungan Amerika Serikat serta negara-negara Barat dengan memasok senjata yang mematikan dan dilarang secara internasional kepada pasukan pendudukan. Negara-negara itu adalah Inggris, Jerman, Prancis, dan lainnya.
Salah satu pertanyaan, mengapa bangsa yang satu ini begitu bengis, kejam, dan tak berperikemanusiaan, bak monster yang sangat mengerikan? Mengapa bangsa Yahudi begitu tega melakukan genosida (pembantaian besar-besaran)?
Al-Quran telah membeberkan sejumlah sebab seseorang berbuat zalim. Mari kita simak agar kita tidak menjadi pelaku kezaliman seperti bangsa Yahudi ini.
Hadirin jamaah sholat Jumat yang dimuliakan Allah SWT
Pertama, menantang dan berpaling dari ayat-ayat Allah SWT. Sehubungan dengan hal ini, Allah SWT berfirman :
بَلْ هُوَ اٰيٰتٌۢ بَيِّنٰتٌ فِيْ صُدُوْرِ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَۗ وَمَا يَجْحَدُ بِاٰيٰتِنَآ اِلَّا الظّٰلِمُوْنَ
“Sebenarnya, (Al-Quran) itu adalah ayat-ayat yang jelas di dalam dada orang-orang yang berilmu. Hanya orang-orang yang zalim yang mengingkari ayat-ayat Kami.” (QS: al-Ankabut : 49)
Al-Quran bisa menjadi sumber ilmu bagi orang yang di dalam hatinya ada iman kepada Allah SWT. Tapi Al-Quran tidak berguna sedikit pun terhadap orang-orang yang melakukan kezaliman.
Kedua, melanggar batasan-batasan Allah SWT. Kaum Yahudi terkenal sebagai golongan yang tidak punya komitmen dalam menapaki jalan kebenaran. Di waktu yang sama, mereka menyimpang dari jalan yang lurus dan terjebak pada kesesatan.
Selain itu, mereka menempatkan diri mereka pada kesulitan dan kesempitan, ditambah mereka juga melakukan kezaliman kepada orang lain serta menimbulkan masalah di tengah masyarakat, seperti yang kita saksikan selama ini.
Terkait hal ini, Allah SWT berfirman :
تِلْكَ حُدُوْدُ اللّٰهِ فَلَا تَعْتَدُوْهَا ۚوَمَنْ يَّتَعَدَّ حُدُوْدَ اللّٰهِ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
“Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-orang zalim.” (QS: al-Baqarah : 229)
Ma’asyiral Muslimin Jamaah Sholat Jumat Rahimakumullah
Ketiga, mengikuti orang-orang kafir. Salah satu sebab lemahnya pemimpin-pemimpin negara Islam di hadapan Israel adalah mereka dikuasai oleh orang kafir, dalam banyak aspek. Aspek ekonomi, politik, ideologi, dan sebagainya.
Orang-orang kafir tentu ingin menerapkan ideologi yang mereka yakini, menanamkan paham yang selaras dengan kepentingan dan hawa nafsu mereka. Sedikit pun mereka tidak peduli dengan kepentingan umat Islam.
Inilah yang kita saksikan, pemimpin negara-negara Arab terkesan tutup mata atas apa yang terjadi terhadap saudara dekat mereka di Palestina dan Lebanon. Mereka seperti mati kutu. Tidak bisa berbuat apa-apa selain hanya mengecam dan mengutuk.
Akibatnya, kezaliman terus terjadi tanpa ada yang mampu menghalangi bahkan organisasi internasional sekelas PBB bak macan ompong. Maha Benar Allah dengan Firman-Nya :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوْٓا اٰبَاۤءَكُمْ وَاِخْوَانَكُمْ اَوْلِيَاۤءَ اِنِ اسْتَحَبُّوا الْكُفْرَ عَلَى الْاِيْمَانِۗ وَمَنْ يَّتَوَلَّهُمْ مِّنْكُمْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu jadikan bapak-bapakmu dan saudara-saudaramu sebagai pelindung, jika mereka lebih menyukai kekafiran daripada keimanan. Barangsiapa di antara kamu yang menjadikan mereka pelindung, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS: at-Taubah : 23)
Sebab keempat terjadinya kezaliman adalah menuruti hawa nafsu. Mengikuti hawa nafsu muncul dalam berbagai bentuk. Pertama, menipu orang lain demi melindungi kepentingannya. Allah SWT berfirman yang artinya: “Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah untuk menyesatkan orang-orang tanpa pengetahuan?” Sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. al-An’aam : 124)
Kedua, menghalang-halangi ajaran Allah SWT tegak di muka bumi jika bertentangan dengan kepentingannya. Allah SWT berfirman yang artinya : “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang melarang di dalam masjid-masjid Allah untuk menyebut nama-Nya, serta berusaha merobohkannya? Mereka itu tidak pantas memasukinya kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka mendapat kehinaan di dunia dan di akhirat mendapat azab yang berat.” (QS. al-Baqarah : 114).
Ketiga, membelot dari kebenaran dan mendukung kebatilan. Allah SWT berfirman yang artinya : “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang menyembunyikan kesaksian dari Allah yang ada padanya?” Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS: al-Baqarah : 140)
Kaum Muslimin Jamaah Sholat Jumat Hafidzakumullah
Inilah beberapa sebab mengapa manusia bisa melakukan kezaliman, termasuk khususnya, kaum Yahudi yang membuatnya menjadi bangsa yang buruk di dunia dan akhirat.
Al-Quran banyak menceritakan ihwal kekejaman kaum Yahudi sejak ribuan tahun silam. Para nabi dari bangsa mereka sendiri juga banyak yang mereka bunuh.
Hal ini menjadi petunjuk bagi kita untuk bisa memahami kekejaman bangsa Yahudi yang dipertontonkan secara vulgar tanpa ada yang bisa menghentikan. Selain itu, sebagai pengingat diri kita, umat Islam, untuk tidak mengikuti sebab-sebab kezaliman sebagaimana yang terjadi pada kaum Yahudi.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Jumat Kedua
اَلْحَمْدُ للّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ
أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْن
Arsip lain terkait Khutbah Jumat bisa diklik di SINI. Artikel lain tentang keislaman bisa dibuka www.hidayatullah.com. Khutbah Jumat ini kerjasama dengan Rabithah Alawiyah Kota Malang
Hidayatullah.com
Khutbah Jumat: Mengasah Kepekaan Jiwa
Penting mengasah kepekaan jiwa. Seseorang yang tidak memiliki kepekaan jiwa akan berakibat negatif pada diri dan masyarakatnya. Inilah kutipan naskah khutbah JumatOleh: Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil
Hidayatullah.com | JIKA seseorang sudah kehilangan sikap rendah hati, kalau kita anti-kritik, jangan bermimpi kita memiliki kepekaan jiwa apalagi kepedulian kepada sesama. Di bawah ini naskah Khutbah Jumat lengkapnya.
Khutbah Jumat Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Ma’asyiral Muslimin Jamah Jumat Rahimakumullah
Saat ini kita hidup di masa-masa yang cukup sulit. Beragam musibah dan krisis mendera umat Islam di banyak tempat.
Saudara-saudara kita di Gaza dan Lebanon mengalami penindasan dan pembantaian dari pasukan penjajah Zionis Israel.
Saudara-saudara kita dari etnis Rohingya mengalami genosida sampai mereka harus mempertaruhkan nyawanya menyeberangi lautan demi menyelamatkan diri. Termasuk di negeri kita yang kita cintai, Indoesia, juga mengalami krisis, dari krisis ekonomi, moral, iman dan sebagainya.
Walhasil, ada banyak PR yang harus kita kerjakan dan atasi bersama. Namun yang cukup mengherankan adalah sikap dari sebagian saudara kita sendiri yang justru menghembuskan fitnah keji dan tuduhan-tuduhan tendensius yang menjadi alat pembenaran atas apa yang menimpa saudara-saudara kita tersebut.
Sikap seperti ini bukanlah akhlak kaum muslim. Seharusnya kita menyikapi keadaan yang mengenaskan yang menimpa umat Islam dengan merasakan rasa sakit seperti yang mereka rasakan.
Tidak peduli mereka berasal dari negara mana, etnisnya apa, bangsanya apa, atau apa mazhabnya.
Sakitnya mereka juga menjadi sakitnya kita. Kebahagiaan mereka juga menjadi kebahagiaan kita. Inilah akhlak yang diajarkan dalam agama Islam.
Seperti ungkapan yang sering kita dengar, “Berat sama dipikul ringan sama dijinjing.”
Rasulullah ﷺ bersabda :
لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ كَذَلِكَ
“Senantiasa ada sekelompok umatku yang dimenangkan atas kebenaran, tidak akan membahayakannya orang yang memusuhinya hingga hari Kiamat sedangkan mereka tetap seperti itu.” (HR. Muslim).
Jemaah Shalat Jumat Hafidzakumullah
Salah satu sikap terpuji yang harus kita miliki adalah kepekaan jiwa yang dalam. Orang yang memiliki kepekaan jiwa yang dalam akan membuatnya mampu menangkap isyarat-isyarat positif dari berbagai peristiwa yang terjadi, baik di masa lalu atau di masa sekarang.
Kemuliaan hadir pada saat kita mau menghiasi jiwa kita dengan kelembutan dan kepekaan. Sayangilah siapa pun, karena sesungguhnya Allah sangat sayang kepada siapa saja yang punya jiwa penyayang.
Sebaliknya, seseorang yang tidak memiliki kepekaan jiwa akan berakibat negatif pada diri dan masyarakatnya.
Akibat yang ditimbulkan bisa berupa ketidakmampuan menangkap isyarat-isyarat positif dari ucapan mau pun tindakan orang lain serta dari peristiwa-peristiwa yang terjadi.
Oleh karena itu, sebagai muslim kita harus memiliki kepekaan jiwa yang sangat tajam. Setidaknya ada dua upaya yang harus kita lakukan.
Pertama, memiliki perasaan rendah hati. Kepekaan jiwa hanya lahir dari orang-orang yang memiliki kerendahan hati. Tidak mungkin orang yang berperangai sombong bakal memiliki kepekaan jiwa.
Sebab orang yang sombong memandang bahwa dirinya telah sempurna dengan segala kelebihan yang dimilikinya. Tipe manusia seperti ini sangat sulit untuk menangkap isyarat dari sebuah peristiwa termasuk yang tengah menimpa saudara-saudara kita di berbagai belahan dunia.
Imam Hasan al-Bashri berkata, “Tahukah kalian apa itu tawadhu? Tawadhu adalah engkau keluar dari rumahmu, kemudian tidaklah engkau bertemu dengan seorang muslim, kecuali engkau merasa dan melihat bahwa dia lebih mulia daripada dirimu.”
Sahabat Nabi Muhammad ﷺ, Mu’adz bin Jabal berkata, “Seseorang tidak akan mencapai puncak keimanan hingga sikap tawadhu lebih ia sukai daripada ketenaran.”
Hadirin yang Dimuliakan Allah SWT
Kedua, untuk memiliki kepekaan jiwa kita harus suka menerima kritik dan saran dari siapa saja. Selama kritik dan saran itu bersifat membangun, menggugah kesadaran, dan mengandung nilai-nilai kebenaran, maka tidak ada alasan untuk tidak menerimanya.
Jangan menganggap setiap kritik yang ditujukan kepada kita sebagai bentuk permusuhan. Kita petik dan ambil manfaat darinya dengan mengabaikan tujuan orang yang mengkritik
Malik bin Dinar pernah berujar,
إِنَّ الْبَدَنَ إِذَا سَقِمَ لَمْ يَنْجَعْ فِيهِ طَعَامٌ وَلَا شَرَابٌ وَلَا نَوْمٌ وَلَا رَاحَةٌ وَكَذَلِكَ الْقَلْبُ إِذَا عَلِقَهُ حُبُّ الدُّنْيَا لَمْ تَنْجَعْ فِيهِ الْمَوْعِظَةُ
“Sungguh bila badan terasa sakit, maka makan, minum, tidur, dan istirahat menjadi tidak nyaman baginya. Demikian juga dengan hati, apabila sudah terpaut dengan cinta dunia, maka untaian nasihat (kritik/saran) menjadi tidak nyaman baginya.”
Dua hal di atas jika kita laksanakan dengan baik, Insya Allah, akan mampu mengasah kepekaan jiwa kita terhadap kejadian yang terjadi di sekeliling kita, kejadian yang menimpa saudara-saudara kita sesama umat Islam.
Sikap tawadhu (rendah hati) dan berlapang dada dalam menerima kritikan salah dua faktor kita memiliki empati dan simpati atas kondisi yang dirasakan oleh saudara kita umat Islam.
Kalau kita sudah kehilangan sikap rendah hati dan kalau kita anti kritik, jangan bermimpi kita memiliki kepekaan jiwa apalagi kepedulian kepada sesama. Jiwa menjadi antipati terhadap isyarat-isyarat dari sebuah peristiwa dan menganggap sebuah kejadian buruk yang menimpa saudara-saudara kita hanya sebatas berita angin lalu.
Mari mengasah kepekaan hati dengan tawadhu dan senang menerima nasihat. Mari meningkatkan kepedulian kepada sesama muslim dengan membantu secara moral dan material. Kita dukung dan sokong dengan sumber daya yang kita miliki. Apa yang kita berikan untuk mereka, kebaikannya akan kembali kepada diri kita sendiri.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Jumat Kedua
اَلْحَمْدُ للّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ
أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْن
Arsip lain terkait Khutbah Jumat bisa diklik di SINI. Artikel lain tentang keislaman bisa dibuka www.hidayatullah.com. Khutbah Jumat ini kerjasama dengan Rabithah Alawiyah Kota Malang
Hidayatullah.com
Khutbah Jumat: Cintailah Allah, Rasulullah, dan Ahlul Bait
Mari mencintai keluarga Rasulullah ﷺ yang disebut dengan istilah Ahlul Bait. Inilah naskah khutbah Jumat kali iniOleh: Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil
Hidayatullah.com | SELAIN dianjurkan mencintai Allah dan Rasulullah, umat Islam dianjurkan mencintai keluarga Rasulullah (Ahlul Bait). Ahlul Bait Nabi menurut pendapat yang sahih adalah Sayidah Fatimah, Sayyidina Ali, Sayidina Hasan, Sayyidina Husain, anak-anak mereka dan keturunannya.Inilah naskah lengkap khutbah Jumat kali ini;
Khutbah Jumat Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Hadirin Jamaah Jumat yang Dirahmati Allah SWT
Cinta kepada Allah SWT merupakan sebuah keniscayaan. Sesuatu yang mutlak. Tidak bisa diganggu gugat. Bersifat final dan mengikat.
Demikian pula cinta kepada Sayiduna wa Maulana Muhammad ﷺ merupakan kewajiban. Tidak boleh kita tidak mencintai beliau. Seluruh hidupnya beliau korbankan untuk umat.
Tidak lupa, kita juga harus mencintai keluarga Rasulullah ﷺ yang disebut dengan istilah Ahlul Bait. Tidak boleh kita membenci dan mencacinya.
Cinta kepada ketiganya ini sesuai dengan sabda Rasulullah ﷺ:
أَحِبُّوا اللَّهَ لِمَا يَغْذُوكُمْ بِهِ مِنْ نِعَمِهِ، وَأَحِبُّونِي لِحُبِّ اللَّهِ، وَأَحِبُّوا أَهْلَ بَيْتِي لِحُبِّي
“Cintailah Allah karena kenikmatan yang Dia berikan kepada kalian, cintailah aku atas dasar cinta kepada Allah dan cintailah keluargaku atas dasar cinta kepadaku.” (HR. Tirmidzi)
Berdasar hadits di atas, ada tiga cinta yang harus kita letakkan di dalam hati kita.
Pertama, cinta kepada Allah SWT
Wajib hukumnya kita mencintai Allah SWT yang telah memberikan beragam kenikmatan yang bersifat lahir mau pun batin. Ada nikmat lahir seperti dimudahkannya kita untuk makan, minum, dan banyak aktivitas sehari-hari dalam kehidupan kita.
Nikmat itu ada yang juga bersifat batin. Nikmat seperti ini meliputi di antaranya : taufiq, hidayah, pengetahuan, iman dan islam yang diberikan kepada kita. Semuanya ini mencakup nikmat batin. Sebagaimana firman Allah SWT :
وَاَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهٗ ظَاهِرَةً وَّبَاطِنَةً
“Dan Dia menyempurnakan nikmat-Nya untukmu lahir dan batin.” (QS. Luqman : 20)
Adakah yang sanggup menghitung nikmat Allah? Adakah dari kita yang mampu menyebutkan dengan detail apa saja nikmat Allah SWT kepada kita sejak sebelum kita lahir sampai detik ini?
وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗاِنَّ اللّٰهَ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. an-Nahl : 18)
Dikisahkan, ada seorang sayid bernama Nashiri yang sedang melakukan perjalanan haji ke Tanah Suci. Ketika sampai di Bagdad, dia mengunjungi Imam Junaid al-Bagdadi. “Dari manakah engkau datang, wahai sayid?” al-Junaid bertanya. “Aku datang dari Ghilan,” jawab sayid.
“Keturunan siapakah engkau?” “Aku keturunan Ali imam kaum Muslimin.”
“Nenek moyangmu itu bersenjatakan dua bilah pedang,” ujar al-Junaid, “Yang satu untuk melawan orang-orang kafir dan yang lainnya untuk melawan dirinya sendiri. Pada saat ini, sebagai keturunannya, pedang manakah yang engkau gunakan?”
Sayid itu menangis sedih mendengarkan pertanyaan itu, lalu berkata, “Wahai Syaikh, di sinilah ibadah hajiku. Tunjukkanlah kepadaku jalan menuju Allah.”
Kata Imam Junaid, “Dadamu adalah tempat Allah bernaung. Usahakanlah agar tidak ada kotoran yang memasuki tempat bernaung-Nya.”
Malik bin Dinar berkata, “Sesungguhnya hati yang seseorang yang mencintai Allah SWT akan senang untuk selalu melakukan ibadah karena Allah SWT.”
Salamah bin Dinar berkata, “Dua hal yang jika engkau amalkan, engkau akan mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat : Sabarlah dengan sesuatu yang tidak engkau sukai, asal itu disukai oleh Allah dan bencilah sesuatu yang engkau sukai, jika hal itu dibenci oleh Allah SWT.”
Hadirin Jamaah Jumat yang Dirahmati Allah SWT
Kewajiban cinta yang kedua adalah cinta kepada Sayiduna wa Maulana Muhammad ﷺ. Mengapa kita mencintai Rasulullah ﷺ? Ada banyak jawaban yang bisa disampaikan.
Namun yang paling penting adalah kita harus mencintai beliau ﷺ karena Allah SWT mencintainya. Sekali lagi, karena Allah SWT yang Maha Agung dan Maha Besar, mencintai Rasulullah ﷺ.
Allah SWT meletakkan cinta kepada Rasulullah di hati orang-orang beriman. Maka, aneh jika ada yang mengaku cinta kepada Allah tapi tidak cinta kepada Rasulullah ﷺ. Lebih parah lagi, cinta kepada Rasulullah ﷺ tapi tidak mencintai Allah SWT.
Allah memerintahkan kita untuk mencintai manusia biasa yang dicintai oleh-Nya SWT, seperti disebutkan dalam hadits :
إنَّ اللَّهَ إذا أحَبَّ عَبْدًا دَعا جِبْرِيلَ فقالَ: إنِّي أُحِبُّ فُلانًا فأحِبَّهُ، فيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ
“Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Allah memanggil malaikat Jibril lalu berfirman, ‘Sesungguhnya Aku mencintai fulan, oleh karena itu cintailah si fulan.’ Maka, Jibril pun mencintainya.
ثُمَّ يُنادِي في السَّماءِ فيَقولُ: إنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلانًا فأحِبُّوهُ، فيُحِبُّهُ أهْلُ السَّماءِ، قالَ ثُمَّ يُوضَعُ له القَبُولُ في الأرْضِ
“Lalu, malaikat Jibril menyeru di langit, ‘Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, oleh karena itu hendaklah kalian mencintai Fulan.’ Maka, penduduk langit pun mencintai Si Fulan. Kemudian, diletakkan untuk Si Fulan tersebut penerimaan di muka bumi.” (HR. Muslim)
Jika manusia biasa yang baik dianjurkan untuk kita cintai, tentu jauh lebih utama dan lebih wajib mencintai Sayiduna wa Maulana Muhammad ﷺ.
Diriwayatkan ada seorang sahabat datang kepada dan berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau benar-benar lebih aku cintai melebihi diriku sendiri dan melebihi cintaku kepada anakku.”
Sahabat ini melanjutkan, “Jika aku berada di rumah lalu aku mengingatmu, maka aku tidak sabar hingga aku mendatangimu dan melihat wajahmu. Jika aku mengingat kematianku dan kematianmu, maka aku tahu bahwa engkau apabila masuk surga engkau akan diangkat bersama para Nabi, sementara aku jika masuk surga, aku takut tidak berjumpa denganmu.”
Nabi ﷺ tidak memberi tanggapan sampai datang Jibril dengan membawa ayat yang artinya, “Siapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang- orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. an-Nisaa’ : 69)
Hadirin Jamaah Jumat yang Dirahmati Allah SWT
Cinta yang ketiga adalah cinta kepada keluarga Rasulullah (Ahlul Bait). Ahlul Bait Nabi menurut pendapat yang sahih adalah Sayidah Fatimah, Sayyidina Ali, Sayidina Hasan, Sayyidina Husain, anak-anak mereka dan keturunannya.
Pada suatu pagi, Rasullullah ﷺ keluar dari rumahnya dengan mengenakan kain bulu hitam yang berhias. Tidak lama berselang, datanglah Hasan bin Ali. Lalu Rasulullah menyuruhnya masuk ke dalam rumah.
Kemudian datanglah Husain dan beliau pun masuk bersamanya ke dalam rumah. Setelah itu datanglah Fatimah dan beliau pun menyuruhnya masuk ke dalam rumah. Akhirnya, datanglah Ali dan beliau pun menyuruhnya masuk ke dalam rumah. Lalu beliau membaca ayat Alquran yang berbunyi:
إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمْ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا
“Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa darimu, hai ahlul bait, dan membersihkanmu sebersih-bersihnya.” (QS. al-Ahzab : 33). (HR. Muslim)
Di antara kesempurnaan iman dan sikap cinta kepada Rasulullah ﷺ adalah mencintai keluarganya. Tidaklah mencintai keluarga Rasulullah kecuali dia orang yang beriman. Tidaklah seseorang membenci keluarganya kecuali dia orang munafik.
Rasulullah ﷺ banyak mewasiatkan kepada umatnya untuk memperhatikan mereka dan mencintai mereka, karena Allah SWT memerintahkan hal ini dalam firman-Nya:
قُلْ لَّآ اَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ اَجْرًا اِلَّا الْمَوَدَّةَ فِى الْقُرْبٰىۗ
“Katakanlah wahai Muhammad: Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah apapun atas seruanku, kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan.” (Qs. asy-Syuura : 23).
Oleh karena itu, seluruh umat Islam berkewajiban mencintai mereka dan menghormati mereka tanpa berlebihan. Imam Syafi’i berkata dalam syairnya :
يا آلَ بَيتِ رَسولِ اللَهِ حُبَّكُمُفَرضٌ مِنَ اللَهِ في القُرآنِ أَنزَلَهُيَكفيكُمُ مِن عَظيمِ الفَخرِ أَنَّكُمُمَن لَم يُصَلِّ عَلَيكُم لا صَلاةَ لَهُ
“Duhai keluarga Rasulullah! Mencintai kalian, Allah haruskan dalam Alquran-Nya. Cukuplah menjadi bukti keagungan kalian, bahwa siapa pun yang tidak berselawat kepada kalian, maka shalatnya tidaklah diterima.”
Inilah cinta yang harus kita hujamkan dalam kalbu kita. Kita harus mencintai Allah SWT, Rasulullah ﷺ, dan Ahlul Bait. Semoga Allah SWT menganugerahkan kepada kita cinta kepada Allah, Rasulullah, dan keluarga Rasulullah.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Jumat Kedua
اَلْحَمْدُ للّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ
أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْن
Arsip lain terkait Khutbah Jumat bisa diklik di SINI. Artikel lain tentang keislaman bisa dibuka www.hidayatullah.com. Khutbah Jumat ini kerjasama dengan Rabithah Alawiyah Kota Malang