Tag:
Maulid Nabi Muhammad Saw
Suaraislam.id
Momentum Peringatan Maulid Nabi, Ajari Anak-Anak Bela Nabi Saw
Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw dapat dijadikan sebagai momentum untuk menanamkan dan memupuk rasa cinta kepada Nabi Saw. Bukan hanya rasa cinta, tetapi juga memupuk kecintaan terhadap beliau.Cinta Nabi: Kewajiban dan Bagian dari ImanAllah SWT berfirman: “Katakanlah, ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu’. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q. S. Ali Imran: 31).Rasulullah Saw bersabda: “Tidaklah beriman (secara sempurna) salah seorang dari kamu sehingga aku lebih ia cintai daripada orangtuanya, anaknya dan segenap manusia.” (HR. Al-Bukhari).Kewajiban setiap Muslim untuk cinta Nabi Saw, melebihi cintanya kepada semua makhluk. Cinta Nabi Saw merupakan ushul iman (pokok keimanan) yang berkaitan erat dengan cinta kepada Allah Saw.Allah SWT berfirman: “Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah SWT dan RasulNya dan dari berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah SWT mendatangkan keputusanNya. Dan Allah SWT tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS At Taubah: 24).Kecintaan kepada Allah adalah dengan mengikuti apa yang dibawa oleh Nabi Saw. Menaati perintahnya dan meninggalkan larangan-larangannya.Pengaruh kecintaan itu tampak saat terjadi pertentangan antara perintah dan larangan Nabi Saw dengan hawa nafsunya, keinginan istri, anak-anak serta segenap manusia di sekelilingnya. Jika ia benar-benar cinta Rasulullah Saw, ia akan mendahulukan perintah-perintahnya dan tidak menuruti kehendak nafsunya, keluarga atau orang-orang di sekelilingnya. Jika cinta palsu, maka ia akan mendurhakai Allah dan RasulNya, lalu menuruti setan dan hawa nafsunya.Jika kita cinta Rasulullah Saw dengan sepenuh hati, maka akan: mendapatkan kesempurnaan iman, mendapatkan kecintaan Allah SWT, bersama Rasulullah Saw di Akhirat, merasakan manisnya iman. Manisnya keimanan adalah merasakan lezatnya segala ketaatan dan siap menunaikan beban agama serta mengutamakan itu daripada seluruh materi dunia.Bukti Cinta: Bela Nabi Saw Ketika Dihina dan Rela BerkorbanKita mencintai Nabi Saw dengan menjadikan beliau sebagai teladan dalam menjalani kehidupan. Kita di baris terdepan ketika ada yang merusak, menghina, melecehkan, dan menodai Nabi dan agama.Cinta adalah memberi bukan meminta dari yang dicintai. Cinta adalah berkorban untuk yang dicintai bukan mengorbankan yang dicintai untuk meraih keuntungan pribadi. Bukti cinta adalah rela berkorban untuk kepentingan dakwah, baik jiwa, harta, keluarga, dan kedudukan mereka. Tujuannya menyelamatkan manusia di dunia dan di akhirat.Rasulullah Saw menyebarkan Islam di kota Mekah, memberi pemahaman pengorbanan dan menanamkannya di hati setiap sahabatnya. Beliau Saw lebih dulu melakukan pengorbanannya kepada orang lain, kemudian menganjurkan kaum kerabatnya yang terdekat. Siti Khadijah ra, istri beliau, selalu rela mengorbankan apa saja yang ia miliki, demi membela agama yang disebarkan oleh Nabi Saw.Setiap dai harus rela berkorban, baik berupa harta, jiwa, pikiran, tenaga, waktu, dengan pengorbanan sebaik-baiknya. Para sahabat Nabi Saw: seperti Abu Bakar ra, Umar ra, Utsman ra dan Ali ra, semuanya rela meninggalkan tempat tinggal, harta, keluarga, anak, dan istrinya. Semua kaum Muhajirin rela mengorbankan semua kesenangannya demi menegakkan agamanya. Mereka berhijrah hanya membawa bekal seperlunya demi menegakkan agama Islam di tempat lain. Penduduk Madinah yang beriman menyambut mereka dengan luar biasa. Mereka rela membagi harta dan apa saja milik mereka kepada kaum Muhajirin.
Suaraislam.id
Momentum Peringatan Maulid, Ajari Anak-Anak Bela Nabi Saw
Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw dapat dijadikan sebagai momentum untuk menanamkan dan memupuk rasa cinta kepada Nabi Saw. Bukan hanya rasa cinta, tetapi juga memupuk kecintaan terhadap beliau.Cinta Nabi: Kewajiban dan Bagian dari ImanAllah SWT berfirman: “Katakanlah, ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu’. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q. S. Ali Imran: 31).Rasulullah Saw bersabda: “Tidaklah beriman (secara sempurna) salah seorang dari kamu sehingga aku lebih ia cintai daripada orangtuanya, anaknya dan segenap manusia.” (HR. Al-Bukhari).Kewajiban setiap Muslim untuk cinta Nabi Saw, melebihi cintanya kepada semua makhluk. Cinta Nabi Saw merupakan ushul iman (pokok keimanan) yang berkaitan erat dengan cinta kepada Allah Saw.Allah SWT berfirman: “Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah SWT dan RasulNya dan dari berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah SWT mendatangkan keputusanNya. Dan Allah SWT tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS At Taubah: 24).Kecintaan kepada Allah adalah dengan mengikuti apa yang dibawa oleh Nabi Saw. Menaati perintahnya dan meninggalkan larangan-larangannya.Pengaruh kecintaan itu tampak saat terjadi pertentangan antara perintah dan larangan Nabi Saw dengan hawa nafsunya, keinginan istri, anak-anak serta segenap manusia di sekelilingnya. Jika ia benar-benar cinta Rasulullah Saw, ia akan mendahulukan perintah-perintahnya dan tidak menuruti kehendak nafsunya, keluarga atau orang-orang di sekelilingnya. Jika cinta palsu, maka ia akan mendurhakai Allah dan RasulNya, lalu menuruti setan dan hawa nafsunya.Jika kita cinta Rasulullah Saw dengan sepenuh hati, maka akan: mendapatkan kesempurnaan iman, mendapatkan kecintaan Allah SWT, bersama Rasulullah Saw di Akhirat, merasakan manisnya iman. Manisnya keimanan adalah merasakan lezatnya segala ketaatan dan siap menunaikan beban agama serta mengutamakan itu daripada seluruh materi dunia.Bukti Cinta: Bela Nabi Saw Ketika Dihina dan Rela BerkorbanKita mencintai Nabi Saw dengan menjadikan beliau sebagai teladan dalam menjalani kehidupan. Kita di baris terdepan ketika ada yang merusak, menghina, melecehkan, dan menodai Nabi dan agama.Cinta adalah memberi bukan meminta dari yang dicintai. Cinta adalah berkorban untuk yang dicintai bukan mengorbankan yang dicintai untuk meraih keuntungan pribadi. Bukti cinta adalah rela berkorban untuk kepentingan dakwah, baik jiwa, harta, keluarga, dan kedudukan mereka. Tujuannya menyelamatkan manusia di dunia dan di akhirat.Rasulullah Saw menyebarkan Islam di kota Mekah, memberi pemahaman pengorbanan dan menanamkannya di hati setiap sahabatnya. Beliau Saw lebih dulu melakukan pengorbanannya kepada orang lain, kemudian menganjurkan kaum kerabatnya yang terdekat. Siti Khadijah ra, istri beliau, selalu rela mengorbankan apa saja yang ia miliki, demi membela agama yang disebarkan oleh Nabi Saw.Setiap dai harus rela berkorban, baik berupa harta, jiwa, pikiran, tenaga, waktu, dengan pengorbanan sebaik-baiknya. Para sahabat Nabi Saw: seperti Abu Bakar ra, Umar ra, Utsman ra dan Ali ra, semuanya rela meninggalkan tempat tinggal, harta, keluarga, anak, dan istrinya. Semua kaum Muhajirin rela mengorbankan semua kesenangannya demi menegakkan agamanya. Mereka berhijrah hanya membawa bekal seperlunya demi menegakkan agama Islam di tempat lain. Penduduk Madinah yang beriman menyambut mereka dengan luar biasa. Mereka rela membagi harta dan apa saja milik mereka kepada kaum Muhajirin.
Suaraislam.id
Peringatan Maulid: Meneladani Kepemimpinan Nabi Saw
Tidak ada seorang nabi yang dipuji begitu tinggi di antara nabi-nabi yang lain melebihi Nabi Muhammad Saw. Beliau disebut sebagai uswah hasanah (teladan yang baik) bagi umat manusia sebagaimana yang disampaikan Allah dalam Al-Ahzab ayat 29.لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”Tidak hanya itu, Allah SWT pun mengutus nabi juga sebagai rahmat bagi setiap makhluk. Berdasarkan firman Allah dalam surat Al-Anbiya ayat 107:وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”Al-Qadhi Iyadh menjelaskan dalam kitab “Asy-Syifaa’ bi Ta’riif Huquuq al-Musthafaa”, halaman 58, yakni: “Dikatakan (kerahmatan Rasulullah) itu bagi seluruh makhluk. Bagi orang mukmin rahmat itu berupa hidayah. Bagi orang munafik rahmat itu berupa rasa aman mereka dari pembunuhan. Bagi orang kafir rahmat itu berupa penundaan azab atas mereka (berbeda dengan umat-umat sebelumnya yang mengingkari Rasul mereka diazab langsung di dunia, pen).”Membuktikan kecintaan kepada NabiMencintai Nabi adalah sesuatu yang wajib bagi umat Muslim. Bahkan melebih kecintaan kepada segala sesuatu. Allah SWT berfirman dalam Qur’an surat At-Taubah ayat 24:“Katakanlah: “jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”Orang yang mengakui kecintaannya kepada Rasul adalah orang yang menampakkan bukti kecintaan pada dirinya. Tanda atau bukti cinta kepada Rasul yaitu dengan meneladani beliau, mengikuti semua ucapan dan perintahnya, serta menjauhi segala larangannya.Meneladani kepemimpinan nabi dalam politik dan pemerintahanSalah satu bukti kecintaan kepada nabi adalah dengan menjadikan Rasulullah sebagai hakim dan pasrah pada setiap keputusannya. Keharusan pasrah terhadap semua ketentuan Allah dan Rasul-Nya telah disampaikan Allah pada firman-Nya:“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-Nisa ayat 65)Berdasarkan ayat di atas, harusnya seorang muslim itu wajib untuk berhukum kepada Rasulullah dalam segala perkara yang diperselisihkan, wajib menghilangkan keberatan dalam hati terhadap keputusan yang Rasulullah berikan, dan berserah diri pada semua perkara yang telah ditetapkan Rasul, bukan hanya pada perkara yang diinginkan saja.1 2Laman berikutnya
Suaraislam.id
Festival Maulid Nusantara 2023 JIC Usai, Ini Para Pemenang Lombanya
Jakarta (SI Online) – Festival Maulid Nusantara (FMN) 2023 yang digelar Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (PPIJ) atau Jakarta Islamic Centre (JIC) resmi usai.Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari, dibuka pada Jumat (15/12) secara resmi ditutup pada Ahad (17/12/2023) di Ruang Teater Gedung JIC, Koja, Jakarta Utara.Penutupan FMN 2023 dilakukan dengan sejumlah rangkaian acara menarik. Di antaranya pembacaan Maulid Barzanji oleh Sayyidul Qoulnain, Ceramah Maulid Nabi oleh Habib Nabil Al Musawa serta penampilan stand up comedy oleh Ucak Limo dan Aziz Gagap. Hiburan musik shalawat dibawakan oleh Alma Esbeye.Baca juga: Jakarta Islamic Center Gelar Festival Maulid NusantaraKepala Divisi Sosial Budaya dan Ekonomi Syariah PPIJ KH Edi Sukardi mengatakan, peringatan Maulid Nabi di Indonesia sejatinya tidaklah mengenal waktu. Bahkan di Jakarta, pembacaan Maulid dilakukan hampir setiap hari.“Khitanan maulid, mau pergi umroh maulid, mau pergi haji maulid, pokoknya kumpul-kumpul (baca) maulid. Tiap malam Jumat maulid, pengajian juga maulid,” kata Kiai Edi.Kepala Divisi Sosial Budaya dan Ekonomi Syariah PPIJ KH Edi Sukardi.Esensinya, lanjut Kiai Edi, yang diperingati bukan hanya kelahiran Nabi Saw melainkan juga ajaran yang beliau bawa yang harus dikaji dan amalkan,“Nabi meninggalkan dua pusaka, Kitabullah dan Sunnah Rasulullah (Hadits). Inilah warisan nabi yang harus kita jaga dan pelihara. Apa yang diperintahkan kita amalkan,” kata dia.Peringatan Maulid yang dilakukan oleh JIC, kata dia, dikemas dengan budaya masing-masing daerah. Karena itu lahirlah gagasan Festival Maulid Nusantara.Dalam puncak penutupan, panitia juga mengumumkan sejumlah pemenang lomba dalam rangkaian FMN.Lomba yang digelar antara lain Lomba Teatrikal Sirah Nabawiyah, Lomba Kreasi Hidangan Maulid Nusantara, dan Lomba Kreasi Barzanji.Pemenang lomba teatrikal sirah nabawi adalah Teater Air (Juara 1), Teater Sempurna (Juara 2) dan Teater ITC (Juara 3).Lomba kreasi hidangan maulid nusantara dimenangkan: Komunitas ODOJ (Juara 1), Komunitas Tahsin JIC (Juara 2), Jejaka Tua (Juara 3) dan Majelis Taklim LBIQ (Juara Harapan 1).Sedangkan para pemanang lomba kreasi Barzanji adalah Sayyidul Qoulnain (Juara 1), Darul Falah (Juara 2) dan ODOJ. []