Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw dapat dijadikan sebagai momentum untuk menanamkan dan memupuk rasa cinta kepada Nabi Saw. Bukan hanya rasa cinta, tetapi juga memupuk kecintaan terhadap beliau.
Cinta Nabi: Kewajiban dan Bagian dari Iman
Allah SWT berfirman: “Katakanlah, ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu’. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q. S. Ali Imran: 31).
Rasulullah Saw bersabda: “Tidaklah beriman (secara sempurna) salah seorang dari kamu sehingga aku lebih ia cintai daripada orangtuanya, anaknya dan segenap manusia.” (HR. Al-Bukhari).
Kewajiban setiap Muslim untuk cinta Nabi Saw, melebihi cintanya kepada semua makhluk. Cinta Nabi Saw merupakan ushul iman (pokok keimanan) yang berkaitan erat dengan cinta kepada Allah Saw.
Allah SWT berfirman: “Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah SWT dan RasulNya dan dari berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah SWT mendatangkan keputusanNya. Dan Allah SWT tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS At Taubah: 24).
Kecintaan kepada Allah adalah dengan mengikuti apa yang dibawa oleh Nabi Saw. Menaati perintahnya dan meninggalkan larangan-larangannya.
Pengaruh kecintaan itu tampak saat terjadi pertentangan antara perintah dan larangan Nabi Saw dengan hawa nafsunya, keinginan istri, anak-anak serta segenap manusia di sekelilingnya. Jika ia benar-benar cinta Rasulullah Saw, ia akan mendahulukan perintah-perintahnya dan tidak menuruti kehendak nafsunya, keluarga atau orang-orang di sekelilingnya. Jika cinta palsu, maka ia akan mendurhakai Allah dan RasulNya, lalu menuruti setan dan hawa nafsunya.
Jika kita cinta Rasulullah Saw dengan sepenuh hati, maka akan: mendapatkan kesempurnaan iman, mendapatkan kecintaan Allah SWT, bersama Rasulullah Saw di Akhirat, merasakan manisnya iman. Manisnya keimanan adalah merasakan lezatnya segala ketaatan dan siap menunaikan beban agama serta mengutamakan itu daripada seluruh materi dunia.
Bukti Cinta: Bela Nabi Saw Ketika Dihina dan Rela Berkorban
Kita mencintai Nabi Saw dengan menjadikan beliau sebagai teladan dalam menjalani kehidupan. Kita di baris terdepan ketika ada yang merusak, menghina, melecehkan, dan menodai Nabi dan agama.
Cinta adalah memberi bukan meminta dari yang dicintai. Cinta adalah berkorban untuk yang dicintai bukan mengorbankan yang dicintai untuk meraih keuntungan pribadi. Bukti cinta adalah rela berkorban untuk kepentingan dakwah, baik jiwa, harta, keluarga, dan kedudukan mereka. Tujuannya menyelamatkan manusia di dunia dan di akhirat.
Rasulullah Saw menyebarkan Islam di kota Mekah, memberi pemahaman pengorbanan dan menanamkannya di hati setiap sahabatnya. Beliau Saw lebih dulu melakukan pengorbanannya kepada orang lain, kemudian menganjurkan kaum kerabatnya yang terdekat. Siti Khadijah ra, istri beliau, selalu rela mengorbankan apa saja yang ia miliki, demi membela agama yang disebarkan oleh Nabi Saw.
Setiap dai harus rela berkorban, baik berupa harta, jiwa, pikiran, tenaga, waktu, dengan pengorbanan sebaik-baiknya. Para sahabat Nabi Saw: seperti Abu Bakar ra, Umar ra, Utsman ra dan Ali ra, semuanya rela meninggalkan tempat tinggal, harta, keluarga, anak, dan istrinya. Semua kaum Muhajirin rela mengorbankan semua kesenangannya demi menegakkan agamanya. Mereka berhijrah hanya membawa bekal seperlunya demi menegakkan agama Islam di tempat lain. Penduduk Madinah yang beriman menyambut mereka dengan luar biasa. Mereka rela membagi harta dan apa saja milik mereka kepada kaum Muhajirin.
Sumber Klik disini