Materialisme, Sumber Kerusakan Moral

Share

MATERIALISME yang telah mendarah daging dalam diri adalah akar rusaknya moral bangsa. Pendidikan sekuler-materialistik telah membawa bangsa ini secara perlahan menuju jurang kehancuran.

Apa yang salah dari bangsa ini, hingga derajat moralnya berada pada titik nadir? Padahal bangsa ini adalah bangsa yang religius. Tak tanggung-tanggung, enam agama diakui sebagai agama resmi oleh pemerintah. Pemeluk Islam mayoritas, bahkan mencapai angka hampr 88 persen.

Ternyata hancurnya moral bangsa Indonesia tak berkorelasi dengan banyaknya jumlah agama. Karena kehancuran moral bangsa disebabkan oleh paham sekuler-materialistik yang menjangkiti semua pemeluk agama, termasuk umat Islam.

Pendidikan sekuler-materialistik terbukti telah gagal dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan, seperti amanah dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003. Apalagi membentuk manusia yang saleh dan berkepribadian Islam.

Sistem pendidikan di Indonesia hanya menghasilkan manusia-manusia yang menghamba kepada materi. Cara pandang terhadap kesuksesan selalu dinilai dengan ukuran materi. Keuntungan materi menjadi tolok ukur dalam setiap aktivitas perbuatan.

Pergeseran Nilai

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), materialisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu termasuk kehidupan manusia di dalam alam kebendaan semata-mata, dengan mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam indra.

Sebagai sebuah paham filsafat, materialisme adalah paham yang menyatakan bahwa hal yang dapat dikatakan benar-benar ada adalah materi. Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena adalah hasil interaksi material. Karena itu materialisme tidak mengakui entitas-entitas nonmaterial seperti Allah SWT , surga, neraka, hari akhir, malaikat dan sebagainya.

Menurut peneliti Pusat Studi Islam Universitas Muhammadiyah Malang, Muhammad Rajab (2019), pengaruh materialisme dalam dunia pendidikan telah membawa tujuan pendidikan bergeser dari nilai mulia, ilmu, terampil, cendikiawan, akhlak terpuji, menjadi tujuan jangka pendek, yaitu mencari pekerjaan dan pada akhirnya adalah untuk uang.

Rajab menilai tindakan di atas juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan mental anak menjadi mental fulus, apalagi didukung dengan sistem pendidikan sekuler-materialistik yang mengabaikan nilai-nilai agama. Yang diberikan kepada siswa hanya pendidikan yang bisa mengantarkan siswanya supaya mudah mendapatkan pekerjaan, sehingga moral para siswa jauh dari tingkah laku yang beradab.

Sumber Klik disini

Table of contents

Read more

Local News