BERKAITAN dengan penggunaan (tasharruf) individu terhadap hartanya dengan dibelanjakan untuk dirinya dan untuk orang yang dia wajib menginfakkan kepadanya, maka Islam telah mengatur cara pembelanjaannya dan menentukan jalan-jalan yang lurus.
Terdapat tiga larangan kepada seorang Muslim dalam men-tasharruf-kan harta mereka.
Dr. Samih Athif Az-Zein dalam bukunya “Al-Islam Khututun Aridhah, Al Iqtishad, Al-Hukm wa Al-Ijtima”’ menjelaskan, dalam membelanjakan harta, seorang Muslim dilarang bersikap israf dan tabdzir, taraf (bermewah-mewah) dan bakhil kepada diri sendiri.
Baca juga: Menginfakkan Harta
Pertama: Islam melarang individu dari sikap israf (berlebih-lebihan) dalam membelanjakan harta, dan menganggapnya sebagai suatu safah (kedunguan) yang mengharuskan pencegahan safih (orang dungu) dan mubadzdzir (pemboros/penghambur-hamburan) dari penggunaan hartanya dengan cara membatasinya, dan menjadikan orang lain sebagai washi (pemelihara) baginya yang mengurus penggunaan harta bendanya untuk kepentingannya.
Israf (berlebih-lebihan) dan tabdzir (pemborosan) adalah dua kata yang mempunyai arti lughawi (etimologis) dan arti syar’i (terminologis). Dan arti etimologis telah menguasai manusia dan menjauhkan mereka dari arti terminologisnya, sehingga mereka menafsirkan kedua kata tersebut dengan tafsiran yang bertentangan dengan apa yang dimaksud syara’ dari keduanya itu.
Arti etimologis dari saraf dan israf melampaui batas dari keseimbangan, dan merupakan lawan dari hemat (ekonomis). Dan arti etimologis dari tabdzir adalah menghambur-hamburkan. Inilah arti kedua kata itu secara etimologis.
Arti israf dan tabdzir secara terminologis adalah membelanjakan harta dalam hal yang dilarang oleh Allah. Segala pembelanjaan yang diperbolehkan dan diperintahkan Allah Ta’ala, banyak atau sedikit, tidak dinamakan israf dan tabdzir.
Dan segala pembelanjaan yang dilarang Allah SWT, sedikit ata banyak, itulah yang dinamakan israf dan tabdzir.
Telah diriwayatkan dari Imam Az-Zuhri, bahwa ketika dia mengatakan tentang firman Allah Ta’ala:
وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُوْلَةً اِلٰى عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُوْمًا مَّحْسُوْرًا
“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya.” (QS. Al-Isra’ [17]: 29)
Beliau berkomentar: Janganlah kamu mencegah penggunaan hartamu di dalam yang hak, dan janganlah kamu membelanjakannya di dalam yang bathil.
Sumber Klik disini