China memang kini menjadi negara adidaya setelah Amerika. Pengaruhnya dalam bidang militer, ekonomi, politik dan lain-lain tidak bisa diremehkan. Bila dulu AS kedodoran melawan pesaingnya Rusia, kini AS kebingungan melawan hegemoni politik China.
China bukan hanya memainkan banyak peran dalam ekonomi dunia, tapi ia juga memainkan peran politik yang tidak bisa diremehkan. Bantuan ekonominya ke Kenya, Angola, dan negara-negara Afrika lainnya, menjadikan negara-negara itu ‘tunduk’ pada kemauan China. Begitu juga langkah hegemoninya yang kini merembet ke Timur Tengah.
Inilah yang menyebabkan Amerika dan PBB kedodoran melawan operasi opini China tentang nasib Uighur. Jutaan kaum Muslim di Uighur yang digenosida oleh pemerintah China, tidak diakui oleh China. Dengan bantuan lobi dan media, China berhasil menutup masalah Uighur ini berdampak luas ke seluruh dunia.
Di Indonesia misalnya, mahasiswa-mahasiswa yang dibiayai pemerintah China terus menerus meredam kezaliman China ini lewat youtube atau media massa lainnya. Lewat kedutaan besarnya di berbagai negara China juga menolak adanya genosida ini. Negara komunis ini berhasil kampanye tentang kerukunan umat beragama di negerinya.
Meski berbagai upaya dilakukan pemerintah China untuk menutupi kezalimannya, bau busuknya akhirnya tercium juga oleh dunia. Aktivis-aktivis UIghur di luar negeri terus melakukan kampanye melawan pemerintah China. Salah satunya dilakukan Abdulhakim Idris, salah satu diaspora Uighur yang kini tinggal di Amerika.
Lewat bukunya China’s Colonisation of the Islamic World and Uyghur Genoside (Kolonisasi China terhadap Dunia Islam dan Genosida Uighur), Idris berhasil menngungkap politik kotor China terhadap minoritas Islam di sana. Buku yang diterjemahkan Pustaka al Kautsar ini, sebelumnya laris penjualannya di toko Amazon.com.
Idris memulai bukunya dengan mengutip tragedi Baghdad yang diserang Mongol di abas ke-13.
“Mereka menghancurkan kebudayaan dan peradaban Islam. Mereka mengubah masjid menjadi kendang kuda. Hewan-hewan dibiarkan menginjak-injak mushaf Al-Qur’an. Hasil-hasil peradaban yang sangat berharga dalam kebudayaan Islam semuanya dibakar atau dihanyutkan ke sungai. Jutaan orang dibantai.”
Kini menurutnya tak jauh beda yang dilakukan pemerintah China.”Masjid-masjid diijadikan kendang babi. Al-Qur’an dibakar. 10.500 masjid diirusak, 8.500 diantaranya dihancurkan dan kubah masjid juga dirusak. Jutaan manusia terancam genosida,” terang Idris.
Buku ini ditujukan untuk merekam ancaman Partai Komunis China terhadap komunitas global sekaligus sebagai peringatan atas kolonialisme China. Dunia, khususnya Dunia Muskim, sedang berada dalam bahaya yang datang dari Timur. Dunia Islam juga sedang dihadapkan pada krisis kemanusiaan di Kashmir, Palestina, Suriah, Rohingya dan Yaman. Demi kepentingan ekonomi para negara adidaya, warga tak berdosa dikorbankan dan jutaan lainnya terpaksa mengungsi. Ada berbagai publikasi yang telah membahas isu ini baik di dunia Islam maupun Barat.
Buku tentang Uighur ini tentu saja tidak menafikan pentingnya krisis di berbagai dunia lainnya. “Kami hanya bertujuan untuk memberikan perhatian lebih pada bahaya baru yang sedang dihadapi dunia Islam, khususnya apa yang sedang dialami warga Muslim di Turkistan Timur (Uighur),”terang penulisnya.
Di bawah kepemimpinan Xi Jinping sejak 2013, mentalitas Sino-kolonial mendorong China untuk melakukan invasi ekonomi dengan berusaha menguasai ekonomi negara-negara lain. Xi Jinping bukanlah orang sembarangan. Dia adalah putra dari Xi Zhongxun, yang memegang wilayah Barat Laut pada masa rezim Mao. Xi sangat memahami wilayah Turkistan Timur. Dia lebih Mao dibandingkan Mao sendiri. Dia menganggap dirinya sebagai pemimpin China terbesar ketiga dan bermimpi untuk mewujudkan mimpi ayahnya yang belum tercapai: “memerahkan’ wilayah Turkistan Timur.
Xi Jinping juga berperan dibalik gerakan ekstrimis nasionalisme China yang sebelumnya dimulai oleh Pasukan Merah. Namun Xi tidak ingin mengikuti cara-cara ayahnya. Xi ingin agar etnis China Han -yang pernah ditindas oleh negara-negara colonial dan mengalami kemiskinan juga kelaparan- menguasai dunia. Untuk mencapai keinginannya ini, dia tidak memperdulikan aturan internasional. Pemimpin Amerika, seperti Kissinger, Nixon dan Clinton, yang telah memberikan jalan mulus bagi kekebalan China di PBB, misalnya, bertanggungjawab atas kondisi ini.
Sumber Klik disini