Tidak Ada Makanan Berbuka, Ramadhan di Gaza Tanpa Kegembiraan

Share

Di tengah serangan Israel, warga Gaza hanya berbekal saos dan mentimun untuk berbuka puasa, 2.000 staf medis dilaporkan tak memiliki bekal makanan

Hidayatullah.com | BULAN Ramadhan dimulai di Gaza di tengah serangan dan genosida pasukan penjajah ‘Israel’. Sementara warga Palestina masih dilanda krisis kemanusiaan sangat parah.

Hari pertama Ramadhan bagi warga Palestina menyaksikan mereka terus dilanda kelaparan, penyakit, dan kedinginan, selain menghadapi ancaman serangan bom yang tiada henti dari tentara ‘Israel’.

Sementara umat Islam di negara lain merayakan bulan suci ini dan berpuasa di siang hari dengan lebih tenang, berbeda dengan di Gaza, ketika penduduknya menghadapi perang dan ada kebutuhan untuk menemukan anggota keluarga yang terkubur di bawah reruntuhan bangunan.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), mengutip kementerian kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas, mengatakan 25 orang meninggal karena kekurangan gizi dan dehidrasi, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak.

Hanya Berbekal Mentimun

Seorang warga yang kini tinggal di tenda bernama Zaki Abu Mansour, 63, mengaku hanya menyantap tomat dan timun sebagai lauk berbuka puasa.

“Kami tidak tahu mau makan apa untuk berbuka puasa. Saya hanya punya satu tomat dan satu timun. Saya tidak punya uang untuk membeli apa pun. Semua barang yang ada dijual dengan harga terlalu tinggi,” ujarnya dikutip AFP.

Suasana menyambut bulan suci Ramadhan di pasar kota Nablus (utara Tepi Barat) kali ini juga dilaporkan sangat suram, ujar seorang warga, Abdul Latif Al-Kharaz.

Berbicara kepada Kantor Berita Palestina, WAFA, Al-Kharaz mengatakan Ramadhan tahun ini benar-benar berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

Pria yang juga berprofesi sebagai pedagang asongan di kota tua Nablus selama bertahun-tahun ini mengatakan, bulan Ramadhan di kota ini biasanya dirayakan dengan penuh suka cita dan istimewa, kecuali pada tahun ini akibat serbuan ‘Israel’ ke Gaza yang tiada henti sejak 7 Oktober lalu.

“Biasanya sehari menjelang Ramadhan, pasar-pasar di kota ini ramai pengunjung dan membutuhkan waktu lama untuk membeli barang karena terbatasnya pergerakan akibat kepadatan,” ujarnya.

Di kota Rafah di mana 1,5 juta orang mencari perlindungan, makanan, yang biasanya berlimpah, kini digantikan oleh ‘makanan kaleng dan kacang-kacangan’, kata pengungsi Palestina Mohammad al-Masry setelah pindah dari Khan Younis.

“Kami tidak merasakan nikmatnya Ramadhan. Orang-orang duduk di tenda dalam cuaca dingin,” katanya dikutip AFP.

Mohammed Harara dari Palestina berdiri di tepi Gaza sedang menunggu datangnya kapal bantuan. “Saya sudah menunggu sejak pagi karena besok (kemarin) adalah awal Ramadhan dan situasi di sini tragis,” ujarnya.

Menurut Open Arms, kapal bantuan kemanusiaan sedang membawa 200 ton pasokan makanan akan diturunkan oleh mitranya, badan amal World Central Kitchen di pantai Gaza.

.notice-box-green {
border: 2px solid #28a745; /* Green border color */
background-color: #d4edda; /* Light green background color */
padding: 15px;
margin: 20px;
border-radius: 8px;
font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */
text-align: center; /* Center the text */
}

Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/

Staf Medis Tanpa Makanan Berbuka

Sementara itu, Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan ada 2.000 staf medis di rumah sakit Jalur Gaza utara tidak memiliki makanan untuk berbuka puasa.

“Para petugas medis sangat terpapar kelaparan. Ini yang melanda Jalur Gaza utara,” kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan Palestina Ashraf al-Qudra, Selasa (12/3/2024).

Dia menyerukan agar organisasi-organisasi bantuan internasional untuk segera bergerak. Guna menyediakan makanan bagi staf medis.

Warga Palestina di Gaza menjalani hari pertama Ramadan di bawah pemboman ‘Israel’ yang terus berlanjut di Jalur Gaza. Ini menjadikannya bulan terberat bagi mereka karena harus mengungsi dan kekurangan makanan, dan air.

Penjajah ‘Israel’ telah melancarkan agresi militer mematikan di Jalur Gaza. Agresi menyebabkan lebih dari 31.100 warga Palestina syahid.

Di mana sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas di Gaza, dan lebih dari 72.700 lainnya terluka. Akibat kehancuran massal dan kekurangan kebutuhan pokok.*

Sumber Klik disini

Table of contents

Read more

Local News