Tentara ‘Israel’ Memperkosa Perempuan Gaza saat Menggerebek Kompleks RS Al-Shifa

Share

Zionis ‘Israel’ memperkosa perempuan Gaza saat penggerebekan dan pengepungan rumah sakit al-Shifa, memicu kemarahan internasional

Hidayatullah.com | PASUKAN penjajah ‘Israel’ (IDF) dilaporkan terlibat dalam kejahatan pemerkosaan terhadap perempuan Gaza selama penggerebekan yang sedang berlangsung di Rumah Sakit Al-Shifa, fasilitas kesehatan terbesar di wilayah yang sedang dikepung dan terjajah.

Warga sipil Jamila al-hissi, yang terjebak di sebuah gedung dekat fasilitas kesehatan, dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera melaporkan bahwa IOF menculik dan membunuh perempuan selama penggerebekan mereka di rumah sakit.

“Mereka memperkosa perempuan, menculik perempuan, mengeksekusi perempuan, dan menarik mayat dari bawah reruntuhan untuk melepaskan anjing mereka ke arah mereka,” katanya kepada Al Jazeera. 

Dia mengatakan tidak ada yang lebih buruk dari situasi ini.

“Apakah ada yang lebih mengerikan daripada mendengar perempuan meminta bantuan?” dia menambahkan, “ketika kami mencoba menghubungi mereka untuk memberikan bantuan, mereka menembak kami.”

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan Zionis ‘Israel’ telah mengepung dan menyerang komplek RS Al-Shifa selama 6 hari berturut-turut, di tengah kesulitan air, makanan, atau layanan kesehatan, yang diderita tim medis dan pasien yang terkepung.

Kementerian Kesehatan menyerukan semua lembaga PBB dan komunitas internasional untuk segera melakukan intervensi guna menyelamatkan nyawa mereka.

Sementara itu, Salama Maarouf, kepala Kantor Informasi Pemerintah di Gaza, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera bahwa ratusan tahanan di dalam Kompleks Shifa menjadi sasaran pelecehan dan penghinaan oleh pasukan penjajah.

Dia menambahkan bahwa penjajah melakukan pembantaian di Kompleks Medis Al-Shifa dan agresi mereka mencakup seluruh area di sekitar Kompleks Medis Al-Shifa.

Jurnalis Jihad Abu Shanab, di sekitar kompleks Shifa, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa puluhan keluarga telah dikepung tanpa air atau makanan selama 6 hari di rumah-rumah dan lingkungan dekat kompleks Shifa, dan terkena tembakan dan pemboman udara.

Selama beberapa hari mereka telah meminta Palang Merah dan organisasi internasional untuk turun tangan menyelamatkan mereka.  

Penyiksaan dan Penahanan

Serangan terbaru terhadap Al-Shifa menyusul operasi militer di sana pada bulan November yang memicu kemarahan internasional telah menyebabkan lebih banyak orang mencari keselamatan di tempat lain.

Rekaman AFP menunjukkan arus orang-orang yang melarikan diri ke selatan di sepanjang pantai Gaza untuk menghindari serangan rumah sakit pada hari Kamis.

Mahmoud Abu Amra, 50, yang tinggal di Al-Rimal, mengatakan pasukan ‘Israel’ memaksa “perempuan dan anak-anak pergi ke barat menuju jalan Al-Rashid di pantai, dan kemudian ke selatan Gaza”.

Seorang pemuda Palestina yang trauma setelah melarikan diri dari Al Shifa menceritakan kepada pers. “Mereka (IDF) melucuti pakaian kami dan mengikat tangan kami. Mereka membiarkan kami berdiri selama 2 jam sebelum membawa kami ke dalam Al-Shifa. Mereka meninggalkan kami di dalam selama satu jam, “ ujarnya.

Abu Amra mengatakan dia melihat pasukan penjajah menyerbu rumah-rumah dan bangunan tempat tinggal di barat Kota Gaza.

“Pasukan ini mengevakuasi seluruh warga dari rumah mereka, memaksa semua pria berusia di atas 16 tahun untuk menanggalkan pakaian mereka kecuali pakaian dalam mereka,” katanya.

“Mereka mengikat warga, memukuli mereka dengan popor senapan, menghina mereka dan membawa mereka ke sebuah sekolah dekat RS al-Shifa untuk diinterogasi dan ditahan.”

Dalam wawancara terpisah, Abir Gubn, 39 tahun, seorang wanita Palestina yang ditahan di Jalur Gaza utara, menggambarkan cobaan berat yang dialaminya dan mengatakan bahwa tentara ‘Israel’ telah mencuri dan menganiayanya.

Selama 63 hari penangkapannya, Gubn mengatakan bahwa dia disiksa, uangnya dicuri, dan dipaksa melakukan pemeriksaan telanjang. Dia menggambarkan pengalamannya, mengatakan bahwa dia terjebak dalam aksi militer setelah melarikan diri dari pemboman ‘Israel’ bersama ketiga anaknya dan tetangganya ke Sekolah El-Fahura.

“Ketika perang dimulai, saya berada di Rumah Sakit Kemal Advan, dan setelah perawatan putra saya selesai, kami mencari perlindungan di Sekolah El-Fahura,” tawanan Palestina, Gubn, mengenang cobaan berat yang dialaminya. Kami dibom oleh tentara penjajah, dan istri kedua serta anak-anak suami saya tewas sebagai martir.”

Setelah tentara ‘Israel’ menyerang dan menyerbu sekolah tersebut, Gubn menceritakan meninggalkan daerah tersebut dan melakukan perjalanan ke Rafah bersama anak-anaknya.

Setelah beberapa waktu, menurut Gubn, pasukan menanyakan nama dan nomor identitasnya sebelum memindahkannya ke batalion lain yang memiliki tentara pria dan wanita.

Menurut Gubn, dia terpaksa menjalani penggeledahan telanjang dengan ancaman hukuman mati setelah pasukan ‘Israel’ memerintahkan agar dia membuka pakaian untuk penggeledahan, namun awalnya dia menolak.

.notice-box-green {
border: 2px solid #28a745; /* Green border color */
background-color: #d4edda; /* Light green background color */
padding: 15px;
margin: 20px;
border-radius: 8px;
font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */
text-align: center; /* Center the text */
}

Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/

Gubn menggambarkan tindakan pasukan ‘Israel’ sebagai berikut: “Setelah memaksa saya mengenakan pakaian, mereka membelenggu pergelangan tangan dan kaki saya, menutup mata saya, dan membawa saya ke suatu lokasi, lalu dari sana ke lokasi lain menggunakan kendaraan militer. Kami diikat dengan pergelangan tangan, kaki, dan mata kami di sana pada malam itu.”

Dia menggambarkan dirinya menjadi sasaran banyak penggeledahan telanjang saat berada dalam tahanan dan mengatakan bahwa pasukan ‘Israel’ telah melecehkan dan menyiksanya secara verbal.

Gubn melanjutkan, “Mereka membawa kami ke sebuah fasilitas besar yang dipenuhi militer, memaksa kami menanggalkan pakaian, memukuli dan menyiksa saya. Di luar dingin, jadi mereka memaksa kami mengenakan pakaian penjara yang tipis.”

Dia mengklaim bahwa tentara ‘Israel’ secara teratur menyiksa dia dan tahanan lainnya dengan pelecehan verbal, serangan fisik, dan penggeledahan telanjang.

Gubn mengklaim tentara mengambil perhiasan emasnya yang mahal dan memaksanya menandatangani surat yang menyatakan bahwa mereka telah menerima barang-barangnya, namun dia tidak pernah menerimanya kembali.

Gubn juga menceritakan bagaimana dia dipindahkan ke seluruh sel militer, menjadi sasaran pelecehan dan penyiksaan, dan akhirnya dibebaskan. Bahkan setelah dibebaskan, katanya, tentara ‘Israel’ menahannya sampai dia tiba di perbatasan antara Gaza dan ‘Israel’, di mana dia ditemui oleh pejabat dari Komite Palang Merah Internasional.

Pasukan penjajah ‘Israel’ mengatakan bahwa mereka tidak akan mengakhiri operasi mereka di Kompleks Medis Al-Shifa di Kota Gaza sebelum menangkap militan terakhir, hidup atau mati, sehubungan dengan pemboman kawasan pemukiman di sekitar Al-Shifa dan di tengah seruan bantuan dari keluarga-keluarga yang terjebak dalam pemboman, dan ratusan pengungsi serta staf medis menjadi sasaran serangan di dalam gedung.

Sementara Komandan Komando Selatan militer IDF, Yaron Finkelman, membenarkan operasi militer di kompleks Shifa akan terus berlanjut.*

Sumber Klik disini

Table of contents

Read more

Local News