Hidayatullah.com – Mantan Perdana Menteri Maroko dan Sekretaris Jenderal Partai Keadilan dan Pembangunan, Abdelilah Benkirane, memperingatkan bahwa entitas Zionis ‘Israel’ merupakan ancaman bagi semua negara Arab, bukan hanya Palestina.
“Israel tidak hanya mengancam warga Palestina di seluruh wilayah Palestina, tetapi juga merupakan ancaman bagi negara-negara Arab lainnya,” ujar Benkirane dalam pertemuan Sekretariat Umum partai di Rabat, lansir MEMO pada Senin (22/07).
Peringatan politisi Maroko ini muncul ketika penjajah ‘Israel’ menyerang kota Hudaydah di Yaman, yang menurut seorang anggota Knesset merupakan “pesan untuk seluruh Timur Tengah.”
Sedikitnya enam orang tewas dan 83 lainnya terluka dalam serangan udara tersebut pada hari Sabtu, menurut Kementerian Kesehatan Houthi.
‘Israel’ mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut, dengan mengatakan bahwa itu adalah “tanggapan langsung” terhadap serangan pesawat tak berawak yang diluncurkan oleh Houthi di Tel Aviv pada hari Jumat, yang menewaskan seorang warga Israel dan melukai sepuluh orang lainnya.
Serangan pada hari Sabtu menandai respon langsung pertama ‘Israel’ terhadap serangan Houthi baru-baru ini.
Normalisasi dengan Zionis
Meskipun ada penentangan yang meningkat terhadap normalisasi dengan Israel di kerajaan Afrika Utara tersebut, Maroko berencana untuk mengakuisisi satelit mata-mata dari Israel Aerospace Industries (IAI) dalam sebuah kesepakatan senilai US$1 miliar.
“Kami mengutuk kesepakatan ini dan kesepakatan apa pun dengan entitas Zionis […] Kami menuntut pernyataan dan penjelasan resmi dari pemerintah,” kata Aziz Hanaoui, anggota Front Nasional Menentang Normalisasi, kepada The New Arab.
Kepala misi Israel di Rabat dan kementerian luar negeri Maroko belum mengonfirmasi berita tersebut.
Pada Selasa (15/07), Israel Aerospace Industries (IAI) mengumumkan bahwa mereka telah menandatangani kontrak senilai US$1 miliar untuk memasok salah satu sistemnya kepada pihak ketiga yang tidak disebutkan namanya.
Dalam sebuah pengajuan peraturan di Tel Aviv, IAI, yang memproduksi beberapa drone dan sistem pertahanan rudal tercanggih di ‘Israel’, menyatakan bahwa kesepakatan tersebut akan dilaksanakan selama lima tahun.
Berdasarkan kontrak tersebut, IAI akan memasok satelit mata-mata Ofek 13, yang akan menggantikan dua satelit Airbus dan Thales, lapor situs berita Maroko Le Desk yang mengutip sumber-sumber Israel di Rabat.
Satelit ‘Israel’ baru ini akan menggantikan satelit Mohammed VI-A yang diluncurkan pada tahun 2017.
Satelit sebelumnya, yang dimaksudkan untuk memberikan “pengawasan yang kuat untuk perbatasan dan pantai negara dan untuk mengelola bencana alam,” diproduksi oleh Thales Alenia Space dan Airbus dari Prancis setelah kontrak senilai 500 juta euro (US$ 555 juta) yang ditandatangani antara Rabat dan Paris pada tahun 2013.
Desember lalu, media Prancis La Tribune berspekulasi bahwa keputusan Rabat untuk mengganti perusahaan-perusahaan Prancis dengan perusahaan-perusahaan Israel disebabkan oleh krisis yang sedang berlangsung antara Rabat dan Paris dan hubungan yang tegang antara raja Maroko dan presiden Prancis.
Setahun setelah menormalkan hubungan, Israel dan Maroko menyepakati pakta pertahanan pada tahun 2021, yang mencakup intelijen dan kerja sama dalam industri dan pengadaan militer.
Meskipun mendapat tentangan dari publik, sebuah sumber dari kementerian luar negeri Maroko mengonfirmasi pada bulan Maret kepada Reuters tentang normalisasi yang sedang berlangsung di Rabat dengan Israel, mengklaim “manfaatnya” dalam mengadvokasi rakyat Palestina dan mengamankan bantuan kemanusiaan untuk Gaza.*
Baca juga: Kunjungi ‘Israel’, Influencer dan Tokoh Muda Maroko Banjir Kecaman
Sumber Klik disini