Hidayatullah.com—Turki telah menghentikan semua perdagangan dengan ‘Israel’ yang berlaku segera setelah krisis kemanusiaan di Gaza, Kementerian Perdagangan Turki mengumumkan pada hari Kamis.
“Transaksi ekspor dan impor terkait ‘Israel’ telah dihentikan, mencakup semua produk.
“Turkiye akan menerapkan langkah-langkah baru ini dengan tegas dan jelas sampai Pemerintah ‘Israel’ mengizinkan bantuan kemanusiaan yang cukup dan tidak terputus untuk memasuki Gaza,” kata kementerian tersebut seperti dikutip Middle East Eye (MEE).
Menteri Luar Negeri ‘Israel’ ‘Israel’ Katz mengkritik tindakan tersebut di platform media sosial X, dengan mengatakan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berperilaku seperti “seorang diktator”.
Katz menuduh Erdogan melanggar perjanjian bilateral antara kedua negara dan mengatakan negaranya akan berusaha menciptakan alternatif perdagangan dengan negara lain.
Turki dan ‘Israel’ memiliki perjanjian perdagangan bebas yang berlaku sejak tahun 1997.
Total perdagangan antara kedua negara akan mencapai $6,3 miliar pada tahun 2023, dimana 76 persen di antaranya adalah ekspor Turki, menurut Institut Statistik Turkiye.
Putuskan Hubungan Diplomatik
Presiden Kolombia Gustavo Petro telah mengumumkan rencana untuk memutus hubungan diplomatik dengan ‘Israel’ sehubungan dengan perang yang terjadi di Jalur Gaza, yang telah diperingatkan oleh para aktivis hak asasi manusia dan para ahli lainnya bahwa hal tersebut dapat mengakibatkan genosida.
Berbicara kepada orang banyak yang memperingati Hari Buruh Internasional di Bogota pada hari Rabu, Petro mengatakan negara-negara tidak bisa pasif dalam menghadapi krisis yang terjadi di Gaza.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Di sini, di hadapan Anda, pemerintahan perubahan, presiden republik, mengumumkan bahwa besok kami akan memutuskan hubungan diplomatik dengan negara ‘Israel’… karena memiliki pemerintahan, karena memiliki presiden yang melakukan genosida,” kata Petro. Sebagai pemimpin sayap kiri yang berkuasa pada tahun 2022, Petro dianggap sebagai bagian dari gelombang progresif yang dikenal sebagai “pasangan merah muda” di Amerika Latin. Dia telah menjadi salah satu kritikus paling vokal terhadap ‘Israel’ sejak dimulainya perang Gaza.*
Sumber Klik disini