Orang kaya yang kikir dan enggan mengeluarkan zakat, ia termasuk menimbun harta dan memakan hak orang lain, inilah petikan khutbah Jumat tentang kemuliaan zakat 2,5 persen
Oleh: Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil
Hidayatullah.com | SESUNGGUHNYA zakat itu menumbuhkan dan menambahkan. Zakat selain memiliki makna suci dan bersih, juga bermakna tumbuh, berkembang dan bertambah, baik dari segi harta maupun jiwanya. Di bawah ini petikan lengkap naskah Khutbah Jumat kali ini;
Khutbah Jumat Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah
Beberapa waktu lalu beredar sebuah potongan video berisi ceramah seorang oknum pendeta kondang. Isi ceramahnya mencemooh dan mengolok-olok ibadah zakat yang ‘hanya’ dua setengah persen.
Berbeda, menurut oknum pendeta ini, dengan perpuluhan (sedekah ala kaum Kristiani) yang sepuluh persen. Karenanya, masih kata oknum pendeta, umat Islam harus bekerja lebih keras untuk dapat ampunan Tuhan dengan cuci anggota badan (wudu), salat dengan melipat kaki saat duduk tasyahud akhir sebelum salam.
Sontak ceramah tersebut memicu kecaman publik, dari umat Islam khususnya dan bahkan dari kalangan umat Kristiani sendiri. Pada akhirnya si penceramah meminta maaf secara terbuka dengan mendatangi DMI (Dewan Masjid Indonesia) dan MUI (Majelis Ulama Indonesia).
Dari kasus di atas kita bisa mengambil pelajaran dari sisi keutamaan dan hikmah mengapa orang kaya harus mengeluarkan zakat. Peristiwa ini juga harus menyadarkan orang-orang kaya yang enggan berzakat, bahwa di antara harta yang mereka miliki ada hak untuk kaum papa yang mesti diberikan.
Ada banyak nilai dan keuntungan yang didapat jika kita menunaikan dua setengah persen zakat. Paling tidak, ada tiga keuntungan dari sekian banyak keuntungan berzakat.
Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah
Pertama, membersihkan harta dan jiwa. Allah SWT berfirman :
خُذْ مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْۗ اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
“Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS. at-Taubah : 103).
Berdasarkan ayat tersebut, diperoleh penjelasan bahwa : (1) dengan zakat, harta yang kita peroleh akan disucikan oleh Allah SWT dari kemungkinan adanya kotoran, lantaran tanpa sengaja mendapatkannya dengan cara-cara yang kotor.
(2). Aakat bisa membersihkan jiwa kita dari potensi memiliki sifat-sifat buruk yang berkaitan dengan harta. Seperti, terlalu cinta harta, kikir, serakah, dan lain sebagainya.
(3). Anjuran bagi yang menerima zakat untuk mendoakan mereka yang menunaikan zakat agar ibadah dua setengah persen zakatnya diterima oleh Allah SWT dan mendapatkan ketenangan jiwa.
Di samping itu, Rasulullah ﷺ bersabda yang artinya: “Siapa yang menunaikan zakat hartanya maka keburukan harta tersebut akan hilang darinya.” (HR. Thabrani)
Rasul ﷺ juga bersabda, seperti diriwayatkan oleh al-Hakim, “Jika engkau tunaikan zakat hartamu maka engkau telah menghilangkan keburukannya.”
Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah
Keuntungan kedua dari berzakat adalah terhindar dari golongan penimbun harta. Allah SWT berfirman :
وَالَّذِيْنَ يَكْنِزُوْنَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُوْنَهَا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۙفَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ اَلِيْمٍۙ
“Orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka berikanlah kabar gembira kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.” (QS. at-Taubah : 34)
Nabi Muhammad ﷺ bersabda :
كُلُّ مَالٍ وَإِنَّ كَانَ تَحْتَ سَبْعِ اَرْضِيْنَ تُؤَدَّى زَكَاتُهُ، فليس بِكَنْزٍ، وَكُلُّ مَالٍ لَا تُؤَدَّى زَكَاتُهُ وَإِنَّ كَانَ ظَاهِرَا، فَهُوَ كَنْزٌ
“Semua harta, walaupun berada di bawah tujuh lapis bumi, yang ditunaikan zakatnya, maka ia bukan harta simpanan (yang ditimbun). Dan semua harta yang tidak ditunaikan zakatnya, walaupun tampak, itu adalah barang timbunan.” (HR. Thabrani).
Berangkat dari keterangan di atas, kita mendapatkan pelajaran bahwa orang kaya yang kikir dan rakus sehingga enggan mengeluarkan zakat, maka ia termasuk menimbun harta yang sama artinya memakan hak orang lain.
Memakan hak orang lain sama halnya menjauhkan harta dari keberkahan dan kesucian. Ujungnya adalah azab yang sangat pedih di akhirat.
Kelak di akhirat hartanya orang yang enggan berzakat, ditampakkan sebagai ular yang menakutkan, mematok, menyengat, dan menyiksanya. Rasulullah ﷺ bersabda, dalam riwayat Imam Bukhari:
“Siapa yang diberi harta oleh Allah -Azza wa Jalla- lalu ia tidak menunaikan zakatnya, maka hartanya akan berubah pada hari Kiamat menjadi seekor ular berkepala putih (karena banyak racunnya) serta memiliki dua titik hitam di atas matanya atau dua taring, lalu memakan dengan kedua tulang rahangnya (taringnya) pada hari Kiamat, lalu menyatakan, ‘Akulah harta simpananmu, akulah harta simpananmu.’
Kemudian Rasulullah ﷺ membaca sebuah ayat :
وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ يَبْخَلُوْنَ بِمَآ اٰتٰىهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖ هُوَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَّهُمْ ۗ سَيُطَوَّقُوْنَ مَا بَخِلُوْا بِهٖ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ وَلِلّٰهِ مِيْرَاثُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
“Dan jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan apa yang diberikan Allah kepada mereka dari karunia-Nya mengira bahwa (kikir) itu baik bagi mereka, padahal (kikir) itu buruk bagi mereka. Harta yang mereka kikirkan itu akan dikalungkan (di lehernya) pada hari Kiamat. Milik Allah-lah warisan (apa yang ada) di langit dan di bumi. Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (QS. Ali Imran : 180).
Hadirin Jamaah Sholat Jumat yang Berbahagia
Ketiga, zakat itu menumbuhkan dan menambahkan. Zakat selain memiliki makna suci dan bersih, juga bermakna tumbuh dan berkembang dan bertambah, baik dari segi harta maupun jiwanya.
Secara materi, memang zakat mengurangi harta sebab kita mengeluarkan dua setengah persen darinya. Dari semula 100 persen menjadi 97,1/2 persen. Tapi, sebenarnya dengan zakat itu kita akan mendapatkan tambahan harta. Karena seperti itulah janji dan penegasan Allah SWT.
Allah SWT berjanji akan mengganti harta yang dikeluarkan untuk kebaikan.
قُلْ اِنَّ رَبِّيْ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖ وَيَقْدِرُ لَهٗ ۗوَمَآ اَنْفَقْتُمْ مِّنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهٗ ۚوَهُوَ خَيْرُ الرّٰزِقِيْنَ
“Katakanlah, ‘Sungguh, Tuhanku melapangkan rezeki dan membatasinya bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya.’ Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rezeki yang terbaik.” (QS. Saba’ : 39)
Sebagai orang Islam, kita selalu yakin terhadap wahyu dan janji Allah SWT. Dalam kehidupan sehari-hari kita dapati ada seorang pengusaha muslim yang mengorbankan sebagian hartanya meskipun hal itu mengurangi hartanya.
Namun, usahanya semakin maju dan berkembang. Usahanya tidak mendapat gangguan dari masyarakat. Bahkan, masyakarat sekitar menjadi senang terhadap adanya perusahaan milik si pengusaha.
Demikianlah khutbah Jumat pada siang hari ini. Semoga semakin meyakinkan kita tentang keagungan dan kemuliaan ibadah dua setengah persen yaitu zakat.
Kita doakan semoga saudara-saudara kita yang berzakat, Allah SWT bersihkan harta dan jiwanya, diberkahi serta ditambah kebaikan di dalamnya. Dan semoga mereka yang masih enggan berzakat, dibuka mata hatinya oleh Allah.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
.notice-box-green {
border: 2px solid #28a745; /* Green border color */
background-color: #d4edda; /* Light green background color */
padding: 15px;
margin: 20px;
border-radius: 8px;
font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */
text-align: center; /* Center the text */
}
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Khutbah Jumat Kedua
اَلْحَمْدُ للّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ
أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْن
Arsip lain terkait Khutbah Jumat bisa diklik di SINI. Artikel lain tentang keislaman bisa dibuka www.hidayatullah.com. Khutbah Jumat ini kerjasama dengan Rabithah Alawiyah Kota Malang
Sumber Klik disini