Hidayatullah.com – Diusir dari rumah. Begitulah yang kerap dialami para mualaf. Itu pula yang dialami Adi Purwanto. dia masuk Islam secara diam-diam, tanpa sepengetahuan orang tuanya. “Saya tidak memberi tahu karena takut, karena ini masalah ideologi,” katanya saat ditemui di ruang kerjanya di SDI Lukman Al Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya akhir Januari lalu.
Pada akhirnya Adi memberi tahu juga orangtuanya. Ibunya menerima dengan baik. Giliran memberitahu ayahnya, dia murka. “Saya diusir pergi dari rumah,” kata Adi mengenang. Tak ingin bertengkar dengan ayahnya, Adi rela meninggalkan rumah. Di sisi lain dia sudah yakin dan merasa nyaman dengan Islam.
Sebelumnya, Adi menganut agama Katolik, mengikuti agama ayahnya. Demikian juga adik-adiknya. Dia anak sulung. Ibunya sendiri sebenanya Muslim, meski dibesarkan dalam keluarga yang menganut aliran kepercayaan. “Ibu saya Muslim, Cuma tidak paham dengan agamanya,” ujar Adi. Ayah dan ibunya menikah secara Islam. “Setelah menikah ayah kembali kepada agama lamanya,” Adi menambahkan. Lantas bagaimana nasib Adi setelah terusir dari rumah?
Baca juga: Juara Tinju Dunia Gervonta Davis Masuk Islam
Meski sejak lahir beragama Katolik, Adi baru aktif ke gereja setelah duduk di bangku SMP. “Diajak kakak sepupu saya,” ujarnya. Nama gerejanya unik, Gereja Santa Maria Tak Bercela, ada di daerah Ngagel Surabaya. “Setiap Ahad saya beribadah di gereja itu,” katanya. Meski begitu, anehnya dia tidak merasakan kenyamanan. “Di gereja hanya nyanyi-nyanyi saja,” katanya.
Apakah karena itu Adi kemudian meninggalkan agama Katolik? Lalu, bagaimana kisahnya dia menemukan dan memilih Islam sebagai keyakinan barunya? Bagaimana pula dia sukses mengislamkan adik-adiknya dan juga ayah yang dulu mengusirnya? “Ada strategi tertentu,” katanya.
Saat ayahnya meninggal, sempat ada drama dengan saudara ayahnya yang beragama Katolik. Mereka berebut cara pemakaman. Adi ingin memakamkan dengan cara Islam, sementara saudara ayahnya ngotot dengan cara Katolik. Sedihnya lagi, warga sekitar juga tak ada yang berani mensalati. “Karena sepengetahuan mereka ayah beragama Katolik, padahal sudah saya Islamkan,” jelas Adi yang kini mendapat Amanah sebagai kepala sekolah ini.
.notice-box-green {
border: 2px solid #28a745; /* Green border color */
background-color: #d4edda; /* Light green background color */
padding: 15px;
margin: 20px;
border-radius: 8px;
font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */
text-align: center; /* Center the text */
}
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Nah, bagaimana akhirnya? Saksikan kisah selengkanya di sini
Sumber Klik disini