Dalam Kondisi Kelaparan Hingga Tak Mampu Berjalan, Warga Rafah Dibombardir Israel

Share

Hidayatullah.com – Empat hari lalu, militer “Israel” menjatuhkan selebaran yang memerintahkan para pengungsi dan penduduk Rafah untuk pergi. Militer mengatakan bahwa mereka akan beroperasi dengan kekuatan melawan “organisasi teror” di daerah tersebut.

Perkiraan PBB menyebutkan ada 1,2 juta orang yang mengungsi di Rafah, kota selatan Gaza. Kondisinya sangat memprihatinkan.

“Kelaparan besar-besaran yang terjadi di bagian utara Gaza telah menyebar ke bagian selatan,” kata Cindy McCain, Kepala World Food Programme kepada Middle East Eye (08/5/2024).

Sementara menurut Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNWRA) untuk pengungsi Palestina, setiap jamnya ada sekitar 200 warga Palestina yang terpaksa mengungsi dari Rafah.

Dalam sebuah konferensi pers online, para dokter dan aktivis kemanusiaan yang melaporkan dari Gaza mengatakan bahwa memindahkan orang-orang dari Rafah –sebagaimana permintaan militer “Israel”– adalah hal yang mustahil. Sebabnya, mereka tengah dilanda kelaparan parah serta sistem transportasi dan layanan kesehatan terhenti sama sekali.

“Ada anak-anak dan orang tua yang sangat kelaparan sehingga mereka hampir tidak bisa berjalan. Orang-orang ini tidak bisa begitu saja pindah ke daerah lain, ke tempat yang disebut ‘zona aman’. Itu tidak mungkin,” kata Alexandra Saieh dari lembaga Save the Children.

Para aktivis kemanusiaan menyatakan bahwa tidak ada daerah yang “aman” di Jalur Gaza untuk relokasi. “Konsep zona aman adalah sebuah kebohongan,” kata Helena Marchal dari Medecins du Monde, organisasi kemanusiaan internasional yang memberikan perawatan medis darurat dan jangka panjang kepada orang-orang yang paling rentan di dunia.

Sulit Bergerak

Para aktivis juga menegaskan kembali sulitnya memasukkan dan mendistribusikan bantuan ke Gaza. Penyeberangan Rafah dan Kerem Shalom, yang dilalui sebagian besar bantuan, telah ditutup sejak Ahad malam.

Jalan-jalan di Gaza sebagian besar hancur atau terblokir oleh padatnya pengungsi. Akibatnya, pergerakan orang dan barang amat terbatas. Hanya sejumlah kecil rute, terutama antara utara dan selatan, yang tersedia untuk keperluan kemanusiaan, jelas Jeremy Konyndyk dari Refugees International.

Masalah lainnya adalah keberadaan pengungsi yang teramat padat.

“Di Deir al-Balah dan daerah Mawasi di pinggiran Rafah dan Khan Younis, hampir tidak ada tempat yang tersisa. Ada tenda di mana-mana, di pantai, di trotoar, di jalan, di kuburan, di halaman rumah. rumah sakit, di halaman sekolah,” jelas Ghada Alhaddad dari Oxfam International.

Diceritakan oleh Saieh, timnya membutuhkan waktu enam minggu dan empat kali gagal untuk memindahkan beberapa ratus paket makanan dari Rafah ke utara Gaza.

“Satu liter bahan bakar berharga $40 kemarin. Seluruh operasi bantuan menggunakan bahan bakar. Jika bahan bakar distop, maka operasi bantuan akan gagal,” kata Konyndyk .

Malnutrisi Parah

Profesor John Maynard, seorang ahli bedah dari Inggris yang telah menghabiskan dua minggu terakhir mengoperasi warga Gaza, menyoroti komplikasi penyakit akibat langsung dari kekurangan gizi.

Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/

“Saya mempunyai dua pasien, 16 dan 18 tahun. Keduanya menderita luka yang sebenarnya masih bisa disembuhkan, namun keduanya meninggal minggu lalu akibat kekurangan gizi.”

Rekannya, Dr, Kahler, berbicara tentang “titik kritis” setelah 6 hingga 8 bulan, yakni sistem imunologi yang rusak.

“Pada saat itulah infeksi dan komplikasi akibat malnutrisi akan dimulai,” tambahnya.

Kata para aktivis kemanusiaan, kelaparan di Gaza terjadi akibat kurangnya akses terhadap makanan yang berkepanjangan, tingginya tingkat kekurangan gizi pada anak-anak, dan tingginya angka kematian akibat kelaparan dan penyakit.

“Jika terjadi invasi ke Rafah, maka kita akan melihat meroketnya angka kematian akibat kelaparan,” kata Konyndyk.

Dan kekhawatiran itu benar-benar terjadi. Militer “Israel” telah membombardir wilayah Rafah tanpa ampun.*

Sumber Klik disini

Read more

Local News