Brain Rot, Pembusukan Otak akibat Penggunaan Layar Gawai Berlebihan

Share

Hidayatullah.com—‘Pembusukan otak’ atau ‘brain rot’ menjadi Kata Tahun Ini untuk tahun 2024, demikian diumumkan Oxford University Press. Menurut psikolog berbagi, pandangan tentang istilah tersebut yang berisiko memiliki dampak terhadap penurunan kesehatan mental karena berkaitan dengan penggunaan media sosial yang tergolong dangkal.

Para ahli Oxford mengamati bahwa istilah brain rot mendapat perhatian signifikan di tahun ini. Hal tersebut tercermin dari kekhawatiran tentang dampak mengonsumsi konten daring berkualitas rendah dalam jumlah berlebihan di media sosial, seperti dikutip dari siaran India Today, Sabtu (7/12) waktu New Delhi, India.

Bahkan, frekuensi penggunaan istilah tersebut melonjak 230 persen dari tahun 2023 ke tahun 2024. Psikolog Klinis dari Rumah Sakit Holy Family di Mumbai, India memaparkan penyebab dari ‘brain rot’.

“‘Brain rot’ mencerminkan penurunan kemampuan mental secara perlahan, yang sering kali dikaitkan dengan penggunaan layar yang berlebihan, kurangnya stimulasi, atau pilihan gaya hidup yang tidak sehat,” kata Dr. Narendra Kinger.

Dia melanjutkan, “(brain rot merupakan) kemunduran yang diduga terjadi pada kondisi mental atau intelektual seseorang, terutama jika dilihat sebagai akibat dari konsumsi berlebihan terhadap materi (terutama konten daring) yang dianggap remeh atau tidak menantang”.

Istilah brain rot menyoroti meningkatnya kekhawatiran tentang dampak mengonsumsi konten media sosial yang dangkal terhadap kesehatan mental. Paparan informasi yang dangkal dari internet atau media sosial tersebut dapat menurunkan kesehatan kognitif dan menyebabkan kelelahan mental.

Penurunan tersebut tidak terbatas pada kelompok usia tertentu. Kerusakan otak akibat penggunaan media sosial dapat mempengaruhi anak-anak dan orang dewasa, meskipun penyebab dan gejalanya dapat berbeda.

Pada anak-anak, kerusakan otak sering kali terlihat dari berkurangnya rentang perhatian, kesulitan berkonsentrasi pada tugas, dan prestasi akademis yang buruk.

Sebaliknya, kerusakan otak pada orang dewasa dapat ditandai dengan mudah lupa, motivasi rendah, mudah tersinggung, dan terlalu bergantung pada perangkat gawai untuk hiburan.

Penyebabnya beragam, tetapi sering kali berasal dari masalah inti yang sama. Mulai dari terlalu bergantung pada layar gawai atau perangkat komputer, kurangnya rangsangan mental, dan kebiasaan tidak sehat.

Kinger menjelaskan bahwa waktu menonton layar yang berlebihan adalah salah satu penyebab terbesar dari kerusakan otak.

“Konsumsi berlebihan terhadap materi yang remeh mengurangi rentang perhatian dan membatasi pemikiran kritis,” kata Kinger.

Media sosial dan pengguliran (scrolling) internet tanpa akhir dapat membanjiri otak dengan konten yang dangkal, sehingga hanya menyisakan sedikit ruang untuk keterlibatan kognitif yang lebih dalam.

Faktor lain yang menyebabkan kerusakan otak meliputi kurangnya aktivitas fisik, kurang tidur, dan gizi buruk.

Tanpa istirahat yang cukup dan diet seimbang yang kaya akan nutrisi penambah fungsi otak (seperti asam lemak omega-3 dan antioksidan), fungsi kognitif dapat menurun seiring berjalannya waktu.

Tidak hanya itu, gaya hidup yang tidak aktif semakin memperburuk masalah karena aktivitas fisik sangat penting untuk menjaga kesehatan otak dan kesehatan mental.

Oleh sebab itu, Kinger menyarankan agar orang tua menetapkan batasan waktu layar yang jelas dan mendorong permainan di luar ruangan untuk merangsang kreativitas dan mengurangi stres pada anak-anak mereka.

Dia juga menyoroti pentingnya hobi lain seperti membaca, musik, dan seni. Aktivitas tersebut dapat membantu anak-anak mengembangkan fokus dan keterampilan berpikir kritis.

Bagi orang dewasa, memerangi kerusakan otak berarti menemukan keseimbangan antara konsumsi digital dan aktivitas yang menantang pikiran. Menurutnya, seseorang perlu melakukan permainan yang dapat merangsang pikiran, seperti memecahkan teka-teki, atau melakukan percakapan yang mendalam dan bermakna.

“Memahami kerusakan otak adalah langkah pertama untuk mencegahnya,” kata Kinger.

“Otak Anda adalah aset Anda yang paling berharga. Lindungilah dengan saksama, karena kesehatannya menentukan kualitas hidup Anda,” katanya.* ant

Sumber Klik disini

Table of contents

Read more

Local News