Hidayatullah.com – Seorang wanita “Israel” yang dibebaskan dalam pertukaran tawanan antara Zionis dan Hamas baru-baru ini melakukan pengakuan yang mencengangkan. Tentara penjajahan “Israel” (IDF) menembaki traktor pejuang Hamas yang membawa mereka menuju Gaza, menyebabkan dia terluka dan ibunya tewas.
Dalam sebuah wawancara yang ditayangkan di Channel 12 “Israel”, wanita tersebut menceritakan bahwa ia dibawa oleh pejuang dari sayap bersenjata Gerakan Perlawanan Islam Hamas, Brigade Al-Qassam, dengan sebuah traktor, yang kemudian ditembaki oleh pasukan “Israel”.
“Ibu saya, yang sangat saya cintai, terbunuh. Saya terluka di punggung dan saudara laki-laki saya terluka di kakinya,” katanya.
Saluran tersebut mengklaim bahwa tentara Israel “melepaskan tembakan untuk menghentikan traktor tersebut agar tidak menuju ke Gaza.”
Serangan udara dan darat “Israel” di Jalur Gaza sejak serangan 7 Oktober telah membunuh sedikitnya 19.453 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut otoritas kesehatan di Gaza.
Perang telah membuat Gaza hancur, dengan setengah dari perumahan di wilayah pesisir rusak atau hancur dan hampir 2 juta orang mengungsi di daerah kantong yang padat penduduknya di tengah-tengah kekurangan makanan dan air bersih.
Jumlah korban tewas “Israel” dalam serangan Hamas mencapai 1.200 orang, sementara lebih dari 130 sandera masih ditahan oleh pejuang Palestina di Gaza, menurut angka resmi.
Protokol Hannibal
Protokol Hannibal “Israel”, yang diterapkan pada tahun 1986 dalam menanggapi krisis penyanderaan, tetap dirahasiakan selama hampir 20 tahun.
Protokol ini, yang bertujuan untuk mencegah penebusan bernilai tinggi untuk sandera, memperbolehkan pembunuhan sandera dan penyandera jika upaya penyelamatan gagal.
Publik menjadi sadar akan protokol tersebut pada tahun 2003, ketika dokter Israel Avner Shiftan, yang bertugas sebagai tentara cadangan di Lebanon, mengungkapkannya kepada surat kabar Haaretz.
Laporan-laporan di media “Israel” pada 19 November menyoroti serangan Hamas terhadap Kibbutz Be’eri pada 7 Oktober, yang mengakibatkan tewasnya 14 orang, termasuk anak kembar berusia 12 tahun, Liel dan Yanai Hetzroni.
Meskipun awalnya dituduh sebagai “kebrutalan Hamas,” para saksi kemudian mengklaim bahwa pasukan “Israel” menembakkan peluru tank ke rumah tempat para sandera ditahan.*
Baca juga: Sandera ‘Israel’ yang Dibunuh Tentaranya Sendiri Sempat Kibarkan Bendera Putih
Sumber Klik disini