Guna menjaga keimanan, Nur Ain harus menyembunyikan keislaman selama 7 tahun dan terpaksa sholat di kamar mandi dan gereja
Hidayatullah.com—Keimanan adalah barang mahal bagi semua orang. Ini pula yang dilakukan Nur Ain. Lebih memilih meninggalkan kuil dan jatuh dalam pelukan Islam, sampai ia terpaksa sholat di kamar mandi dan gereja.
“Setelah memeluk Islam, saya selalu mencari cara untuk sholat bahkan di gereja,” demikian diungkapkan, Nur Ain Sumaiyah Valaitham, 27 tahun, tentang kisah awal masuk Islam.
Nur Ain mengaku, awal mula mengenal Islam di rumah temannya. Gadis ini aktif menimba ilmu ini sering mendengar ceramah agama di kampus untuk memahami apa itu Islam.
Bahkan, Nur Ain juga kerap berselancar di YouTube untuk mencari ilmu agama dan mengikuti para dai-dai ternama.
“Saya masuk Islam ketika saya berumur 18 tahun, yaitu pada tahun 2010 di Kantor Agama Ipoh, Departemen Agama Islam Perak (Malaysia). Saat itu saya bahkan tidak memikirkan penerimaan keluarga,” ujarnya mengenang.
Bahkan ketika telah yakin dengan Islam, ia terpaksa harus merahasiakan keimanannya dari keluarga besarnya.
“Saya merahasiakan masuk Islam saya selama tujuh tahun, baru pada tahun 2017 saya ceritakan kepada keluarga,” ujarnya dikutip Berita Harian.
Meski dihadapkan pada berbagai tantangan dalam beribadah, namun hal tersebut tidak menjadi alasan untuk meninggalkan keimanannya.
“Tapi saya yakin semua ada hikmahnya, itu pun tidak membuat saya ingin kembali ke agama asal saya, Hindu. Saya melihatnya sebagai sebuah keindahan, meski ada tantangannya tapi saya yakin dengan pilihan saya.”
Apakah tidak ada penolakan dari keluarga? Tentu saja muncul penolakan.
Di antaranya adalah menghadapi keluarganya, yang sebagaian adalah pemeluk Kristen. Saat itu dia tetap bertekad, bagaimana cara tetap bisa sholat meski di areal gereja.
“Saat itu salah satu keluarga saya yang beragama Kristen mengadakan upacara di gereja, karena sudah waktunya sholat, saya harus mencari tempat yang tenang di gereja untuk berdoa,” ujarnya.
Itulah salah satu pengalaman Nur Ain Sumaiyah tentang tantangan yang harus ia sembunyikan selama tujuh tahun memeluk Islam dari keluarganya.
Iya yakin semua ada hikmahnya. Ketetapan hatinya telah membuat dirinya tidak akan kembali ke agama asalnya, Hindu. “Saya melihatnya (Islam, red) sebagai sebuah keindahan, meski ada tantangannya tapi saya yakin dengan pilihan saya.”
Kini, dia merakan dengan mengadu kepada Allah Swt, menjadikan kekuatanya bertambah. “Saya berdoa dan sholat karena itulah kekuatan saya. Saya tahu Allah swt akan membantu saya dan dengan sholat saya ungkapkan segala persoalan saya,” ujarnya.
Ia mengaku bersyukur memilih teman dan dosen yang pengertian. “Mereka banyak mendukung saya ketika saya dalam keadaan sulit,” ujarnya baru-baru ini kepada BH Online.
Alhamdulillah, kini, lambat laun, perjuangan keimanannya telah diterima pihak keluarga.
Mendengarkan Cerita Sirah
Nur Ain mengaku, sebelum Islam, dia beragama Hindu. Meski dulunya penganut Hindu taat, namun setiap hari, dia hidup di lingkunan etnis Melayu-Muslim. Tentu saja tradisi Islam sudah dia lihat setiap harinya.
“Saya mengenal Islam sejak kecil karena saya besar dikelilingi oleh orang Melayu. Saya mempelajari agama ini lebih banyak ketika saya berusia delapan tahun,” ujarnya.
Hal ini mengharusnya banyak bergaul dengan teman dan sahabat orang Islam.Bahkan ketika dia sekolah, Nur Ain adalah satu-satunya murid yang Hindu.
Hal ini membuatnya kesulitan mengikuti kelas khusus pendidikan Hindu. Akibatanya, ia sering mengikuti kelas mata pelajaran Pendidikan Agama Islam karena tidak ada guru yang menggantikan mata pelajaran moral (Hindu).
Dari situlah dia kerap mendengar kisah-kisah kehidupan Baginda Nabi Muhammad ﷺ. “Saya sangat suka mendengar kisah Sirah, keagungan Nabi Muhammad ﷺ. Hal itu membuatku merasa tercengang,” ujarnya.
Kisah Baginda Nabi Muhammad ﷺ baginya telah membuatnya kagum. Apalagi kisah perjalanan hidup Baginda yang cukup menantang dan tidak bisa dilalui oleh orang awam.
Awal keinginannya untuk belajar Islam adalah ketika ditawari untuk mengambil Tassawur Islam ketika dia duduk di bangku kelas 4 SD. Namun di situ, ada satu bab di buku teks yang sangat ia khawatirkan, yakni bab berjudul “Al-Quran Adalah Panduan Bagi Umat Islam”.
“Waktu itu saya kurang setuju dengan judulnya, tapi saya lihat teman-teman muslim saya tidak seperti itu,” jelas Nur Ain Sumaiyah membuka perbincangan.
Belajar Islam Hingga Akhir Hayat
Nur Ain juga menjelaskan bahwa dia beriman kepada Allah karena merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Inilah yang ia rasakan di agama barunya.
“Aspek ibadahnya pasti shalat lima waktu dan menurut saya lebih bermakna hidup di muka bumi ini jika membaca Al-Quran, Allah ingatkan akan kewajiban menjadi hamba Allah dan khalifah, jadi ada sebuah tanggung jawab yang harus dipenuhi bukan sekedar mencari kekayaan, hidup begitu saja dan mati,” ujarnya.
Bahkan menurutnya, Islam juga telah memberinya arahan bahwa dunia adalah wadah untuk berbuat baik dan menyebarkan agama Allah agar bisa bertemu denganNya di akhirat, lanjut Nur Ain Sumaiyah.
Ditanya berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk belajar tentang Islam. Nur Ain Sumaiyah menjelaskan, proses belajar dalam Islam sesungguhnya tidak pernah berhenti.
“Sampai saat ini saya masih belajar lebih banyak tentang Islam. Dari segi ibadah saja, alhamdulillah dalam dua tahun saya baru bisa lancar membaca Surat al-Fatihah dan berdoa. Namun saya masih belajar lebih dalam lagi, sehingga proses pembelajaran ini akan berlangsung hingga akhir hayat saya,” katanya.
“Saat ini pun aku merasa hidupku begitu indah, meski ada cobaan, tapi aku selalu yakin Allah selalu ada di setiap perjalananku. Bahkan ada yang mencela, mengejek, namun hati ini sangat tenang ketika mengingat Allah,” tambah dia.
Begitu cintanya pada Islam, ia kini melanjutkan studi S1 bisa Ilmu Islam agar bisa berusaha aktif dalam kegiatan dakwah kepada non-Muslim, khususnya untuk keluarganya.
“Kepada keluargaku, aku hanya menunjukkan dari perbuatanku saat ini. Aku berusaha mengamalkan Islam sebaik-baiknya dan tidak melanggar perintah Allah agar bisa terlihat perbedaan antara Islam dan non-Islam,” kata Nur Ain Sumaiyah.
Menjaga Sholat
Di antara kegiatan yang sering dilakukan dalam mendekatkan diri pada Islam, gadis ini menjelaskan bahwa dirinya selalu menjaga shalat. Nur mengaku menjaga amalan terutama menjaga waktu sholat, terutama Subuh.
“Saya, sangat menghargai waktu sholat karena sebelum masuknya Islam, sholat itu sangat menantang dan saya selalu mencari strategi agar saya bisa sholat, “ ujarnya.
“Bagiku doa dalam sholat adalah anugerah Alah. Hal lainnya, aku selalu mengikuti pertemuan di majelis ilmu dan banyak berdoa selama pertemuan ilmu tersebut agar Allah menerima amalanku,” katanya.
Baru di awal tahun ini, dirinya mengaku jatuh cintanya kepada Allah dan Al-Quran makin bertambah-tambah. Hal ini terjadi saat ia mengikuti ceramah “Surah Taddabur dalam Al-Qur’an”.
“MasyaAllah hebat cerita dan hikmah yang bisa diambil dari taddabur Al-Quran, “ ujar dia.
Carilah Ilmu dan Pelajari Islam
Kepada para mualaf dan bagi orang yang belum berani menyatakan keislaman, Nur Ain berpesan agar terus mencari ilmu dan mengenal Islam lebih dalam.
Menurutnya, orang masuk Islam biasnya karena berbagai alasa. Di antaranya karena pernikahan, karena teman, dan mendapat hidayah.
“Hal pertama yang bisa saya katakan adalah mereka perlu mencari ilmu dan belajar tentang Islam.”
Kedua, harus shalat dan terus shalat. Jangan beralasan mereka mualaf untuk tidak shalat, ujarnya yang awalnya mendapat tentangan keras dari keluarganya atas keputusannya memilih Islam.
Menurutnya, doa dan menjaga hubungan dengan Tuhan akan menjadi penyebab utama seseorang segera memeluk Islam.
“Pahamilah keluarga dan jangan membenci mereka. Bagi mualaf yang diusir oleh keluarganya, beri mereka (keluarga, red) waktu, usahakan tetap bersikap sopan kepada mereka.”
“Teruslah berdoa karena kita tahu Allah memegang hati manusia dan berdoalah agar keluarga kita dapat menerima kita kembali,” ujarnya yang sempat menginformasikan kepada kedua orang tuanya untuk masuk Islam pada tahun 2017.
Ia menambahkan, jika ada non-Muslim mengejek, Nur Ain mengatakan tidak semuanya perlu dijawab dan ditanggapi.
“Sindiran memang menyakitkan, tapi tidak semua dari kita harus menjawab. Beberapa hal butuh waktu, diam bukan berarti kita kalah karena suatu saat kita akan bisa membuktikan semua pertanyaan mereka,” kata dia.*
Sumber Klik disini