Allah SWT Mengancam Penyebar Berita Hoax dan Dusta

Share

Aceh Besar, Mediaislam.id–Allah SWT mengancam keras para penyebar berita hoax dan dusta, sebagaimana ditegaskan dalam al quran surah An Nuur ayat 15 berikut ini, yang artinya: (Ingatlah) ketika kamu menerima (berita bohong) itu dari mulut ke mulut; kamu mengatakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit pun; dan kamu menganggapnya remeh, padahal dalam pandangan Allah itu masalah besar. (QS. An Nur :15)

Guru Besar UIN Ar-Raniry Banda Aceh Prof Dr H Armiadi Musa MA, menyampaikan hal itu dalam khutbah Jumat di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, 29 November 2024 bertepatan dengan 27 Jumadil Awwal 1446 H.

Prof Armiadi mengutip Tafsir Al Munir Jilid ke 9 halaman 464 yang ditulis oleh Syeikh Wahbah Az-Zuhaili, bahwa ayat di atas merupakan teguran Allah bagi pembawa dan penyebar berita dusta.

Manurutnya, ada tiga bentuk perbuatan dosa yang menyebabkan mereka tertimpa azab yang besar, pertama membuat berita bohong. Kedua, menyebarkan suatu berita yang belum jelas kredibilitasnya. Ketiga, menganggap hal itu sebagai sesuatu yang biasa dan remeh, padahal dalam pandangan Allah SWT adalah dosa yang amat besar

“Untuk mengatasi permasalahan ini, kaum muslimin perlu mengedepankan nilai-nilai agama, memperkuat iman dan meningkatkan taqwa kepada Allah dan meningkatkan pengetahuan tentang Islam dalam navigasi digital mereka,” ungkapnya.

Selain itu, menerapkan adab dan etika Islam dalam setiap interaksi di era digital ini akan membantu kaum muslimin menjadi pengguna teknologi yang bertanggung jawab

Prof Armiadi menjelaskan, setidaknya ada dua sikap yang perlu diambil dalam merespons kehadiran media sosial di era digital ini. Pertama, menyadari bahwa media sosial hanyalah washilah, yaitu alat atau media perantara. Kesadaran ini akan mendorong kita untuk tidak terbuai oleh media sosial itu sendiri, melainkan fokus pada tujuan utama dari penggunaannya.

Kedua, memanfaatkan media sosial sebagai sarana yang tidak hanya baik, tetapi juga bermanfaat. Penggunaan media sosial hendaknya tidak menimbulkan kemudaratan bagi diri sendiri maupun orang lain. Akan lebih baik lagi jika media sosial dapat digunakan untuk memberikan manfaat bagi orang lain, misalnya melalui konten yang edukatif dan positif yang diunggah, disukai, atau dibagikan.

“Dengan dua sikap ini, insya Allah, kaum muslimin dapat memanfaatkan media sosial secara bijak dan sesuai dengan nilai-nilai Islam,” ungkapnya.

Prof Armiadi menguraikan pandangan al-Qur’an tentang orang yang dengan sengaja merekayasa sebuah informasi untuk memfitnah dan menjatuhkan pihak tertentu, kelompok tertentu, dan institusi tertentu demi kepentingan tertentu pula.

Hal ini Allah jelaskan dalam surat al ahzab ayat 58, yang artinya, Dan orang orang yang menyakiti orang orang mukmin laki laki dan perempuan, tanpa ada kesalahan yang mereka perbuat, maka sungguh, mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. (al-ahzab: 58)

Syeikh mustafa al-maraghi dalam tafsirnya al-Maraghi jilid 8 halaman 23 menjelaskan maksud ayat itu, bahwa orang orang yang menisbatkan sesuatu kepada orang mukmin baik laki laki maupun perempuan yang mereka tidak melakukannya, maka telah melakukan kebohongan dan dosa yang nyata.

Karena itu, banyak kesempatan kita menyaksikan betapa dahsyatnya rekayasa berita yang dilakukan oleh berbagai pihak, bahkan orang-orang yang mengklaim dirinya orang yang beriman untuk memfitnah pihak-pihak tertentu yang kemudian disebarluaskan secara sangat masif ke berbagai media massa, tanpa merasa berdosa yang harus dipertanggungjawabkan di hari akhirat nanti.

“Bahkan saat ini keahlian merekayasa informasi telah menjadi sebuah profesi yang dibayar dan dihargai seperti yang dilakukan para buzzer,” pungkas Prof Armiadi.* (Sayed M. Husen)

Sumber Klik disini

Table of contents

Read more

Local News