Hidayatullah.com – Meta, perusahaan induk Instagram dan Facebook, memiliki kebijakan penyensoran ketat terhadap konten pro-Palestina dengan dalih anti-semit. Ternyata, ada keterkaitan antara perusahaan itu dengan ‘Israel’.
Adalah Jordana Cutler, kepala kebijakan ‘Israel’ dan Diaspora Yahudi di Meta, yang telah mendorong penyensoran konten pro-Palestina sejak awal perang genosida ‘Israel’ di Jalur Gaza. Cutler merupakan eks pejabat pemerintah ‘Israel’ dan bekas penasihat Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Ia dilaporkan telah menandai unggahan sejumlah akun pro-Palestina di media sosial Instagram. Termasuk unggahan beberapa unggahan akun Student for Justice in Palestine, kelompok mahasiswa yang berperan penting menggelar aksi protes terhadap ‘Israel’ di kampus-kampus Amerika Serikat (AS), menurut The Intercept.
Cutler juga menandai video warga Palestina di Gaza yang bersorak-sorai menyambut serangan rudal balistik Iran pada 1 Oktober.
Tidak berhenti di situ, Cutler dilaporkan turut melobi untuk menyensor saluran berita pro-Iran Lebanon Al Mayadeen, menurut dokumen yang dilihat The Intercept, ketika saluran tersebut memposting konten yang bersimpati pada mantan sekretaris jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah.
Al-Mayadeen sendiri telah dilarang di ‘Israel’, dengan pihak berwenang ‘Israel’ menutup kantor-kantor saluran tersebut di Tepi Barat yang diduduki.
Meta berdalih bahwa terlepas dari siapa yang menandai konten, kebijakanlah yang menentukan apa yang disensor, dengan tim terpisah yang membuat keputusan akhir.
“Siapa yang menandai konten tertentu untuk ditinjau tidak relevan karena kebijakan kami mengatur apa yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan di platform,” kata Meta kepada The New Arab.
Dalam sebuah wawancara dengan media ‘Israel’, Cutler mengklaim bahwa dirinya mewakili kepentingan ‘Israel’ di perusahaan tersebut.
Meta telah melakukan penyensoran bias terhadap postingan seputar perang genosida ‘Israel’ di Gaza, dengan sejumlah kata, frasa, dan unggahan dihapus oleh moderator perusahaan.
Kebijakan organisasi dan individu berbahaya perusahaan ini mencantumkan ribuan entitas ke dalam daftar kata dan konten yang dilarang di platform tersebut. Termasuk Hamas, Front Demokratik untuk Pembebasan Palestina, Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina, dan sejumlah organisasi lain di seluruh dunia.
Pada bulan Juli, dewan pengawasnya menghapus larangan terhadap kata Syahid, yang berarti martir, menyusul tinjauan selama satu tahun setelah ditemukan bahwa kata tersebut menyumbang lebih banyak penghapusan konten dibandingkan kata lainnya di situsnya.
Pada bulan Juli, Meta juga mengumumkan bahwa mereka akan mulai menghapus postingan yang menggunakan kata “Zionis” sebagai bagian dari perluasan kebijakan ujaran kebencian.*
Sumber Klik disini