Takut Su’ul Khatimah

Share

SALAH SATU cara yang ampuh untuk menjaga dan meningkatkan keimanan dalam dada adalah memiliki rasa takut saat meninggal dunia dalam kondisi su’ul khatimah.

Menurut Syekh Muhammad Shalih Al-Munajjid dalam “Zhahiratu Dhu’ful Iman”, su’ul khatimah itu sendiri ada banyak sebabnya, di antaranya lemah iman dan tenggelam dalam berbagai kedurhakaan. Nabi Muhammad Saw telah menentukan beberapa gambaran tentang hal ini, seperti perkataan beliau:

“Barangsiapa yang membunuh dirinya sendiri dengan sepotong besi, maka sepotong besinya itu akan berada di tangannya lalu dia pun menghunjamkan ke perutnya di dalam neraka Jahanam, dia kekal dan dikekalkan di dalam neraka itu selama-lama, dan barangsiapa minum racun hingga dia membunuh dirinya sendiri, maka dia akan meminumnya sedikit demi sedikit di dalam neraka jahanam, dia kekal dan dikekalkan di dalam nereka itu selama-lamanya. Dan, barangsiapa yang menjatuhkan diri dari gunung lalu dia membunuh dirinya, maka dia akan menjatuhkan diri ke dalam neraka Jahanam, dia kekal dan dikekalkan di dalamnya di dalam neraka itu selama-lamanya.” (Shahih Muslim No. 109)

Juga pernah terjadi beberapa peristiwa pada masa Rasulullah Saw, seperti kisah seorang laki-laki yang bergabung dengan pasukan kaum Muslimin, dia memerangi orang-orang kafir dengan sepak terjang yang tidak pernah dilakukan oleh orang lain. Lalu beliau berkata, “Sedangkan dia benar-benar akan menjadi penghuni neraka.”

Lalu ada seseorang dari kaum Muslimin yang membuntutinya. Ternyata kemudian orang itu mendapat luka yang sangat dalam dan kematian pun tidak segera menjemputnya, maka dia meletakkan pedangnya antara dua susunya dan dia menyandar ke pedang itu sehingga dia membunuh dirinya sendiri. (Lihat Shahih Bukhari, 7/471).

Berbagai keadaan orang yang meninggal dalam su’ul khatimah amat banyak. Hal ini telah dirangkum oleh para ulama, di antaranya seperti yang telah disebutkan Ibnul-Qayyim rahimahullah di dalam bukunya Ad-Da’u wa-Dawa’u. Pernah dikatakan kepada sebagian di antara mati di dalam keadaan su’ul-khatimah, tatkala ajal hendak menjemputnya: “Ucapkanlah la illaha illallah!” Maka dia menjawab, “Aku tidak bisa mengucapkannya.”

Pernah juga dikatakan yang lain tatkala ajal menjemputnya, “Ucapkanlah la illaha illallah!” Tetapi justru dia mendendangkan lagu.

Pernah juga dikatakan kepada seorang pedagang yang diperbudak oleh perdagangannya, sehingga dia lalai untuk mengingat Allah, tatkala ajal menjemputnya: “Ucapkanlah la illaha illallah!” Maka dia berkata, “Ini adalah barang yang bagus, ini harga yang cocok untukmu, ini harganya murah,” hingga orang tersebut meninggal dunia.

Diriwayatkan pula bahwa ada sebagian tentara Al-Malik An-Nashir yang hampir meninggal dunia, lalu anaknya berkata kepadanya, “Ucapkanlah la illaha illallah!” Maka orang itu berkata, “An-Nashir adalah tuanku.” Lalu anaknya mengulanginya lagi, namun ayahnya tetap berkata, “An-Nashir adalah tuanku, An-Nashir adalah tuanku,” hingga meninggal dunia.

Tatkala ajal mendatangi seseorang yang melakukan praktik riba lalu dia disuruh mengucapkan la illaha illallah, maka dia berkata, “Sepuluh harus dibayar dengan sebelas.” Dia mengulang-ulanginya hingga meninggal dunia.” (Ad-Da’u wad-Dawa’u, hal. 170)

Ibnul-Jauzi Rahimahullah, pernah berkata, “Aku mendengar sebagian orang yang sebelumnya dikira banyak kebaikannya, justru dia berkata pada malam sebelum kematiannya, ‘Rabbku benar-benar telah menzalimi diriku’. Dia menuduh Allah telah berbuat zalim, tatkala dia terbujur tak berdaya di ambang kematiannya.”[]

Sumber Klik disini

Table of contents

Read more

Local News