Petunjuk Nabi tentang Shalat Hari Raya Id (2-Habis)

Share

Petunjuk Nabi tentang Shalat Hari Raya Id: Bertakbir

Telah diriwayatkan dari Tirmizi dari hadits Katsir bin Abdullah bin Amr bin ‘Auf dari ayahnya dari kakeknya sesungguhnya Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam melakukan takbir dalam dua shalat hari raya. Pada rakaat pertama tujuh (takbir) sebelum membaca surat. Dan di rakaat lainnya (Kedua) lima (takbir) sebelum membaca surat. Tirmizi mengatakan, ‘Saya bertanya kepada Muhammad –yakni Bukhori- tentang hadits ini, beliau mengatakan, “Dalam bab ini tidak ada yang lebih shahih dari hadits ini. Dan dengannya saya berbendapat.”

Biasanya beliau sallallahu alaihi wa sallam ketika selesai shalat, berpaling dan berdiri menghadap jamaah. Sementara orang-orang duduk pada shafnya. Kemudian beliau memberi nasehat, wasiat, menyuruh dan melarang. Kalau ingin mengirim utusan, maka beliau utus seorang utusan. Kalau akan memerintahkan sesuatu, maka beliau memerintahkannya. Dahulu belum ada mimbar untuk naik, dan tidak juga mimbar Madinah dikeluarkan. Sehingga beliau khutbah dalam posisi berdiri di atas tanah.

BACA JUGA:  Hukum Mengucapkan Selamat Sebelum Hari Raya

Jabir radhiallahu’anhu mengatakan, ‘Saya menyaksikan shalat pada hari raya bersama Rasulullah sallallahu alihi wa sallam. Beliau mengawali dengan shalat sebelum khutbah. Tanpa ada azan dan iqomah. Kemudian berdiri dan bersandar kepada Bilal, dan memerintahkan untuk bertakwa kepada Allah, menganjurkan untuk taat kepada-Nya, menasehati dan mengingatkan orang-orang. Kemudian setelah itu beliau berjalan menuju ke (tempat) para wanita. Dan beliau memberi nasehat dan mengingatkan mereka. (Muttafaq alaih)

Abu Said Al-Khudru radhiallahu anhu berkata,

كان النبي يخرج يوم الفطر والأضحى إلى المصلى ، فأول ما يبدأ به الصلاة ، ثم ينصرف فيقوم مقابل الناس والناس جلوس على صفوفهم . . الحديث رواه مسلم

“Biasanya Nabi sallallahu alaihi wa sallam keluar pada hari raya Idul Firti dan Idul Adha ke tempat shalat (musholla). Yang pertama kali beliau lakukan adalah shalat. Kemudian berpaling dan berdiri menghadap jamaah. Sementara jamaah tetap duduk dalam shafnya.” (HR. Muslim)

Hukum Mengucapkan Minal Aidin Walfaizin, Shalat Hari Raya Id
Foto: Freepik

Petunjuk Nabi tentang Shalat Hari Raya Id: dengan Hamdallah dalam Khutbah

Biasanya beliau sallallahu alaihi wa sallam memulai khutbahnya dengan hamdalah. Tidak terdapat riwayat dari dari beliau dalam satu hadits pun bahwa beliau membuka kedua khutabh di dua hari raya dengan takbir. Kecuali yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam sunannya, 1287 dari Sa’ad Al-Qoradhi Muazin Nabi sallallahu’alaihi wa sallam beliau berkata, ‘Biasanya Nabi sallallahu’alaihi wa sallam bertakbir disela-sela khutbah bertakbir dalam khutbah dua hari raya.’ Riwayat ini dilemahkan oleh Al-Albany dalam kitab dhaif Ibnu Majah. Disamping haditsnya lemah, juga tidak menunjukkan bahwa Nabi sallallahu alaihi wa sallam membuka khutbah Id dengan takbir.

Beliau (Syekh Al-Albany) mengatakan dalam kitab Tamamul Minnah, “Meskipun tidak menunjukkan dianjurkannya memulai khutbah Id dengan takbir, maka sanadnya juga lemah. Di dalamnya ada perawi lemah, sedangkan lainnya majhul (tidak diketahui kedudukannya). Maka riwayat ini tidak dapat dijadikan dalil sunahnya takbir di sela-sela khutbah.”

Ibnu Qoyyim rahimahullah berkata,

“Orang-orang berbeda pendapat tentang permulaan khutbah dua hari raya dan istisqa. Ada yang berkata, ‘Keduanya dimulai dengan takbir.’ Ada juga yang mengatakan, ‘Khutbah istisqa dimulai dengan istigfar.’ Ada pula yang mengatakan, ‘Keduanya dimulai dengan hamdalah.’ Syaikhul Islam mengatakan, ‘Inlah yang benar. Biasanya Nabi sallallahu alaihi wa sallam memulai semua khutbahnya dengan hamdalah.”

Taqabbalallahu Minna Wa Minkum, Pelajaran di Balik Hari Kemenangan, Shalat Hari Raya Id
Foto: Freepik

Petunjuk Nabi tentang Shalat Hari Raya Id: Ada Keringanan

Nabi sallallahu’alaihi wa sallam memberi keringanan bagi yang menyaksikan shalat Id dengan mempersilahkan mereka memilih antara duduk mendengarkan khutbah atau pergi.

BACA JUGA: Kapan Takbir Hari Raya Idul Fitri Dikumandakan dan Kapan Diakhiri?

Diriwayatkan oleh Abu Dawud, 1155 dari Abdullah bin As-Saib radhiallahu anhu, dia berkata,

شَهِدْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعِيدَ ، فَلَمَّا قَضَى الصَّلاةَ قَالَ : إِنَّا نَخْطُبُ ، فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَجْلِسَ لِلْخُطْبَةِ فَلْيَجْلِسْ ، وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَذْهَبَ فَلْيَذْهَبْ. صححه الألباني في صحيح أبي داود

“Aku ikut hadir shalat Id bersama Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam Id. Ketika selesai shalat, beliau mengatakan, ‘Kami akan berkhutbah, barangsiapa yang ingin duduk (untuk mendengarkan) khutbah, maka duduklah. Dan siapa yang ingin pergi, silahkan pergi.” (Dishahihkan oleh Al-Albany dalam shahih Abu Daud)

Biasanya Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam berbeda jalan di hari raya. Pergi di suatu jalan dan pulang di jalan lain.

Diriwayatkan oleh Bukhori (986) dari Jabir bin Abdullah radhiallahu anhuma, dia berkata,

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيدٍ خَالَفَ الطَّرِيقَ

“Biasanya Nabi sallallahu alaihi wa sallam menempuh jalan yang berbeda hari raya pada hari Id.” []

HABIS | SUMBER: ISLAMQA

Sumber Klik disini

Read more

Local News