TUALAH sebelum tua. Matilah sebelum mati. Di alam kuburlah sebelum dikubur. Di akhiratlah sebelum di akhirat. Menyaksikan wajah Allah sebelum berhadapan langsung dengan-Nya.
Sukseslah sebelum sukses. Semuanya bisa dihadirkan saat ini tanpa perlu syarat. Bahagia tak perlu syarat. Kaya tak perlu syarat akumulasi jumlah tertentu. Menjelajah akhirat tanpa perlu syarat kematian.
Para Sahabat sudah menyaksikan penduduk surga yang hidup dalam kebahagiaan. Menyaksikan penduduk neraka yang disiksa. Menyaksikan Allah di Arsy-Nya. Akhirat itu ada disini.
Rasulullah saw sudah menyaksikan semua peristiwa yang akan terjadi, sehingga beliau bersabda, “Seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui, maka kalian akan lebih banyak menangis.
Seorang sahabat membuang kurmanya saat perang Badar karena telah mencium bau surga dari sengitnya pertempuran. Terlalu lama memasuki surga walau hanya menunggu memakan dua butir kurma.
Para Tabiin melihat bara api seperti melihat kobaran api neraka. Tangannya tersentuh api, bagaimana bila dimasukan ke api neraka? Melihat keindahan alam, seolah menyaksikan surga. Raganya di dunia namun jiwanya telah sampai di akhirat.
BACA JUGA: Menelisik Model Bisnis Pisang, Sang Tanaman Surga
Utsman bin Affan, sebelum kematiannya, menunggu berbuka puasa bersama Rasulullah ﷺ, Abu Bakar dan Umar bin Khatab di surga. Hasan Al-Banna sebelum kematiannya bertemu dengan Ali bin Thalib yang telah menantikannya. Raganya di dunia, namun jiwanya sudah bergaul dengan para penduduk surga. []
Kirim tulisan Anda ke Islampos. Isi di luar tanggung jawab redaksi. Silakan kirimke: [email protected], dengan ketentuan tema Islami, pengetahuan umum, renungan dan gagasan atau ide, Times New Roman, 12 pt, maksimal 650 karakter.
Sumber Klik disini