Tag:

Yahya Sinwar

Media Saudi Pecat Direktur Pemberitaan Usai Sebut Pemimpin Hamas ‘Teroris’

Hidayatullah.com – Perusahaan media Arab Saudi, MBC Group, memecat direktur pemberitaannya setelah menayangkan liputan yang melabeli para pemimpin perlawanan Palestina sebagai “teroris”.Musaed Al-Thubaiti diberhentikan dari posisinya sebagai direktur pemberitaan setelah tayangan penuh bias MBC berjudul “Milenium Pembebasan dari Teroris”, disiarkan pada 17 Oktober dan kemudian memicu kecaman dari masyarakat di Timur Tengah.Tayangan tersebut menyamakan tokoh perlawanan Palestina seperti mendiang kepala politbiro Hamas Ismail Haniyah dan Yahya Sinwar dengan Osama Bin Laden, menyebut mereka “teroris”.MBC bahkan lebih jauh menyebut Yahya Sinwar, yang syahid pada 16 Oktober, sebagai “wajah baru terorisme”.Setelah tayangan tersebut disiarkan, Otoritas Umum Peraturan Media Arab Saudi memanggil para pejabat MBC, dan mengumumkan penyelidikan terhadap yang mereka sebut sebagai “pelanggaran peraturan media Kerajaan”.Badan pengawas media Arab Saudi itu menegaskan mereka “tidak akan bersikap lunak terhadap pelanggaran apapun” terhadap kebijakannya, di tengah reaksi keras terhadap pemberitaan yang menyerang pemimpin Hamas di seluruh kawasan Timur Tengah.Di Iran, surat kabar Teheran Times, menyatakan laporan MBC sebagai “sejalan dengan kegiatan jahat Israel terhadap para pemimpin dan komandan perlawanan regional,” dan mencatat bahwa “saluran milik Saudi itu telah memaafkan kampanye pembunuhan Israel dan menjadi corong rezim.”Sedangkan di Irak, Komisi Komunikasi dan Media turut menanggapi tayangan tersebut dengan mencabut izin MBC dan menutup kantornya di Baghdad. Pada 19 Oktober, sejumlah pengunjuk rasa menyerbu kantor MBC dan membakar beberapa bagian dari kantor.Bahkan, seorang anggota parlemen Iraq bersumpah akan berupaya mengambil tindakan untuk melarang operasi MBC di negara tersebut.Sejak tayangan MBC, Gerakan Perlawanan Islam Palestina Hamas telah mengeluarkan sejumlah respon keras. Hamas menuduh MBC “jelas-jelas memiliki bias” dan “melayani musuh-musuh rakyat Palestina.”Boikot media Arab corong ‘Israel’Gerakan Boikot, Divestasi dan Sanksi atau biasa disebut BDS pada Rabu (23/10/2024) menerbitkan seruan untuk memboikot media berbahasa Arab yang mendukung narasi penjajah ‘Israel’.Media yang dimaksud BDS ialah Al Arabiya, MBC, Al Hadath milik Saudi, Sky News Arabia milik Emirat, platform streaming Shahid dan jaringan berita Lebanon, MTV.Menyebut mereka sebagai “corong musuh Israel berbahasa Arab,” BDS menegaskan bahwa media-media tersebut “tidak hanya diarahkan untuk memuja dan menyebarkan normalisasi Arab dengan musuh Israel, tetapi juga merupakan bagian tak terpisahkan dari senjata perang kolonial terhadap pemikiran Arab.”Gerakan BDS menyerukan kepada masyarakat untuk tidak menonton atau berlangganan media-media tersebut, menekan sindikat jurnalis Arab untuk memboikot saluran-saluran tersebut dan berkomitmen untuk menentang normalisasi dengan ‘Israel’.*Baca juga: Serukan Boikot, BDS Terbitkan Daftar Media Arab yang Jadi Corong ‘Israel’

MUI Sampaikan Belasungkawa Gugurnya Yahya Sinwar

Hidayatullah.com— Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyampaikan belasungkawa atas gugurnya pemimpin Hamas yang baru, Yahya Sinwar dalam pertempuran sengit melawan tentara penjajah ‘Israe’l di Rafah, Jalur Gaza, Rabu (16/10/2024).Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Prof Sudarnoto Abdul Hakim menyampaikan duka cita atas wafatnya pimpinan Hamas Yahya Sinwar. Prof Sudarnoto mendoakan agar Yahya Sinwar ditempatkan di surganya Allah SWT sebagai seorang syahid. Prof Sudarnoto juga mendoakan agar masyarakat dan tokoh-tokoh Palestina yang saat ini masih dikejar oleh tentara penjajah ‘Israel’ (IDF) diberikan perlindungan dan keselamatan dari kezaliman mereka. “Bagi saudara yang terluka mudah-mudahan bisa ditangani oleh medis dan sembuh seperti sedia kala,” kata Prof Sudarnoto dikutip MUIDigital. Prof Sudarnoto menyebut, keyakinan agama dalam melawan kezaliman ‘Israel’ merupakan bagian dari jihad. “Para pejuang dan rakyat Palestina sangat berkeyakinan ‘Israel’ akan runtuh dari dalam atau faktor-faktor lain,” ujarnya. Sementara itu, Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (Dewan Pimpinan MUI) juga mengeluarkan pernyataan duka dan belasungkawa mendalam atas gugurnya Yahya Sinwar. “Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. Allahummaghfirlalu warhamu wa afihi wa fu anhu”“Kami berkeyakinan bahwa beliau adalah seorang muslim yang sholeh dan mujahid sejati yang gigih memimpin perlawanan terhadap keraliman penjajah lsrael. Insya Alah beliau gugur sebagai Syahid,” demikian “Taklimat Majelis Ulama Indonesia tentang GUGURNYA PEJUANG KEMERDEKAAN PALESTINA YAHYA SINWAR” bernomor: Kep-67/DP-MUIX/2024. “Dewan Pimpinan MUI berkeyakinan bahwa gugurnya Yahya Sinwar dan para pemimpin dan warga Palestina lain tidak akan menyurutkan erjuangan melawan penjajah ‘Israel’ dan meraih kemerdekaan,” tulis taklimat yang dikeluarkan hari Senin, (21/10/2024). “Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia beserta seluruh umat Islam Indonesia khususnya Insya Allah akan senantiasa membendukung untuk mengenyahkan penjajah ‘Israel’ dan mewujudkan kemerdekaan Palestina,” tambah takimat yang ditandatangani KH. M. Anwar Iskandar (Ketua Umum MUI Pusat) dan Amirsyah Tambunan (Sekretaris Jenderal MUI Pusat).*

Tongkat Sinwar, Istilah Baru untuk Perlawanan

Hidayatullah.com – Tindakan perlawanan terakhir pemimpin Hamas Yahya Sinwar, yang terekam kamera drone dan disiarkan ke seluruh dunia, melahirkan frasa bahasa Arab baru untuk perlawanan dan melambangkan keteguhan semangat rakyat Palestina.Meskipun tidak jelas siapa yang pertama kali mempopulerkan istilah tersebut, tetapi “Asa al Sinwar” (bahasa Arab untuk “Tongkat Sinwar”) menjadi seruan bagi para warganet sejak mantan pemimpin Hamas itu terekam melemparkan tongkat ke drone ‘Israel’ beberapa saat sebelum kematiannya. Aksi Sinwar sejak saat itu menjadi metafora yang kuat untuk perlawanan bagi warga Palestina di Gaza dan wilayah pendudukan lainnya, tempat mereka menghadapi perang brutal oleh ‘Israel’ sejak 7 Oktober 2023. “Dia meninggal sebagai pahlawan, menyerang bukan melarikan diri, mencengkeram senapannya, dan melawan tentara pendudukan di garis depan,” kata Hamas pada awal bulan ini. Perlawanan Sinwar mendapat penghormatan luas dari banyak warganet dan pengguna media sosial. Banyak pengguna media sosial yang memberikan penjelasan yang sama untuk menggambarkan tindakan terakhir pemimpin Hamas: “Itu berarti Anda telah mencoba segalanya dan tidak punya pilihan lain kecuali tongkat.” “‘Saya melemparkan tongkat Sinwar ke arahnya’ berarti Anda mengerahkan seluruh kemampuan Anda setelah Anda menghabiskan semua upaya untuk mencapai tujuan Anda,” jelas warganet lain. Zafarul-Islam Khan, mantan ketua Komisi Minoritas Delhi di India, berkata, “Mereka mengira dia sudah mati, dan bersamanya, Gerakan Kebebasan Palestina juga mati. Dalam beberapa hari setelah kemartirannya, Sinwar menjadi legenda. Sebuah pepatah Arab baru saja diciptakan: “Saya memukulnya dengan tongkat Sinwar”, yang berarti saya melawannya dengan seluruh kekuatan saya hingga napas terakhir.” Pengguna media sosial lainnya, Tariq Mehmood, mengatakan, “Tongkat Sinwar lebih kuat daripada Ketapel Daud, ia ditembakkan dari hati jutaan orang”. Ketapel Daud atau David’s Sling adalah salah satu dari beberapa sistem pertahanan rudal yang digunakan oleh ‘Israel’. Pakar keamanan mengatakan bahwa militer ‘Israel’ membuat kesalahan dengan merilis video momen terakhir Sinwar, yang hanya membuat pemimpin perlawanan Palestina itu menjadi pusat perhatian. Foto dan video Sinwar yang kelelahan mengungkap kebohongan Israel yang selama berbulan-bulan menuduh pemimpin Hamas itu sebagai pengecut dan mengabaikan rakyatnya. “Alih-alih meraih kemenangan propaganda, yang sebenarnya terjadi adalah video tersebut menjadi bumerang bagi mereka (Israel) dan memperlihatkan seorang pemimpin yang berdiri di garis depan melawan musuh,” Robert Inkalesh, seorang analis Timur Tengah, mengatakan kepada TRT World dalam wawancara sebelumnya. Rasha, seorang ibu empat anak yang mengungsi, mengungkapkan kebanggaannya atas keberanian Sinwar. “Mereka mengatakan dia bersembunyi di dalam terowongan. Mereka mengatakan dia menjaga tahanan Israel di dekatnya untuk menyelamatkan hidupnya. Kemarin, kami melihat dia memburu tentara Israel di Rafah, tempat pendudukan telah beroperasi sejak Mei,” katanya seperti dikutip oleh kantor berita Reuters. “Beginilah cara para pemimpin bertindak, dengan senapan di tangan. Saya mendukung Sinwar sebagai seorang pemimpin dan hari ini saya bangga padanya sebagai seorang martir,” tambahnya.*

Yahya Sinwar Pejuang Kemerdekaan Palestina Gugur, MUI: Insyaallah Beliau Syahid

Kepala Biro Politik HAMAS di Gaza, Yahya Sinwar. Jakarta (SI Online)- Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyampaikan dukadan belasungkawa mendalam atas gugurnya...

Yahya Sinwar Melawan Israel Hingga Nafas Terakhirnya

Kota Gaza (MediaIslam.id) – Dalam pernyataan resminya melalui akun X, Angkatan Darat Israel pada Kamis (17/10/2024) lalu memastikan Kepala Biro Politik Hamas Yahya Sinwar gugur dalam satu operasi militer di Jalur Gaza. Militer Israel mengakui bahwa tidak ada tanda-tanda keberadaan sandera di area tempat Yahya Sinwar terbunuh. Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, juga mengonfirmasi perihal syahidnya pemimpin Hamas berusia 61 tahun itu. Kabar itu lalu dibenarkan oleh kelompok pejuang Palestina, Hamas. Melalui pernyataan yang disiarkan di televisi, Jumat (18/10), pejabat Hamas Khalil Al Hayya memuji Sinwar sebagai “pahlawan yang melawan pasukan Israel hingga napas terakhirnya.” Ia kemudian menekankan bahwa warga Israel yang disandera oleh Hamas tidak akan dibebaskan hingga agresi Israel di Gaza benar-benar berhenti, warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel dibebaskan, dan pasukan Israel benar-benar ditarik dari Gaza. Hayya menegaskan kembali komitmen Hamas untuk melanjutkan perjuangan hingga berdirinya negara Palestina dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya. Kepala Biro Politik Hamas Yahya Sinwar terpilih sebagai Kepala Biro Politik Hamas pada Agustus 2024 menggantikan Ismail Haniyeh yang dibunuh Israel di ibu kota Iran, Teheran, setelah ia menghadiri upacara pelantikan presiden baru Iran pada 31 Juli 2024. Pemilihan Sinwar sebagai pemimpin tertinggi kelompok perlawanan rakyat Palestina terhadap penjajahan Zionis Israel itu mencerminkan sejarah panjangnya dengan Hamas. Dia telah menjadi tokoh tertinggi Hamas di Gaza selama dua periode berturut-turut, pertama pada 2017 dan kedua pada 2021. Kehidupan Awal Yahya Ibrahim Hassan Sinwar lahir pada 1962 di kamp pengungsi Khan Younis, Gaza Selatan. Keluarganya berasal dari Kota al-Majdal, yang kini menjadi bagian dari Ashkelon di Israel selatan setelah mereka dipaksa pindah pada 1948. More pages: 1 2 3

Brigade Al-Qassam akan Tingkatkan Perlawanan Pasca Gugurnya Yahya Sinwar

Gaza (SI Online) – Brigade Izzuddin al-Qassam melepas kepergian sang syahid, Panglima Besar Yahya al-Sanwar “Abu Ibrahim,” pemimpin Gerakan Perlawanan Islam Hamas bertemu Allah bangkit yang tanpa direncanakan dalam pertempuran terhormat untuk membela Masjid Al-Aqsa dan hak-hak bangsa Palestina.“Merupakan suatu kebanggaan bagi gerakan kami untuk dimana para pemimpinnya maju di depan para prajuritnya, dan para pemimpinnya di barisan terdepan di antara konvoi para syuhada rakyat kami yang mengorbankan nyawa dan darah mereka untuk perang di jalan Allah sebagai jalan menuju pembebasan Palestina. Kami juga bangga pemimpinnya gugur syahid di antara sesama mujahidin sebagai pahlawan dan dalam keadaan bertempur dengan penjajah yang mengira bahwa Gaza bisa menjadi mangsa empuk bagi tentara pengecut mereka.” ungkap Brigade Al-Qassam dalam pernyataannya dikutip dari Pusat Informasi Palestina, Sabtu (20/10/2024).Al-Qassam menyebutkan, “Jalan pemimpin kami, “Abu Ibrahim,” adalah jalan jihad yang terhormat, di mana dia adalah bagian dari generasi pendiri Gerakan Perlawanan Islam Hamas dan militer. Dia menghabiskan masa mudanya masa pemuda sebagai tawanan di penjara Israel selama lebih dari dua puluh tahun sebelum dia keluar dengan kepala tegak dalam kesepakatan pertukaran tawanan.Al-Qassam menambahkan, “Segera setelah dibebaskan dari penjara, Abu Ibrahim menolak kecuali melanjutkan jalan jihad dan tidak beristirahat. Dia mengawasi kerja militer gerakan tersebut di tiga wilayah dan memiliki peran penting dalam menyatukan front perlawanan dalam perjalanan menuju Yerusalem. Kemudian dia memimpin gerakan di Gaza, sehingga periode kepemimpinannya merupakan perubahan kualitatif dalam perjalanannya. Hubungan nasional dan kerja perlawanan bersama, sebelum ia memimpin gerakan di dalam dan luar negeri setelah syahidnya pemimpin besar Ismail Haniyeh.”Al-Qassam menyebut bahwa ketika faksi-faksi perlawanan Palestina, dengan Hamas sebagai ujung tombaknya memutuskan untuk memasuki pertempuran besar dan menentukan sejarah jihad rakyat Palestina mereka tahu bahwa harga yang harus dibayar demi pembebasan sangatlah mahal oleh semua bangsa sebelum mereka dibebaskan dari penjajahnya.Al-Qassam menambahkan pihaknya dia siap menjadi tedepan dalam barisan orang-orang yang rela berkorban di antara rakyatnya, akan menghadirkan para pemimpin dan tentara, menolak tunduk kepada musuh atau diam atas ketidakadilan dan penjarahan hak-hak sah rakyat Palestina. “Perjalanan jihad kami tidak akan berhenti sampai Palestina terbebas, Zionis penjajah terusir dari sana, semua hak sah Palestin dikembalikan. Bukti terbaik dari hal ini adalah bahwa rakyat kami tidak hancur atau menyerah setahun setelahnya pertempuran “Badai Al-Aqsa”, meskipun harus menanggung akibat yang sangat besar dan kejahatan genosida Zionis yang brutal.Al-Qassam menekankan bahwa Israel berkhayal jika berpikir bahwa dengan membunuh para pemimpin perlawanan besar seperti Sinwar, Haniyeh, Nasrallah, Al-Arouri dan lainnya mereka bisa memadamkan api perlawanan atau mendorongnya mundur.Al-Qassam menutup dengan mengatakan, “Perlawanan ini akan terus berlanjut dan meningkat sampai tujuan sah rakyat kita tercapai. Kesyahidan adalah cita-cita tertinggi para pemimpin kita, dan darah mereka akan menjadi mercusuar yang menerangi jalan menuju pembebasan dan api yang membakar umat manusia dan para agresor. Para pemimpin kami meninggalkan ratusan ribu mujahidin dari rakyat dan bangsa kami yang bertekad untuk melawan pendudukan Zionis sampai Palestina dan masjid dibersihkan dari kekotoran, dan menyapunya dari tanah kami dengan ijin Allah.”sumber: infopalestina

Syahidnya Yahya Sinwar Kuatkan Tekad Al-Qassam dalam Perlawanan

Gaza (Mediaislam.id) – Brigade Izzuddin al-Qassam melepas kepergian sang syahid, Panglima Besar Yahya al-Sanwar “Abu Ibrahim,” pemimpin Gerakan Perlawanan Islam Hamas bertemu Allah bangkit yang tanpa direncanakan dalam pertempuran terhormat untuk membela Masjid Al-Aqsa dan hak-hak bangsa Palestina. “Merupakan suatu kebanggaan bagi gerakan kami untuk dimana para pemimpinnya maju di depan para prajuritnya, dan para pemimpinnya di barisan terdepan di antara konvoi para syuhada rakyat kami yang mengorbankan nyawa dan darah mereka untuk perang di jalan Allah sebagai jalan menuju pembebasan Palestina. Kami juga bangga pemimpinnya gugur syahid di antara sesama mujahidin sebagai pahlawan dan dalam keadaan bertempur dengan penjajah yang mengira bahwa Gaza bisa menjadi mangsa empuk bagi tentara pengecut mereka.” ungkap Brigade Al-Qassam dalam pernyataannya dikutip dari Pusat Informasi Palestina, Sabtu (20/10/2024). Al-Qassam menyebutkan, “Jalan pemimpin kami, “Abu Ibrahim,” adalah jalan jihad yang terhormat, di mana dia adalah bagian dari generasi pendiri Gerakan Perlawanan Islam Hamas dan militer. Dia menghabiskan masa mudanya masa pemuda sebagai tawanan di penjara Israel selama lebih dari dua puluh tahun sebelum dia keluar dengan kepala tegak dalam kesepakatan pertukaran tawanan. Al-Qassam menambahkan, “Segera setelah dibebaskan dari penjara, Abu Ibrahim menolak kecuali melanjutkan jalan jihad dan tidak beristirahat. Dia mengawasi kerja militer gerakan tersebut di tiga wilayah dan memiliki peran penting dalam menyatukan front perlawanan dalam perjalanan menuju Yerusalem. Kemudian dia memimpin gerakan di Gaza, sehingga periode kepemimpinannya merupakan perubahan kualitatif dalam perjalanannya. Hubungan nasional dan kerja perlawanan bersama, sebelum ia memimpin gerakan di dalam dan luar negeri setelah syahidnya pemimpin besar Ismail Haniyeh.” Al-Qassam menyebut bahwa ketika faksi-faksi perlawanan Palestina, dengan Hamas sebagai ujung tombaknya memutuskan untuk memasuki pertempuran besar dan menentukan sejarah jihad rakyat Palestina mereka tahu bahwa harga yang harus dibayar demi pembebasan sangatlah mahal oleh semua bangsa sebelum mereka dibebaskan dari penjajahnya. Al-Qassam menambahkan pihaknya dia siap menjadi tedepan dalam barisan orang-orang yang rela berkorban di antara rakyatnya, akan menghadirkan para pemimpin dan tentara, menolak tunduk kepada musuh atau diam atas ketidakadilan dan penjarahan hak-hak sah rakyat Palestina. “Perjalanan jihad kami tidak akan berhenti sampai Palestina terbebas, Zionis penjajah terusir dari sana, semua hak sah Palestin dikembalikan. Bukti terbaik dari hal ini adalah bahwa rakyat kami tidak hancur atau menyerah setahun setelahnya pertempuran “Badai Al-Aqsa”, meskipun harus menanggung akibat yang sangat besar dan kejahatan genosida Zionis yang brutal. Al-Qassam menekankan bahwa Israel berkhayal jika berpikir bahwa dengan membunuh para pemimpin perlawanan besar seperti Sinwar, Haniyeh, Nasrallah, Al-Arouri dan lainnya mereka bisa memadamkan api perlawanan atau mendorongnya mundur. Al-Qassam menutup dengan mengatakan, “Perlawanan ini akan terus berlanjut dan meningkat sampai tujuan sah rakyat kita tercapai. Kesyahidan adalah cita-cita tertinggi para pemimpin kita, dan darah mereka akan menjadi mercusuar yang menerangi jalan menuju pembebasan dan api yang membakar umat manusia dan para agresor. Para pemimpin kami meninggalkan ratusan ribu mujahidin dari rakyat dan bangsa kami yang bertekad untuk melawan pendudukan Zionis sampai Palestina dan masjid dibersihkan dari kekotoran, dan menyapunya dari tanah kami dengan ijin Allah.” sumber: infopalestina

Kematian Indah, Sang Legenda Gaza

Patah tumbuh hilang berganti. Syahid satu tumbuh seribu. Panjang umur perlawanan dan pembebasan Masjid Al-AqshaOleh: Muhammad Syafii Kudo Hidayatullah.com | TOKOH paling dicari rezim Zionis itu akhirnya mengakhiri tugas jihadnya dengan indah. Duduk di atas sofa mengenakan kafiyeh dan sempat melakukan perlawanan terakhir dengan sisa nafasnya, adalah sebuah citra khas dari seorang martir sejati. Dialah As Syahid Abu Ibrahim Yahya Sinwar, Pemimpin Hamas paling dicadi dan paling dibenci penjajah Zionis dan para sekutunya itu lagi-lagi membuktikan bahwa DNA para mujahidin adalah cetakan khas para penduduk Gaza yang tidak takut mati demi membela tanah air dan agama Allah. Yahya Sinwar adalah pelanjut estafet kepemimpinan kelompok perlawanan Hamas yang melanjutkan “tradisi” para pendahulunya yang memperoleh jalan kematiannya dengan sempurna yakni syahid (lewat wasilah) dibunuh oleh Rezim Zionis. Pendiri Hamas, Syekh Ahmad Yassin, kemudian Dr. Abdul Aziz Rantisi, Yahya Ayyash (si pemilik seribu wajah), Ismail Haniyah dan kini Yahya Sinwar adalah para pemimpin kelompok perlawanan Hamas yang akan dikenang manis oleh penduduk langit dan bumi. Jika para masyarakat Zionis bersorak gembira dengan kematian pria yang mengabiskan seluruh hidupnya selama 62 tahun untuk berperang melawan rezim pendudukan Al-Quds. Ketahuilah bahwa pria yang selama 23 tahun hidupnya berada di penjara Zionis dan rumahnya dibom tahun 2012 ini, sejatinya lebih bahagia daripada para pemimpin dan rakyat kolonial Zionis sendiri. Sebab dia mendapatkan anugerah terbesar yang selalu diimpikan oleh setiap orang beriman yakni mati syahid. Isy Kariman aw Mut Syahidan (hidup mulia atau mati syahid) adalah moto utama hidup seorang Muslim. Zionis menyangka bahwa Yahya Sinwar telah mati dan akan mati pula perlawanan rakyat Palestina. Mereka keliru besar. Sebab di dalam Al Qur’an Allah SWT berfirman, وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّـهِ أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِندَ رَ‌بِّهِمْ يُرْ‌زَقُونَ ﴿١٦٩﴾ فَرِ‌حِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّـهُ مِن فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُ‌ونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِم مِّنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (١٧٠) “Janganlah sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Sebenarnya mereka itu hidup dan dianugerahi rezeki di sisi Tuhannya. Mereka bergembira dengan karunia yang Allah anugerahkan kepadanya dan bergirang hati atas (keadaan) orang-orang yang berada di belakang yang belum menyusul mereka, yaitu bahwa tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (Al-Quran Surat Ali Imran, 169-170). Ibnu Abbas Radhiallahu Anhu meriwayatkan sebuah hadis yang berbunyi, اَلشُّهَدَاءُ عَلَى بَارِقِ نَهْرٍ بِبَابِ الْجَنَّةِ فِي قُبَّةٍ خَضْرَاءَ يَخْرُجُ اِلَيْهِمْ رِزْقُهُمْ مِنَ الْجَنَّةِ بُكْرَةً وَ عَشِيًّا (رواه الحاكم واحمد والطبراني عن ابن عبّاس) “Para syuhada berada di tepi sungai dekat pintu surga, mereka berada dalam sebuah kubah yang hijau. Hidangan mereka keluar dari surga itu setiap pagi dan sore.” (Riwayat al Ḥakim, Ahmad dan at Ṭabrani dari Ibnu ‘Abbas). Para syuhada itu menikmati pemberian-pemberian Allah, mereka ingin mati syahid berulang kali. Hal ini dijelaskan dalam sabda Rasulullah ﷺ yang berbunyi, مَا مِنْ نَفْسٍ تَمُوْتُ لَهَا عِنْدَ اللهِ خَيْرٌ يَسُرُّهَا اَنْ تُرْجَعَ اِلَى الدُّنْيَا اِلاَّ الشَّهِيْدُ فَاِنَّهُ يَسُرُّهُ اَنْ يُرْجَعَ اِلَى الدُّنْيَا فَيُقْتَلَ مَرَّةً اُخْرَى مِمَّا يَرَى مِنْ فَضْلِ الشَّهَادَةِ (رواه مسلم) “Tidak ada seorang yang telah mati dan memperoleh kenikmatan di sisi Allah, kemudian ingin kembali ke dunia kecuali orang yang mati syahid. Ia ingin dikembalikan ke dunia, kemudian mati syahid lagi. Hal itu karena besarnya keutamaan mati syahid.” (Riwayat Muslim). Kematian Yahya Sinwar bukanlah kematian perjuangan, melainkan akan menjadi sebuah babak baru dari keberlanjutan perlawanan. Allah tidak akan mendiamkan kedholiman terus berkuasa di muka bumi ini apalagi di tanah para Nabi yang disucikan (Syam). Sebab Allah sangat membenci kedholiman. Seperti yang dinukil oleh Syaikhul Hijaz Imam Nawawi bin Umar Al Jawi Al Bantani di awal mukadimah kitabnya (Nashaihul Ibad), ketika beliau berkata, وانا الآن اريد التبرك باتيان حديثين شريفين جليلين “Dan sekarang aku ingin mengambil berkah dengan mendatangkan (menghadirkan) dua hadis yang mulia dan agung kedua-duanya” Hadis yang pertama adalah hadis Qudsi yang diijazahkan oleh guru Imam Nawawi Banten, yakni Al Allamah Syeikh Muhammad Al Khatib Al Syam yang bersambung kepada sahabat Abi Dzar Al-Ghifari Radhiyallahu Anhu yang berbunyi, عَنْ أَبِى ذَرٍّ الْغِفَارِيّ رضي الله عنه عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فِيْمَا يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ سبحانه وتعالى أَنَّهُ قَالَ: يَاعِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلاَ تَظَالَمُوا… “Dari Abu Dzar Al-Ghifary radhiyallahu ‘anhu dari Nabi ﷺ, dalam hadits qudsi yang beliau ﷺ riwayatkan dari Rabb-nya, bahwasanya Dia subhanahu wa ta’ala berfirman: ”Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezhaliman atas diri-Ku dan Akupun jadikan kezhaliman itu diantara kalian sebagai sesuatu yang haram. Maka janganlah kalian saling menzhalimi…” (HR. Muslim) Allah mengharamkan kedholiman bukan hanya bagi makhluk Nya tetapi juga bagi diri Nya sendiri. Dan penjajahan disertai genosida adalah salah satu bentuk kedholiman terbesar di atas dunia yang wajib dihapuskan. Allah bisa saja menghapuskannya dengan mudah secara langsung melalui kehendak Nya. Namun Allah memilih “jalan Nya” yang unik yakni lewat tangan-tangan para kekasih Nya di muka bumi (Mujahidin) untuk lebih menghinakan para musuh Nya dan sebagai bentuk pemuliaan Allah kepada orang-orang beriman yang berkenan menempuh jalan mulia jihad fi sabilillah tersebut. Video detik-detik kematian Yahya Sinwar yang diviralkan oleh penjajah Zionis justru menjadi bumerang besar bagi Netanyahu dan jajarannya. Berkat video tersebut akhirnya masyarakat dunia tahu bahwa propaganda rezim Zionis selama ini yang menyatakan bahwa arsitek serangan 07 Oktober itu  adalah pengecut yang hanya berani bersembunyi di terowongan bersama  ajudannya dan para sandera warga Israel yang ditawan adalah bohong belaka. Prof. Fawas Gergez, seorang dosen Hubungan Internasional London School of Economics, menyatakan bahwa di detik-detik terakhir hidupnya dimana dalam keadaan terluka berlumuran darah  Yahya Sinwar dengan mengenakan pakaian tempur dipadukan dengan sorban khas Palestina (Kafiyeh) tetap melakukan perlawanan dengan cara melemparkan tongkat ke arah drone yang mendekatinya adalah bukti bahwa dia adalah pejuang sejati. Aksi heroiknya menjelang ajal itu dirayakan oleh para penduduk Palestina dan membungkam narasi palsu rezim Zionis selama ini yang menggambarkan sosok Yahya Sinwar sebagai pengecut. Kematian Yahya Sinwar  juga menyampaikan pesan kepada dunia bahwa militer Zionis dengan segala kecanggihan alutsista dan intelijennya nyatanya tidak sehebat mitos yang selama ini diyakini oleh masyarakat dunia. Setelah “kebobolan” oleh serangan dahsyat Hamas pada 07 Oktober 2023 silam, nyatanya mereka juga gagal menangkap Yahya Sinwar selama setahun lebih pasca serangan tersebut. Dan kematian Yahya Sinwar pun ternyata bukan karena hasil dari operasi khusus pasukan elite Zionis melainkan dari kebetulan belaka. Mengutip kantor berita Anadolu, Yahya Sinwar tidak sengaja terbunuh dalam penyisiran rutin yang dilakukan tentara Israel di Jalur Gaza pada Kamis (17/10). Media Israel melaporkan bahwa Sinwar, yang merupakan target utama penjajah akhirnya syahid dalam konfrontasi langsung di lapangan terbuka. Surat kabar Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa pasukan dari unit Bislach milik tentara penjajah sedang melakukan penyisiran rutin di kota Rafah, dimana mereka menduga ada beberapa orang di dalam sebuah gedung yang dipasangi jebakan. Laporan itu mengatakan bahwa tentara penjajah melepaskan tembakan artileri dan tembakan ke gedung tersebut, hingga menyebabkan tiga anggota Hamas, tanpa mengetahui bahwa Sinwar ada di antara mereka. Setelah beberapa saat, para prajurit mulai menyisir gedung tersebut. Dua granat dilemparkan di mana satu meledak sedangkan yang lain tidak, menurut laporan tersebut. Pasukan itu mundur dan mengirim sebuah pesawat nirawak, yang mendeteksi seorang korban luka, dengan wajah tertutup, duduk di sebuah ruangan dan berusaha menjatuhkan pesawat nirawak tersebut dari udara dengan tongkat. Dan ketika para prajurit mendekati jasad para pejuang Palestina tersebut, mereka melihat bahwa salah satu dari mereka sangat mirip dengan Sinwar. Serupa dengan laporan Yedioth Ahronoth, surat kabar Haaretz menyatakan bahwa kematian Sinwar adalah “kebetulan.” Tidak ada informasi intelijen yang menunjukkan keberadaan Sinwar. Apa yang terjadi adalah kebetulan belaka. (Antaranews, 18 Oktober 2024). Dan ada yang menarik dari kematian Yahya Sinwar tersebut dimana ketika digeledah di kantongnya yang ditemukan adalah benda-benda sederhana saja namun menandakan kepribadiannya yang religius. Saluran 12 ‘Israel’ membagikan foto barang-barang milik Yahya Sinwar yang ditemukan setelah kematiannya, yakni tasbih, dua buku doa kecil, paspor, peluru, senter kecil, permen mint, pemotong kuku, dan uang tunai. Yahya Sinwar dimasukkan daftar hitam oleh Kementerian Luar Negeri AS pada tahun 2015, di masukkan dalam daftar orang yang dicari penjajah. Badan keamanan Israel menganggapnya sebagai perancang dan pelaksanaan serangan 7 Oktober 2023. Pasca Operasi Badai (Tufan) Al-Aqsha, nama Sinwar berkali-kali diumumkan oleh sejumlah pejabat senior rezim Israel, termasuk Menteri Perang Yoav Galant. Zionis telah berusaha mendiskreditkan Sinwar dengan banyak kebohongan, seperti mengklaim bahwa Sinwar bersembunyi di terowongan dan mengorbankan rakyat Gaza, bahwa Sinwar telah menyandera tahanan Zionis, atau bahwa Sinwar telah melarikan diri ke Mesir. Kesalahan strategis Zionis dalam mempublikasikan foto dan video kesyahidan Sinwar telah menimbulkan skandal bagi Zionis dan menempatkan pribadi Sinwar tokoh legendaris paling menakutkan ZIonis dalam sejarah. Yahya Sinwar seperti para pendahulunya selalu mengidamkan kematian yang indah di jalan Allah. Dalam salah satu video yang direkam beberapa tahun silam dan kini viral di sosial media, sangat jelas bahwa Yahya Sinwar dengan tegas menyatakan ingin mati sebagai martir (syahid) karena serangan jet tempur Israel daripada mati terkena Covid-19, stroke, kecelakaan lalu lintas dan penyebab kematian alami lainnya. Menurutnya hal itu adalah hadiah terbesar yang bisa diberikan oleh musuh kepada dirinya. Sekali lagi ia ingin meninggal sebagai martir daripada “fatasya” yakni meninggal secara tidak terhormat. Dan kini terbukti Allah telah mengabulkan harapannya tersebut. Walhasil, selamat jalan pejuang. Engkau kini kembali ke hadirat Allah dan berkumpul dengan para pendahulumu dan para kekasih Allah lintas zaman. Matimu bukanlah alarm matinya perjuangan rakyat Palestina melainkan akan menjadi awal yang baru lagi bagi para pejuang lainnya. Patah tumbuh hilang berganti. Syahid satu tumbuh seribu. Panjang umur perlawanan dan pembebasan Masjid Al-Aqsha. Wallahu A’lam Bis Showab.* Murid Kulliyah Dirosah Islamiyah Pandaan