Tag:
Takwa
Islampos.com
2 Amalan yang Paling Banyak Membuat Manusia Masuk Surga
MANUSIA yang percaya adanya akhirat, pasti menginginkan surga yang di dalamnya terdapat kenikmatan yang tiada ujungnya. Namun banyak yang tidak tahu amalan apa yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam surga.
Ada dua amalan yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, yaitu takwa dan akhlak yang baik.
Khususnya untuk amalan akhlak yang baik, banyak orang yang sulit melakukannya. Meski sering duduk di majelis ilmu, dengan tampilan yang sangat islami, banyak orang yang belum berakhlak baik karena beberapa perilakunya sehari-hari. Seperti tidak murah senyum, tidak santun, tidak lemah lembut, dan tidak amanah. Inilah yang salah.
BACA JUGA: Kalimat Kunci Surga
Padahal, dengan rajinnya menuntut ilmu seharusnya semakin terbimbing pada akhlak yang baik. Karena takwa dan akhlak baik itulah yang mengantarkan pada surga.
Dari Abu Hurairah, ia berkata,
سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ « تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ ». وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ « الْفَمُ وَالْفَرْجُ »
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya mengenai perkara yang banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, beliau menjawab, “Takwa kepada Allah dan berakhlak yang baik.” Beliau ditanya pula mengenai perkara yang banyak memasukkan orang dalam neraka, jawab beliau, “Perkara yang disebabkan karena mulut dan kemaluan.” (HR. Tirmidzi no. 2004 dan Ibnu Majah no. 4246. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).
Dalam hadits Abu Dzar disebutkan,
اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
“Bertakwalah kepada Allah di mana saja engkau berada. Ikutilah kejelekan dengan kebaikan niscaya ia akan menghapuskan kejelekan tersebut dan berakhlaklah dengan manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi no. 1987 dan Ahmad 5/153. Abu ‘Isa At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih).
Ibnu Rajab mengatakan bahwa berakhlak yang baik termasuk bagian dari takwa. Akhlak disebutkan secara bersendirian karena ingin ditunjukkan pentingnya akhlak. Sebab banyak yang menyangka bahwa takwa hanyalah menunaikan hak Allah tanpa memperhatikan hak sesama. (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 454).
BACA JUGA: Lelaki Ahli Surga dan 100 Bidadari
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan akhlak yang baik sebagai tanda kesempurnaan iman. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Abu Daud no. 4682 dan Ibnu Majah no. 1162. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan). Allahu A’lam. []
SUMBER: RUMAYSHO
Suaraislam.id
Nasihat Takwa Usai Ramadhan
Kaum muslim sejatinya akan mengukur keimanannya setelah berjibaku sepanjang Ramadan. Tuntutan untuk melanjutkan kedekatan hamba terhadap Rabb-nya, semata-mata agar predikat takwa dapat diraih. Tentu bukan perkara mudah, sebab di negeri yang diterapkan sekularisme di dalamnya, tidak akan membiarkan kehidupan diliputi suasana keimanan. Maka sulit membentuk pribadi Islam di mana sekularisme berkelindan di dalamnya.Sebagaimana kita saksikan saat ini bahwa tidak semua kaum muslim berbahagia pada momen Idulfitri 1445 H. Muslim Gaza salah satunya yang harus siap menyabung nyawa setiap waktu. Tekanan yang mereka hadapi tidak membuat kaum muslim lainnya bergerak menyelamatkan dan menghabisi penjajahan.Padahal jumlah mereka sangat banyak. Dua miliar jiwa dalam keadaan lemah dan tak berdaya, sungguh sangat tidak masuk akal. Tetapi hal itulah yang terjadi. Cinta dunia dan takut mati menjadikan orientasi hidup hanya kepada dunia, hingga lupa negeri akhirat. Sementara kaum muslim sejatinya adalah umat terbaik (khairu ummah) yang tak perlu nunggu ratusan hari untuk menolong saudaranya, tidak hanya di Gaza, tetapi juga Uyghur, Rohingya dan negeri-negeri represif lainnya.Dari Tsauban, ia berkata bahwa telah bersabda Rasulullah Saw: “Hampir saja bangsa-bangsa memangsa kalian sebagaimana orang lapar menghadapi meja penuh hidangan.” Seseorang bertanya “apa saat itu kita sedikit?” Jawab beliau “Bahkan saat itu kalian banyak, akan tetapi kalian seperti buih di laut. Allah akan cabut rasa takut dari dada musuh kalian, dan Allah sungguh akan mencampakkan penyakit wahn dalam hatimu.” Seseorang bertanya “Ya Rasulullah apa itu wahn?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.” (HR Abu Daud no. 4297 dan Ahmad 5: 278, shahih kata Syaikh Al Albani. Lihat penjelasan hadits ini dalam ‘Aunul Ma’bud).Maka ketika hal tersebut tampak saat ini, berarti kaum muslim telah jauh dari tuntunan Allah SWT. Bahkan sedikit demi sedikit meninggalkan ketentuan syariat. Alhasil pribadi mulia, yang lahir melalui keterikatan dengan aturan Allah pun, tak dapat terwujud.Karenanya kaum muslim harus bangkit dengan memperbaiki pemikirannya, yang akan mengarahkan seluruh aktivitasnya hanya untuk mendapatkan rida Allah SWT. Termasuk memiliki kesadaran bahwa mereka berhubungan dengan Allah di setiap lini kehidupan, dan senantiasa berada dalam pengawasan-Nya.Dengan landasan berpikir yang semacam ini maka kaum muslim akan terus berusaha memperbaiki arah pandang kehidupannya, hingga tak akan sulit baginya mencapai kondisi takwa. Pada gilirannya mereka pun akan bangkit dari keterpurukan.Bahkan ketika dilakukan bersinergi dengan kekuatan jamaah Islam, akan memosisikan umat di posisi terdepan, menjadi pemimpin. Dengan syariat yang diembannya, akan mudah memperbaiki kerusakan di tengah masyarakat. Bahkan melahirkan peradaban yang bercorak khas yaitu peradaban bangkit.Perjuangan ini membutuhkan ketakwaan individu, masyarakat dan negara. Karenanya proses menuju takwa tidak usai ketika Ramadan berakhir, tetapi terus belanjut di bulan-bulan berikutnya. Pun diperlukan satu pemimpin bagi umat, yang menyatukan, dan memiliki kekuatan penuh menjadi pengatur (ra’in) dan pelindung (junnah) bagi umat.Kepemimpinan inilah yang menjamin ketakwaan individu hingga level negara, dengan meninggalkan aturan kufur, menerapkan syariat Islam secara kaffah, dan hanya menegakkan hukum Allah SWT. Hal tersebut yang seharusnya menjadi agenda umat saat ini, yakni mengembalikan jati diri kaum muslim sebagai khairu ummah, melalui penerapan Islam secara kaffah.Sebagaimana janji Allah Subhanahu wa Ta’ala,وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى الْاَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْۖ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِيْنَهُمُ الَّذِى ارْتَضٰى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِّنْۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ اَمْنًاۗ يَعْبُدُوْنَنِيْ لَا يُشْرِكُوْنَ بِيْ شَيْـًٔاۗ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ ٥٥Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan yang mengerjakan kebajikan bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa; Dia sungguh akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridai; dan Dia sungguh akan mengubah (keadaan) mereka setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apapun. Siapa yang kufur setelah (janji) tersebut, mereka itulah orang-orang fasik. (QS An-Nur ayat: 55)Lulu Nugroho
Suaraislam.id
Meniti Jalan Takwa
Takwa, satu kata yang terlintas dalam benak adalah bentuk ketaatan kepada Allah. Pengertian takwa secara umum yakni menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.Kata takwa, mudah untuk diucapkan tapi penuh perjuangan untuk mewujudkannya. Untuk itu harus punya tekad yang kuat untuk menjalankannya, niat yang ikhlas untuk melaksanakannya, membutuhkan motivasi yang besar untuk mengimplementasikannya.Tekad yang kuat lahir dari kesadaran hubungan kita dengan Allah. Niat yang ikhlas muncul dari pemahaman bahwa segala amal perbuatan yang kita lakukan hanya untuk menggapai ridha-Nya. Dan motivasi yang besar terdorong bahwa apa yang kita kerjakan di dunia ini kelak akan dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT.Sebagai seorang Muslim sejati, tentunya ingin segala amal perbuatan dicatat sebagai amal baik di sisi Allah. Itulah sebabnya mengapa kita harus bertakwa kepada Allah, menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Kita tidak ingin kelak di kemudian hari, di mana tangan dan kaki serta seluruh anggota tubuh menjadi saksi, hari amal dihisab, kita datang di hadapan-Nya tidak membawa amal baik sama sekali, naudzubillah.Sungguhlah amat rugi orang-orang yang ketika datang di hadapan Allah nanti di hari penghisaban membawa amal perbuatan yang tidak mendatangkan faedah baginya. Untuk itu sangatlah penting bagi seorang Muslim memperhatikan urusannya ini terkait dengan ketakwaan-Nya di sisi Allah.Bagi yang telah mengazamkan diri meniti jalan takwa, jangan sedikit pun lalai dan terlena dengan jalan lain yang dapat membelokkan arah dan tujuan. Meniti jalan takwa ini tidaklah mudah karena hanya bisa dilalui oleh orang-orang yang fokus menjadikan negeri akhirat sebagai tempat kembali dan menjadikan dunia sebagai persinggahan. Maka sesungguhnya kita hanya punya waktu yang pendek untuk meniti jalan ini. Jalan takwa bisa menghantarkan kepada sebaik-baik tempat kembali, yaitu surga yang luasnya seluas langit dan bumi.Agar bisa meniti jalan takwa, maka amalan yang bisa dilakukan untuk menapakinya, salah satunya mendirikan shalat. Shalat adalah salah satu amalan bagi orang yang bertakwa. Shalat adalah amalan yang pertama kali akan dihisab kelak di akhirat. Sehingga menegakkan shalat sebuah keniscayaan bagi orang-orang yang bertakwa.Tanda berikutnya yakni berpegang teguh dan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 2 disampaikan bahwa kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa.Dan di dalam Qur’an surah adz-Dzariyat ayat 56 Allah berfirman yang artinya, “Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku.”Dengan ayat ini kita memahami bahwa kehidupan ini bukanlah sekadar main-main atau bersenda gurau semata. Hidup di dunia untuk beribadah kepada Allah, baik ibadah dalam arti khusus (ibadah mahdhah), menjalankan ibadah ritual kita kepada Allah maupun ibadah dalam arti umum (segala aktivitas dalam rangka mencari rida Allah, termasuk di dalamnya muamalah dengan sesama manusia). Ini adalah sebuah pesan bagi kita yang untuk senantiasa bertakwa kepada Allah.Agar ketakwaan kepada Allah tak luntur dari waktu ke waktu, sangat penting menjaga keistiqamahan dalam pelaksanaannya. Istiqamah ini menjadi wajib dilakukan supaya tetap dalam ketaatan kepada Allah secara terus-menerus. Menjaga ketaatan di atas jalan yang lurus, komitmen terhadap dua kalimat syahadat dan ketauhidan hingga kita bertemu Allah nanti di akhirat kelak. Dengan tetap istiqamah meniti jalan takwa akan membuat ringan menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Hal ini membuat kita tidak ada beban.Beriman dan bertakwa kepada Allah merupakan hal penting bagi seorang Muslim. Seseorang yang tidak beriman dan tidak bertakwa kepada Allah akan mengakibatkan pelakunya di azab oleh Allah di akhirat kelak. Selain itu, seseorang yang tidak beriman dan tidak bertakwa, tidak akan mendapat petunjuk sehingga akan terjerumus kepada jalan kesesatan. Kesesatan yang nyata adalah kecintaan akan dunia yang sangat besar sehingga seolah-olah merasa bahwa hidup di dunia adalah hidup yang abadi. Dengan sifat yang cinta akan dunia ini maka pelakunya akan menjadi pribadi yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu, naudzubillah.1 2Laman berikutnya
Hidayatullah.com
Tiga Tingkat Takwa
Orang yang mencapai tingkat tinggi dalam takwa ia tidak tergantung siapa pun selain hanya pada Allah
Hidayatullah.com | PENGERTIAN taqwa atau juga sering ditulis takwa sangat luas. Sebagaimana makna iman yang begitu dalam dan kompleks bagi setiap individu.
Allah, dalam kebesaran-Nya, memberikan kelonggaran kepada para Mukmin untuk mempraktikkan taqwa sesuai dengan kapasitas masing-masing. Seperti yang Dia firmankan;
فَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ مَا ٱسْتَطَعْتُمْ وَٱسْمَعُوا۟ وَأَطِيعُوا۟ وَأَنفِقُوا۟ خَيْرًا لِّأَنفُسِكُمْ ۗ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِۦ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
“Bertaqwalah kamu kepada Allah sebatas kemampuanmu.” (QS: at-Taghabun [64]: 16).
Manusia Mukmin memiliki tingkat ketakwaan yang beragam, yang membuktikan bahwa taqwa itu sendiri memiliki tingkatan-tingkatan.
Tingkat pertama takwa adalah kesadaran akan Allah, api neraka, dan godaan, serta upaya untuk menjauhi dosa dan kesalahan. Rasulullah ﷺ pernah mengajarkan bahwa seseorang tidak dapat mencapai takwa pada tingkat ini kecuali dengan menghindari segala yang haram atau tidak halal.
Tingkat kedua takwa melibatkan ketaatan sepenuhnya pada ajaran yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad ﷺ. Di sini, takwa tidak hanya tentang menjauhi dosa, tetapi juga tentang ketaatan penuh dalam menjalankan kewajiban dan menghindari segala yang dilarang.
Tingkat ketiga tatwa adalah keadaan di mana hati dan jiwa sepenuhnya diisi oleh cinta dan pengabdian kepada Allah. Orang yang mencapai tingkat ini tidak tergantung pada siapa pun selain Allah, pikirannya hanya terfokus pada-Nya dan segala ciptaan-Nya.
Segala tindakannya dilakukan semata-mata untuk mencari keridhaan Allah.
Di tingkat ini, seorang Mukmin yang muttaqi tidak hanya mematuhi perintah dan larangan Allah, tetapi juga mengenal Tuhan-Nya dengan baik, mengetahui apa yang disenangi dan dibenci-Nya.
Segala tindakannya dipandu oleh cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Tujuan utamanya adalah mencari keridhaan Allah, sehingga segala perbuatannya dilakukan dengan kesadaran penuh akan kehendak-Nya.Dakwah Media BCA - Green.notice-box-green {
border: 2px solid #28a745; /* Green border color */
background-color: #d4edda; /* Light green background color */
padding: 15px;
margin: 20px;
border-radius: 8px;
font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */
text-align: center; /* Center the text */
}Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/Keutamaan orang yang bertakwa sangatlah besar, dengan Allah memberikan janji-janji yang luar biasa bagi mereka. Dia berjanji untuk menyertai, menyukai, melindungi, memberi ilmu, menemui, serta memberikan surga dan pahala yang besar bagi mereka yang bertakwa.
Ini menunjukkan bahwa Allah memberikan balasan yang luar biasa bagi kebaikan yang dilakukan dalam kehidupan ini maupun di akhirat.*/ Alvin Qodri Lazuardy, diringkas dari buku Minhaj Berislam dari Ritual Hingga Intelektual Karya Prof.KH. Hamid Fahmy Zarkasyi
Suaraislam.id
Jika Ketaatan Bukan kepada Allah SWT, Lalu untuk Siapa?
Contoh ketaatan luar biasa dari seorang hamba seorang manusia biasa akhir zaman adalah ketaatan yang dinampakan oleh sahabat Rasulullah Saw, Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. Totalitas dalam taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, tanpa nanti tanpa tapi.Tersebutlah sebuah kisah saat Rasulullah Saw selesai menjalani peristiwa Isra Mi’raj. Semua orang mendustakan peristiwa tersebut, kecuali Abu Bakar Ash-Shiddiq ra yang langsung mengimani peristiwa tersebut. Runtuhlah makar Abu Jahal, sebab pembenaran Abu Bakar Ash-Shiddiq ra atas peristiwa Isra Mi’raj yang dijalani Rasul saw, mampu membalikan keadaan dan meneguhkan kembali keimanan kaum muslimin terhadap Allah SWT dan Rasulullah Saw.Tersebut pula peristiwa saat semua sahabat menentang keputusan Abu Bakar Ash-Shidiq ra akan memberangkatkan pasukam Usamah bin Zaid ra menuju perbatasan negeri Syam guna menuntut balas atas gugurnya ayahnya, Zaid bin Haritsah ra di medan Mu’tah.Sebab taatnya pada Allah SWT dan Rasulullah Saw, pasukan tetap diberangkatkan, dan membawa kemenangan pada pasukan Usamah bin Zaid ra, sehingga mampu membuat gentar kaum musyrikin dan munafikun di jazirah Arab yang menggerogoti pesatuan kaum muslimin. Kaum muslimin menjadi kuat dan solid kembali.Tersebut pula peristiwa saat Abu Bakar Ash-Shiddiq ra terpilih menjadi khalifaturrasulillah, kemudian memberikan khutbah atas pengangkatannya yang menyatakan bahwa manusia wajib menaatinya selama ia menaati Allah saw dan Rasul-Nya. Namun manusia tidak wajib menaatinya jika ia tidak taat kepada Allah SWT dan Rasul Nya.Maka Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq ra pun memimpin umat dengan hukum Islam. Meneruskan kepemimpinan Islam. Melanjutkan misi dakwah Rasulullah Saw, melanjutkan jihad yang telah dikibarkan oleh Rasulullah Saw, melanjutkan sistem ekonomi Islam yang telah dimulai oleh Rasulullah Saw, melanjutkan sistem politik, sosial budaya hingga pertahanan keamanan seperti Rasul Saw membangunnya.Maka ketaatan Abu Bakar Ash-Shiddiq ra kepada Allah SWT dan Rasul-Nya nampak nyata, tidak hanya diranah pribadi dengan menjadi sosok yang paling baik akhlaqnya setelah Rasulullah Saw, namun juga hingga nampak saat menjadi pemimpin umat yang memiliki akhlaq yang mulia sebab taatnya pada Allah SWT dan Rasul-Nya.Abu Bakar Ash-Shiddiq ra dan para sahabat adalah sosok nyata yang mempersembahkan totalitas ketaatannya hanya untuk Allah SWT dan Rasul-Nya.Maka selayaknya kita pun melakukan hal yang sama yaitu memberikan ketaatan kita hanya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya saja. Sebab memang demikianlah seharusnya.Ketaatan kita kepada Allah SWT dan Rasul-Nya akan berimplikasi nyata pada tunduknya kita secara total pada hukum dan aturan yang berasal dari Allah SWT dan Rasul-Nya. Maka kita akan menjalani peran dalam kehidupan ini sesuai dengan hukum dan aturan dari Allah SWT dan Rasul-Nya.Kita akan rela dengan kerelaan yang sempurna dalam menerapkan hukum Allah SWT dan RasulNya dalam seluruh aspek kehidupan.Sebab ketaatan akan berbuah pada ketakwaan. Dan ketakwaan akan berbuah pada keberuntungan hidup didunia dan diakhirat.Maka jika kita tidak menaati Allah SWT dan Rasul-Nya kita tidak akan masuk dalam golongan hamba-hambanya yang bertakwa dan jauh dari keberuntungan hidup.1 2Laman berikutnya
Suaraislam.id
Merenungi Al-Qur’an (10)
Alhamdulillah kita bisa melanjutkan renungan terhadap Al-Qur’an yang ke-10. Kali ini kita akan membahas apa yang terbaik kita lakukan di bumi yang indah ini.Allah SWT berfirman,يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.”الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.”وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.”فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ ۖ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ“Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) — dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (al Baqarah 21-24)Di ayat 21 surat al Baqarah ini bila kita simak adalah sebuah seruan dari Yang Maha Pengasih tentang tujuan penciptaan manusia di bumi. Kita diciptakan Allah di muka bumi ini bukan untuk saling menindas, saling menguasai, atau saling menjajah. Manusia diciptakan Allah di muka bumi agar menjadi orang yang bertakwa. Agar menjadi sosok manusia yang berkualitas nomer satu, manusia bertaqwa. Manusia yang berusaha semaksimal mungkin agar dapat taat pada Allah dan RasulNya.Manusia yang paling mulia atau paling hebat bukanlah manusia yang menjadi presiden, Menteri, anggota DPR dan sejenisnya. Manusia yang paling hebat menurut Al-Qur’an adalah manusia yang bertakwa. Masyarakat awam melihat bahwa presiden lebih baik dari penyapu masjid. Menurut Al-Qur’an, penyapu masjid bisa lebih mulia daripada presiden, kalau presidennya itu korup dan suka bertindak zalim.Firman Allah SWT,يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (al Hujuraat 13)اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ ثُمَّ رَزَقَكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ۖ هَلْ مِنْ شُرَكَائِكُمْ مَنْ يَفْعَلُ مِنْ ذَٰلِكُمْ مِنْ شَيْءٍ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ“Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Maha Sucilah Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.” (ar Ruum 40)
Suaraislam.id
Merenungi Al-Qur’an (7)
Di pagi yang cerah hari Jumat ini mari kita lanjutkan renungan kita di surat al Baqarah ayat 5. Allah SWT berfirman, ”Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”Allah memberi petunjuk orang-orang yang bertaqwa atau orang-orang yang shalih. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang kafir, dhalim, munafik, dan fasik. Renungkanlah ayat Allah,“Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan, berarti engkau tidak menyampaikan amanatNya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.” (QS al Maidah 67)“Apakah (orang-orang) yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidil Haram, kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah. Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang zalim.” (QS at Taubah 19)Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah (sama), mereka menyuruh yang mungkar dan mencegah yang makruf dan mereka menggenggamkan tangannya (kikir). Mereka telah melupakan Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik.” (QS at Taubah 67).“Allah menjanjikan orang-orang munafik laki-laki dan perempuan serta orang-orang kafir dengan neraka jahanam. Cukuplah (neraka) itu bagi mereka. Allah melaknat mereka dan mereka mendapat azab yang kekal.” (QS at Taubah 68)“…Bertakwalah kepada Allah dan dengarkanlah (perintahNya). Dan Allah tidak memberi petunjuk pada orang-orang yang fasik.” (QS al Maidah 108)Petunjuk Allah itu mahal, ia hanya diberikan kepada orang-orang yang bertakwa. Orang yang mendapat petunjuk maka ia menjadi orang yang beruntung (sukses/berbahagia).Ukuran sukses atau kebahagiaan dalam Islam, bukanlah dilihat dari banyaknya harta, tingginya pangkat atau jabatan, banyaknya anak buah dan lain-lain, tapi diukur dari seberapa tinggi orang itu bertakwa. Makin tinggi ketakwaannya makin sukses orang itu. Makin tidak bertakwa orang itu, makin rugi (sengsara) dia. Baik di dunia maupun akhirat.Orang-orang yang bertakwa ini tanda-tandanya banyak dalam al Quran. Mari kita simak tanda-tandanya dalam surat Ali Imran ayat 133-136,“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (QS Ali Imran 133-136)Juga dalam surat al Mu’minun ayat 1-11, “Sungguh beruntung/berbahagia orang-orang mukmin, (Yaitu) orang-orang yang menjalankan shalatnya dengan khusyu’. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari perbuatan yang tidak berguna. Dan orang-orang yang menunaikan zakatnya. Dan orang-orang yang menjaga alat kelaminnya. Kecuali kepada istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki. Maka sesungguhnya mereka itu tidak tercela. Dan orang-orang yang memelihara amanat dan janjinya. Dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi. Yang akan mewarisi (surga) Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.” (QS al Mukminun 1-11)
Suaraislam.id
Merenungi Al-Qur’an (6)
Alhamdulillah di pagi yang cerah ini kita dapat menyelesaikan shalat berjamaah di masjid. Shalat di masjid pahala sangat besar dan bisa menyatukan umat yang hatinya sering terbelah.“Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al-Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.” (al Baqarah 4)Kini kita bahas ciri orang yang bertakwa berikutnya, yaitu yakin akan adanya kehidupan akhirat. Kenapa percaya adanya akhirat itu sangat penting? Ya karena kehidupan kita di dunia ini sementara. Kita pasti nanti akan mengalami kehidupan akhirat. Kehidupan abadi setelah kematian.Nabi Nuh yang umurnya lebih dari 950 tahun menyatakan bahwa kehidupan dunia ini ibarat seseorang yang masuk rumah dari pintu depan menuju pintu belakang. Rasulullah mengibaratkan kehidupan dunia ini hanya seperti air yang menetes di jari, ketika jari dicelupkan di lautan. Air di lautan itu adalah akhirat.Suatu hari ketika Rasulullah bercengkerama dengan para sahabat, datanglah ‘seorang kafir Quraisy’ kepada Rasul. Ia menyatakan, hai Muhammad apakah mungkin tulang belulang yang telah hancur ini akan dihidupkan oleh Tuhanmu kembali? Rasul terdiam sejenak dan kemudian turunlah wahyu,“Dan ia membuat perumpamaan bagi Kami; dan ia lupa kepada kejadiannya; ia berkata: “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh Katakanlah: “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk.” (Yasin 78-79)Mendengar jawaban yang menakjubkan ini, maka diamlah orang kafir itu.Keberadaan akhirat ini adalah suatu hal yang pasti. ‘Tidak boleh ada keraguan pada diri kita’. Renungkanlah ayat Al-Qur’an ini,“Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?” (al Baqarah 28)Al-Qur’an memang kalimat-kalimatnya menakjubkan. Seperti ketika berbicara tentang adanya Tuhan (ada kaitan erat antara iman kepada Allah dan hari akhir), Al-Qur’an melafadzkannya dengan,“Maka terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan. Kamukah yang menciptakannya, atau Kamikah yang menciptakannya? Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-sekali tidak akan dapat dikalahkan,” (al Waqiah 58-60)“Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam. Kamukah yang menumbuhkannya atau Kamikah yang menumbuhkannya?” (al Waqiah 63-64)“Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya atau Kamikah yang menurunkannya?” (al Waqiah 68-69)