Tag:
Suriah
Hidayatullah.com
Kejatuhan Assad Bukan Kekalahan Bagi Rusia Kata Putin
Hidayatullah.com– Presiden Vladimir Putin, hari Kamis (19/12/2024), mengatakan bahwa kejatuhan rezim Bashar Assad di Suriah bukanlah “kekalahan” bagi Rusia, dan dia mengklaim bahwa Moskow sudah mencapai tujuannya di negara itu.“Anda ingin menampilkan apa yang terjadi di Suriah sebagai kekalahan bagi Rusia,” kata Putin dalam konferensi pers akhir tahun.“Saya jamin tidak,” katanya, menanggapi pertanyaan dari seorang jurnalis Amerika, lapor AFP.“Kami datang ke Suriah 10 tahun lalu supaya tidak tercipta kantong-kantong teroris di sana seperti yang terjadi di Afghanistan. Secara keseluruhan, kami telah mencapai tujuan kami,” kata Putin.Presiden Rusia itu mengatakan belum bertemu dengan Assad di Moskow, tetapi berencana untuk melakukannya segera.“Saya belum bertemu Presiden Assad sejak kedatangannya di Moskow, tetapi saya berencana untuk bertemu dengannya. Saya pasti akan berbicara dengannya,” kata Putin.Assad kabur ke Moskow awal bulan ini, ketika milisi-milisi oposisi yang dimotori Hayat Tahrir Al-Sham (HTS) bergerak menuju Damaskus setelah berhasil menguasai sejumlah kota penting.Dalam pernyataannya yang dirilis lewat Telegram hari Senin (16/2/2024), Assad mengatakan bahwa dia tidak melarikan diri dari Suriah dan kepergiannya ke Moskow tidak direncanakan. Dia sedang berada di pangkalan militer Rusia di Latakia guna membicarakan cara menghadapi pasukan oposisi, ketika tiba-tiba Moskow memerintahkan evakuasi karena kala itu pangkalan udara Rusia di Hmeimim juga diserang. Pada saat yang sama, militer pemerintah Suriah kocar-kacir meninggalkan pos-pos mereka.Dalam konferensi pers itu Putin juga menyinggung perihal pangkalan-pangkalan militer Rusia di Suriah.“Kami menjalin kontak dengan semua pihak yang mengendalikan situasi di sana (Suriah), dengan semua negara di kawasan ini. Mayoritas dari mereka mengatakan bahwa mereka tertarik agar pangkalan militer kami tetap berada di sana,” kata Putin.Dia juga mengatakan Rusia sudah melakukan evakuasi 4.000 tentara Iran dari Suriah atas permintaan Teheran.*
Hidayatullah.com
Tergulingnya Rezim Assad Membuka Jalan Bagi Kemerdekaan Palestina, Bukan Sebaliknya
oleh Dr Amira Abo el-FetouhHidayatullah.com – Hari Jumat lalu menjadi hari yang tak terlupakan bagi jutaan warga Suriah di seluruh dunia yang merayakan pembebasan tanah air mereka dari dinasti Assad.Warga Suriah yang mengungsi di berbagai negara turun ke jalan, mengibarkan bendera asli yang digunakan di Suriah setelah dibebaskan dari penjajahan Prancis.Para revolusioner memilih untuk menggunakannya 13 tahun yang lalu dan mengganti bendera yang menjadi simbol rezim Assad, yang telah berlangsung selama 54 tahun, sejak Hafez Al-Assad melakukan kudeta pada tahun 1970. Bendera tersebut merupakan cara yang cerdas untuk menunjukkan bahwa mereka tidak membedakan antara dua penjajah: Prancis dan keluarga Assad; keduanya adalah tirani; keduanya merampas tanah Suriah; dan keduanya menjarah kekayaan dan sumber dayanya. Bahkan ada yang mengatakan bahwa penjajah Prancis lebih berbelas kasihan daripada penjagal Assad, ayah dan anak.Nyanyian di jalan-jalan pada hari Jumat itu sangat indah. “Angkat kepalamu tinggi-tinggi, kamu adalah orang Suriah yang merdeka” dan ‘Suriah ingin merdeka’ menghidupkan kembali gairah sentimen nasional yang terjadi pada tahun 1920-an.Tidak ada perpecahan antara agama dan kelompok etnis di Suriah saat itu; mereka semua berjuang di parit yang sama melawan pendudukan Prancis, dan di sinilah mereka hari ini dalam satu parit setelah dibebaskan dari rezim Assad yang brutal.Di kota Sweida, mereka yang turun ke jalan mengenang kembali sejarah dan perjuangan mereka melawan penjajahan Prancis dan mengangkat foto Sultan Pasha Al-Atrash, pemimpin Revolusi Suriah melawan Prancis. Mereka bahkan menamai sebuah bundaran terkenal di kota itu dengan namanya, menghilangkan nama “Bundaran Basel”, yang diambil dari nama putra sulung Hafez Al-Assad.Sementara, pemandangan di Umayyad Square sangat luar biasa, mengingat Kekhalifahan Umayyad ketika Damaskus menjadi ibu kota Kekaisaran Islam yang menyinari seluruh dunia dengan pengetahuan, budaya, dan peradabannya.Para pejuang revolusioner Suriah utara tiba di Damaskus, setelah menaklukkan Aleppo, Hama, dan Homs, untuk bertemu dengan rekan-rekan mereka dari Quneitra, Sweida, Daraa, dan wilayah pedesaan di sekitar Damaskus dan distrik-distriknya.Mereka membentuk jalinan yang tidak dapat dirobek oleh siapa pun, dalam harmoni yang sempurna. Semua orang senang dengan kejatuhan tiran, dan semua orang ingin membangun Suriah yang baru berdasarkan kebebasan, keadilan, dan martabat setelah keluarga Assad menghancurkan negeri itu, dan membunuh, mempermalukan, dan merendahkan rakyatnya.Mereka merayakan tergulingnya rezim yang telah menghancurkan tatanan sosial Suriah dan menyebarkan hasutan serta konspirasi di antara berbagai sekte dan kelompok agama.Salah satu ironi yang mengherankan adalah bahwa rakyat Suriah berbaju hijau, bahagia dengan jatuhnya tiran, sementara kaum nasionalis dan Arab di Mesir berbaju hitam, berduka karena jatuhnya sang penjagal. Mereka percaya bahwa negara Suriah telah jatuh, seolah-olah Bashar adalah negara dan negara adalah Bashar, dan mereka membelanya mati-matian, meskipun dia sekarang menjadi buronan yang melarikan diri bersama keluarganya dan miliaran dolar kekayaan negara.Mereka telah melihat dengan mata kepala sendiri para tahanan yang dibebaskan dari rumah jagal dan mendengar apa yang dilakukan oleh orang biadab itu di penjara-penjara Suriah, tidak terbayangkan dan tidak dapat diterima oleh siapa pun yang memiliki hati.Terlepas dari kesaksian dan bukti-bukti tragis tersebut, para nasionalis Arab ini menangisi Assad dan mengatakan bahwa dia adalah pelindung Suriah dari Israel, yang sekarang mengambil keuntungan dari kejatuhannya dan menduduki wilayah Suriah yang baru, mengebom dan menghancurkan persenjataan, gudang dan pabrik-pabrik milik militer Suriah karena takut akan pemerintahan baru.Dengan mengatakan hal ini, mereka justru berkontradiksi dengan diri mereka sendiri, dan sebenarnya mengecam dan menuduh sang penjagal – yang mengkhianati negaranya dan rakyatnya – telah bekerja untuk Israel, meskipun mereka bermaksud memujinya.Apa yang mereka katakan adalah bahwa entitas Zionis tidak takut pada tentara Suriah atau senjatanya ketika dinasti Assad berkuasa, karena senjata-senjata itu tidak akan digunakan untuk melawan musuh; rezim menggunakannya untuk melawan rakyatnya sendiri.Tidak ada satu pun peluru Suriah yang ditembakkan ke negara Zionis sejak menduduki Dataran Tinggi Golan pada tahun 1973, namun Israel telah mengebom Damaskus puluhan kali dan tentara yang mereka tangisi itu tidak menanggapi. Kepala penjagal itu mengatakan bahwa dia akan merespon pada waktu yang tepat, yang sampai saat ini tidak pernah tiba.Satu-satunya penjelasan yang logis adalah rezim Assad membocorkan rincian lokasi gudang senjata dan pabrik-pabriknya.Para pejuang revolusioner yang membebaskan Suriah kini dituduh bekerja untuk entitas Zionis. Jika ini benar, mengapa rezim penjajah takut bahwa senjata-senjata tentara Suriah akan jatuh ke tangan pemerintah baru?Seluruh dunia tahu bahwa Assad Senior menjual Dataran Tinggi Golan kepada Zionis untuk mendapatkan dukungan finansial dan politik setelah ia diangkat sebagai presiden Suriah pada tahun 1970. Raja Faisal dari Arab Saudi (1906-1964) mengatakan hal ini kepadanya dalam sebuah pertemuan KTT Arab, sehingga tidak ada satu peluru pun yang ditembakkan ke arahnya sejak Israel menduduki Golan.Siapapun yang percaya bahwa jatuhnya rezim penjagal Bashar Al-Assad adalah sebuah kerugian bagi perjuangan Palestina, maka ia telah berkhayal. Rezim yang tidak berguna ini melakukan tugasnya dengan menjaga perbatasan nominal negara apartheid.Ia adalah anjing penjaga penjajah, yang ditunjuk oleh penjajah untuk melakukan pekerjaan kotornya. Palestina tidak akan pernah dibebaskan selama Suriah dipimpin oleh Assad dan dengan demikian ditawan oleh entitas Zionis.Itulah sebabnya saya optimis tentang pembebasan Suriah dan bahwa masa depan akan menyaksikan lebih banyak keberhasilan yang akan mengembalikan kebebasan dan martabat bangsa Arab. Ini adalah satu-satunya hal yang akan membuka jalan bagi kembalinya Palestina kepada rakyatnya. Saya telah mengatakannya berkali-kali: Palestina tidak akan terbebas kecuali dan sampai negara-negara Arab terbebas dari para penguasa tirani dan penindas.*
Hidayatullah.com
Partai Kristen Jerman Suruh Orang Suriah yang Tidak Berintegrasi Angkat Kaki
Hidayatullah.com– Seiring dengan memanasnya kampanye pemilihan umum di Jerman, partai Kristen CDU menginginkan orang-orang pendatang dari Suriah yang sudah berintegrasi dengan masyarakat dan pola kehidupan setempat untuk tinggal sementara sisanya harus angkat kaki.Politisi senior dari partai oposisi CDU Jens Spahn mengusulkan untuk memberikan uang masing-masing €1.000 kepada pendatang Suriah yang bersedia pergi dari Jerman.Dalam wawancara hari Rabu (18/12/2024) dengan DW, Spahn mengatakan Jerman harus menghentikan penerimaan aplikasi baru para pencari suaka dari Suriah, sebagaimana yang ingin dilakukan oleh pemerintahan saat ini.Saat ditanya perihal usulan pemberian €1.000, Spahn mengatakan bahwa CDU ingin “membantu memberikan dukungan kepasa mereka yang ingin pulang ke Suriah … untuk membangun kembali negeri itu.”Lebih lanjut dia mengatakan, “Mereka yang sudah benar-benar berintegrasi, yang membiayai dirinya dan keluarganya sendiri, yang bisa berbicara bahasa Jerman, adalah bagian dari masyarakat Jerman, mereka harus disodorkan tawaran untuk tetap tinggal.” Namun, dia menambahkan, “Pada saat yang sama, mereka yang tidak lagi membutuhkan perlindungan dari kita lagi, mereka harus pergi.”Pernyataan Spahn itu mendapatkan kritikan dari politisi partai SPD yang memerintah saat ini.Steffen Hebestreit, juru bicara untuk pemerintahan pimpinan Kanselir Olaf Scholz, mengatakan komentar seperti yang diutarakan Spahn menimbulkan keresahan di kalangan pengungsi di Jerman, yang banyak di antara mereka sudah tinggal di sana selama bertahun-tahun.Pernyataan Spahn itu juga dikritik teman satu partainya Ingo Wortmann, yang juga menjabat ketua Asosiasi Perusahaan Transportasi Jerman (VDV). Wortmann berpendapat pernyataan Spahn tersebut mengabaikan kenyataan bahwa orang-orang Suriah saat ini sudah menjadi bagian vital dari angkatan kerja di Jerman.Dalam wawancara dengan DW itu, Spahn juga mengatakan Uni Eropa seharusnya menutup pintu-pintu perbatasan terluarnya guna meredam arus imigran irregular.*
Salam-online.com
Pemimpin Suriah Ahmad Al-Sharaa: Kami Akan Menjalin Hubungan Strategis dengan Turki
Terakhir Diperbaru 19 Dec 2024 11:26
“Kemenangan ini bukan hanya milik rakyat Suriah, tapi juga bagi warga Turki
Ahmad Al-Sharaa
SALAM-ONLINE.COM: Presiden de Facto Suriah Ahmad Al-Sharaa mengatakan kepada sebuah surat kabar Turki pada Rabu (18/12/2024) bahwa Suriah akan mengembangkan hubungan strategis dengan Turki di masa mendatang.
Sharaa, yang lebih dikenal selama ini dengan nama Abu Mohammad Al-Jolani (sebagai Pemimpin Hay’ah Tahrir Asy-Syam/HTS) mengatakan bahwa warga Suriah yang mencari perlindungan ke berbagai negara diluar sana, dari semua negara tersebut, Turki paling menonjol dalam merangkul dan menghormati rakyat Suriah.
Turki, kata Sharaa, telah memperlakukan rakyat Suriah lebih baik di sana daripada di tempat lain.
“Saya berharap Suriah tidak melupakan kebaikan ini,” kata pemimpin HTS itu kepada surat kabar Turki Yeni Safak, yang dikutip redaksi dari Middle East Eye (MEE), Kamis (19/12).
“Akan ada hubungan strategis. Turki memiliki banyak prioritas dalam rekonstruksi negara Suriah yang baru,” tambahnya.
“Kami mempercayai Turki dalam hal ini dan kami ingin menjaga iktana sosial (di antara kedua bangsa).”
Turki, lanjut Sharaa, akan memegang beberapa peranan penting dalam membangun kembali negara Suriah yang baru, termasuk dalam dalam perdagangan bilateral dan mentransfer keahlian pembangunan ekonomi Turki ke Suriah.
“Akan ada juga hubungan komersial yang saling menguntungkan. Kami percaya pada Turki dalam hal mentransfer pengalamannya di bidang pembangunan ekonomi ke Suriah,” terangnya.
Turki menampung lebih tiga juta pengungsi Suriah, tetapi pejabat Turki mengatakan jumlah total warga Suriah yang pernah tinggal di negara itu mendekati lima juta.
Ankara yakin bahwa pemerintah Suriah yang baru akan terlibat dengan semua negara regional, termasuk negara-negara di Teluk, tempat kecurigaan yang sangat tinggi terhadap gerakan berorientasi Islam.
Ketika ditanya apakah ia bermaksud menyebarkan revolusi ke negara-negara Islam lainnya, Sharaa mengatakan gerakannya tidak berhak mencampuri urusan negara lain.
“Kami tidak berniat mengambil tugas di luar kapasitas kami, seperti menyelesaikan semua masalah dunia Islam, yang akan mengalihkan kita dari tanggung jawab utama kita kepada rakyat kita sendiri,” tegasnya.
”Kita akan berusaha untuk membangun dan mengembangkan hubungan dengan semua negara dengan cara yang menguntungkan bangsa kita.”
Sharaa menutup pernyataannya dengan mengatakan bahwa keberhasilan revolusi di Suriah juga menjadi alasan bagi rakyat Turki untuk merayakannya.
“Kemenangan ini bukan hanya kemenangan rakyat Suriah tetapi juga rakyat Turki. Ini adalah kemenangan kaum tertindas atas para penindas,” tutupnya.
Turki di bawah pimpinan Presiden Recep Tayyip Erdogan, sejak awal meletusnya revolusi Suriah memamg telah menjadi pendukung utama perjuangan rakyat Suriah dalam melawan kebiadaban rezim Basyar Asad.
Di saat yang sama negara Turki telah menampung sebanyak 3 juta lebih pengungsi Suriah. Tetapi pejabat Turki mengatakan jumlah total warga Suriah yang pernah tinggal di negara itu mendekati lima juta jiwa.
Tak hanya menampung warga Suriah, Turki juga mengirim berbagai bantuan untuk rakyat Suriah sendiri. Maka sudah sewajarnya Turki akan mempunyai peran penting dan strategis ke depannya di Suriah yang baru ini. (mus)Berita Lainnya
Salam-online.com
Pasca Asad Digulingkan, DK PBB Serukan Proses Politik yang ‘Inklusif dan Dipimpin Suriah’
SALAM-ONLINE.COM: Dalam pernyataan yang dikeluarkan dengan suara bulat oleh lima belas anggota, termasuk Rusia, pada Selasa, 17 Desember 2025, Dewan Keamanan PBB menyerukan penerapan proses politik yang “inklusif dan dipimpin Suriah”.
Ditegaskan pula bahwa rakyat Suriah harus mampu “menentukan masa depan mereka”. Dewan tersebut meminta Suriah dan negara-negara tetangganya untuk menahan diri dari tindakan apa pun yang dapat merusak keamanan regional.
Dewan juga menegaskan, proses politik ini harus memenuhi aspirasi sah seluruh warga Suriah, melindungi mereka semua dan memungkinkan mereka menentukan masa depan mereka secara damai, independen dan demokratis.
Pernyataan Dewan tersebut menekankan komitmen kuat mereka terhadap kedaulatan, kemerdekaan, persatuan dan integritas wilayah Suriah. Mereka meminta semua negara untuk menghormati prinsip-prinsip ini.
Dewan Keamanan PBB juga menekankan, “Perlunya Suriah dan negara-negara tetangganya untuk saling menahan diri dari tindakan atau intervensi apa pun yang akan merusak keamanan satu sama lain.”
Utusan PBB untuk Suriah, Geir Pedersen, mengingatkan bahwa meskipun Asad telah digulingkan, “Konflik belum berakhir” di Suriah. Karena itu, Dewan mendesak “Israel” untuk menghentikan semua aktivitas pembangunan permukiman di Golan Suriah yang diduduki.
Geir juga menekankan bahwa pencabutan sanksi yang dikenakan pada Suriah sangat penting untuk membantu negara ini.
Menjadi jelas bahwa tren internasional secara umum bertujuan untuk memperkuat otoritas baru di Suriah setelah jatuhnya rezim Asad, dengan mengirimkan delegasi diplomatik ke beberapa negara Barat, termasuk negara-negara Arab, sambil mempercepat proses misi diplomatik melanjutkan pekerjaan mereka di Suriah yang sempat diitutup kedutaan besarnya di Damaskus karena perang.
Kondisi dan situasi saat ini menunjukkan kepuasan internasional terhadap perkembangan Suriah. Ditambah lagi adanya niatan serius untuk bekerja sama dalam memulihkan stabilitas kawasan dan memungkinkan transisi politik di negara yang telah lama menderita akibat perang itu.
Sumber:
“مجلس الأمن الدولي” يدعو بالإجماع لتنفيذ عملية سياسية “جامعة ويقودها السوريون” | شبكة شام الإخبارية
shaam.org/news/Syria-newsBerita Lainnya
Hidayatullah.com
Menghidupkan Perdagangan, Yordania Segera Buka Perbatasan Darat dengan Suriah
Hidayatullah.com – Yordania mengumumkan akan membuka kembali perlintasan perbatasan dengan Suriah untuk lalu lintas truk mulai Rabu setelah awal bulan ini ditutup dengan alasan keamanan.“Truk-truk Yordania akan diizinkan untuk memasuki wilayah Suriah, mulai hari Rabu, melalui penyeberangan perbatasan Jaber,” kata Menteri Industri, Perdagangan dan Pasokan Yarub Qudah kepada Kantor Berita Yordania (Petra).Qudah mengatakan bahwa keputusan tersebut akan memfasilitasi arus lalu lintas barang dan angkutan antara kedua negara.Ia juga mengungkapkan rencananya untuk mengunjungi perlintasan perbatasa Jaber dan Zona Merah Bersama Suriah-Yordaia pada Kamis untuk meninjau prosedur terkait perdagangan dua negara.Pihak berwenang Suriah telah membatalkan semua biaya dan perangko yang sebelumnya diperlukan di penyeberangan Jaber.Menteri Dalam Negeri Yordania Mazin Al Farrayeh pada 6 Desember mengumumkan penutupan penyeberangan perbatasan Jaber, dengan alasan keamanan.Sejak dimulainya perang saudara Suriah pada tahun 2011, penyeberangan ini telah ditutup beberapa kali mulai dari bulan April 2015, dan ditutup selama tiga tahun. Penyeberangan ini dibuka kembali pada Oktober 2018.*
Hidayatullah.com
Ahmed al-Sharaa: Suriah akan Menjalin Hubungan Strategis dengan Turki
Hidayatullah.com – Pemimpin Hay’at Tahrir al-Sham (HTS) Ahmed al-Sharaa mengatakan bahwa Suriah akan menjalin hubungan strategis dengan Turki di masa depan.Pria yang sebelumnya bernama Mohammed al-Jolani mengatakan bahwa warga Suriah yang mencari perlindungan di Turki telah diperlakukan dengan baik daripada di tempat lain.“Saya harap Suriah tidak melupakan kebaikan ini,” kata pemimpin HTS kepada surat kabar Turki, Yeni Safak.“Akan ada hubungan strategis. Turki memiliki banyak prioritas dalam rekonstruksi negara Suriah yang baru,” tambahnya.“Juga akan ada hubungan komersial yang saling menguntungkan. Kami mempercayai Turki dalam hal mentransfer pengalamannya dalam pembangunan ekonomi ke Suriah.”Sharaa menambahkan bahwa keberhasilan revolusi di Suriah juga menjadi alasan untuk merayakannya bagi rakyat Turki.“Kemenangan ini bukan hanya kemenangan rakyat Suriah tapi juga kemenangan rakyat Turki,” katanya.Turki menampung hampir tiga juta pengungsi Suriah, tetapi para pejabat Turki mengatakan bahwa jumlah sebenarnya dapat mencapai lima juta orang.Ankara percaya bahwa pemerintah Suriah yang baru harus terlibat dengan semua negara regional, termasuk negara-negara di Teluk, di mana kecurigaan terhadap gerakan-gerakan yang berorientasi pada Islam sangat tinggi.Ketika ditanya apakah ia berniat menyebarkan revolusi ke negara-negara Islam lainnya, Sharaa mengatakan bahwa gerakannya tidak memiliki hak untuk mencampuri urusan negara lain.“Kami tidak berniat untuk mengambil tugas-tugas di luar kemampuan kami, seperti menyelesaikan semua masalah dunia Islam, yang akan mengalihkan kami dari tanggung jawab utama kami kepada rakyat kami sendiri,” katanya.“Kami akan berusaha untuk membangun dan mengembangkan hubungan dengan semua negara dengan cara yang menguntungkan bangsa kami.”
Hidayatullah.com
100.000 Korban Pembunuhan Diduga Ditanam di Kuburan massal Suriah
Hidayatullah.com—Kepala organisasi advokasi Suriah yang berbasis di Amerika Serikat (AS) Mouaz Moustafa pada Senin (16/12/2024) mengatakan sebuah kuburan massal di luar Damaskus ditemukan berisi sedikitnya 100.000 jenazah yang dibunuh oleh rezim keji Bashar al-Assad.Ketika diwawancarai melalui telepon pada tanggal 16 Desember, Mouaz Moustafa mengklaim bahwa kuburan di al Qutayfah, 40 kilometer sebelah utara ibukota Suriah, adalah satu dari lima kuburan serupa.“Seratus ribu adalah perkiraan paling konservatif” dari jumlah jenazah yang dikuburkan di lokasi tersebut, kata Moustafa, ketua Komite Tanggap Darurat Suriah.Dia yakin jumlah kuburan massal tersebut lebih banyak dibandingkan lima kuburan massal yang telah teridentifikasi.Menurutnya, selain warga Suriah, korban yang dikuburkan di kuburan tersebut antara lain warga Amerika, Inggris, dan warga negara asing lainnya.Reuters tidak dapat mengkonfirmasi klaim Moustafa.Ratusan ribu warga Suriah telah terbunuh sejak tahun 2011, ketika tindakan keras rezim keji al-Assad terhadap protes terhadap pemerintahannya meningkat menjadi perang saudara skala penuh.Assad dan ayahnya, yang juga mantan presiden, Hafez, dituduh oleh rakyat Suriah, kelompok hak asasi manusia dan pemerintah lainnya melakukan pembunuhan di luar proses hukum, termasuk eksekusi massal di sistem penjara yang terkenal kejam di negara tersebut.Assad telah berulang kali membantah terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia dan menggambarkan para pengkritiknya sebagai ekstremis.Duta Besar Suriah untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Koussay Aldahhak, tidak segera menanggapi permintaan komentar.Dia mengambil alih peran tersebut pada bulan Januari – ketika Assad masih berkuasa – namun mengatakan kepada wartawan pekan lalu bahwa dia sedang menunggu instruksi dari pemerintah baru dan akan “terus membela dan bekerja untuk rakyat Suriah”.Moustafa tiba di Suriah setelah Assad melarikan diri ke Rusia saat terjadi serangan mendadak oleh kelompok oposisi, yang mengakhiri kekuasaannya selama lebih dari 50 tahun.Dia berbicara kepada Reuters setelah dia diwawancarai di lokasi di al Qutayfah oleh Channel 4 News Inggris untuk laporan tentang dugaan kuburan massal di sana.Dia mengatakan cabang intelijen angkatan udara Suriah “bertanggung jawab atas jenazah yang dibawa keluar dari rumah sakit militer”.“Mayat dikumpulkan setelah mereka disiksa sampai mati di berbagai cabang intelijen dan kemudian dikirim ke kuburan massal,” katanya.*