Tag:
#Ramadhan Berkah 1445 H
Suaraislam.id
Hilal Tak Terlihat di Saudi, Idulfitri 1445 H Jatuh pada 10 April 2024
<img width="650" height="401" src="http://muslimnews.id/wp-content/uploads/2024/04/observatorium-majmaah.jpg" class="attachment-jannah-image-post size-jannah-image-post wp-post-image" alt data-main-img="1" decoding="async" fetchpriority="high" srcset="https://i0.wp.com/suaraislam.id/wp-content/uploads/2024/04/observatorium-majmaah.jpg?w=650&ssl=1 650w, https://i0.wp.com/suaraislam.id/wp-content/uploads/2024/04/observatorium-majmaah.jpg?resize=300%2C185&ssl=1 300w" sizes="(max-width: 650px) 100vw, 650px" data-attachment-id="85996" data-permalink="https://suaraislam.id/hilal-tak-terlihat-di-saudi-idulfitri-1445-h-jatuh-pada-10-april-2024/observatorium-majmaah/" data-orig-file="https://i0.wp.com/suaraislam.id/wp-content/uploads/2024/04/observatorium-majmaah.jpg?fit=650%2C401&ssl=1" data-orig-size="650,401" data-comments-opened="0"...
Suaraislam.id
Gema Takbir Jogja Meriahkan Malam Idulfitri 1445 H
Yogyakarta (SI Online) – Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) Gondomanan, Kota Yogyakarta, kembali akan menyelenggarakan Gema Takbir Jogja.Kegiatan rutin tahunan ini akan dilaksanakan pada Selasa, 9 April 2024 di Plataran Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta.Pada tahun ini Gema Takbir Jogka mengambil tema “Jogja Bertakbir, Mencerahkan Syiar”.Diharapkan event inisebagai sebuah wadah persaudaraan diantara warga Yogyakarta khususnya pada generasi muda. Setelah kemarin adanya Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden terjadi dinamika perbedaan pendepat maka diharapkan dengan dengan event Gema Takbir Jogja dapat mempersatukan generasi muda Yogyakarta.Gema Takbir Jogja juga membawa pesan syiar yang mencerahkan dan mengembirakan seperti spirit KHA Dahlan yang dalam berdakwah selalu menampilkan kesejukandan mencerahkan bagi semua kalangan seperti yang selalu dibawa oleh Muhammadiyah Islam Berkemajuan yang membawa Rahmatan lil’alamin.Gema Takbir Jogja ini akan dibuka oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dan juga Putri Sri Sultan HB X, GKR Mangkubumi.Gema Takbir Jogja memperebutkan Piala Sultan, Sri Sultan HB X dan Ketua Umum PP Muhammadiyah, akan diikuti oleh ribuan anak-anak dan remaja dari berbagaiwilayah di Yogyakarta. Seperti peserta dari Gondomanan, Ngampilan, Pakualaman, Mantrijeron dan juga yang lainnya dari wilayah Yogyakarta.Selain itu, akan ada penampilan yang selalu di tunggu masyarakat, yakni atraksi pawai seni budaya Islam. Display peserta akan diselenggarakan di Plataran Masjid Gedhe dan masyarakat dapat menyaksikan bersama di 0 Km Kantor Pos Yogyakarta.“Alhamdulillah AMM Gondomanan sangat senang dapat kembali menyelenggarakan Gema Takbir Jogja ini, event ini diharapkan dapat merajut menjalin ukhuwah persatuan. Setelah sebelumnya terpecah karena pemilu dan banyak perbedaan pendapat dalam masyarakat. Semoga Gema Takbir Jogja dapat menjadi momen yang berkesan dan mempererat persaudaraan masyarakat Yogyakarta,” ujar Muhammad Arvin, Ketua Gema Takbir Jogja 2024.Para peserta akan berjalan dari rute start di Plataran Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta. Kemudian melewati jalan Pekalapan dan nantinya mereka akan melakukan display atraksi yang kedua di Jalan Pangurakan atau Jalan Trikora di sebelah Kantor Pos Besar Yogyakarta.Para peserta akan melakukan display atraksi sekitar lima menit dan nanti masyarkat bisa melihat dan menyaksikan bersama di area Jalan Pangurakan.Acara ini juga didukung dan juga akan dihadiri oleh beberapa tokoh diantaranya dari jajaran Kraton Ngayogyakarta, PP Muhammadiyah, DPD RI, PW Muhammadiyah DIY, PD Muhamadiyah Kota Yogyakarta Takmir Masjid Gedhe, PHBI DIY, Polda DIY, Polresta Yogyakarta, Camat Gondomanan, serta berbagai pihak yang ikut mendukung acara ini.1 2Laman berikutnya
Suaraislam.id
Solusi Perbedaan Awal-Akhir Ramadhan, Muhammadiyah Dorong Penggunaan Kalender Hijriah Global Tunggal
Jakarta (SI Online) – Untuk menyelesaikan masalah perbedaan dalam menetapkan awal dan akhir Ramadhan, Muhammadiyah terus mendorong seluruh pihak dalam mewujudkan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT).Menurut Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, KHGT diharapkan tidak hanya berlaku untuk Indonesia saja, melainkan untuk umat Islam di seluruh dunia, sehingga perbedaan itu tidak terus berulang.“Satu kalender global itu seperti juga kalender miladiyah (masehi). Sehingga, tidak lagi ada perbedaan dan tidak lagi ada kegiatan yang bersifat membuat kita ikhtilaf atau berbeda dalam penentuan,” tutur Haedar melalui video di kanal YouTube Muhammadiyah Channel di Jakarta, Ahad (07/04/2024) seperti dilansir ANTARA.Sebelumnya, Haedar mengemukakan alasan pihaknya menetapkan Idulfitri lebih awal dibandingkan dengan pemerintah.“Maklumat Muhammadiyah ini normal terjadi dilakukan, karena kami menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal,” kata Haedar.Haedar menegaskan maklumat yang disampaikan oleh pihaknya lebih awal tidak bermaksud untuk mendahului dan meninggalkan pihak tertentu dalam penentuan Idul Fitri.“Ini hal yang lumrah terjadi setiap tahun, sebagaimana juga berbagai organisasi Islam itu mengeluarkan kalender, baik kalender hijriah yang berisi tanggal dalam hijriah yang ada irisan dengan ritual ibadah, atau mungkin juga kalender miladiyah (masehi) yang terkait dengan tanggal yang menyangkut kegiatan publik,” katanya.Bila terdapat kesamaan dan perbedaan dalam tanggal yang ditentukan kata Haedar, hal tersebut harus bisa menjadikan kaum Muslimin menjadi toleran, tasamuh (saling menghargai), dan tanawu (saling menghormati perbedaan cara dalam hal menjalankan ibadah).“Sehingga, pesan ini justru akan memperkuat niat kita dalam beribadah,” ucapnya.[]
Suaraislam.id
Meski Dihalangi Israel, 200 Ribu Jamaah Hadiri Tarawih Malam 27 Ramadhan di Al Aqsa
Yerusalem (SI Online) – Sekitar 200.000 umat Islam di Palestina melaksanakan shalat Isya dan Tarawih berjamaah pada malam 27 Ramadhan di Masjid Al-Aqsa, Jumat...
Suaraislam.id
Jadikan Ramadhan Momentum Lebih Dekat dengan Al-Qur’an
Bogor (SI Online) – Nabi Musa mendapatkan kemuliaan yaitu berupa mukjizat dapat berbicara dengan Allah di Gunung Sinai.Akan tetapi kemuliaan yang lebih hebat adalah yang diberikan kepada Nabi Muhammad yaitu diajak bicara oleh Allah di Sidrotul Muntaha.“Jika Nabi Musa diajak bicara masih di bumi, Nabi Muhammad diajak bicara di langit,” demikian dijelaskan Ustaz Ali Shodiqin Lc dalam kajian Majlis Tadabburi di Masjid Ar Rahmah, Kota Bogor, Rabu lalu (3/4/2024).Selain itu, kemuliaan Nabi Musa lainnya diberikan kitab suci Taurat. Akan tetapi kitab Taurat masanya terbatas untuk kaum yang terbatas, yaitu bagi Bani Israil. “Jadi manhaj Nabi Musa sudah tidak ada, karena masanya terbatas,” ujar Ustaz Ali.Sementara itu, mukjizat terbesar yang diturunkan kepada Nabi Muhammad yaitu Al-Qur’an masih ada. “Al-Qur’an petunjuk hidup (manhaj) untuk semua umat manusia di sepanjang masa, sejak zaman Nabi Muhammad hingga kiamat,” jelasnya.Maka dari itu, kita jangan sampai melupakan Al-Qur’an karena itu adalah petunjuk kehidupan. Jika hidup dipandu Al-Qur’an maka akan mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan dunia akhirat.“Siapa yang tidak menjadikan Al-Qur’an sebagai panduan hidup maka nanti akan dibangkitkan dalam keadaan buta, sebaliknya bagi yang menjadikan Al-Qur’an pedoman maka akan terbimbing hidupnya dan selamat di akhirat,” jelas Ustaz Ali.Siapa saja yang tidak mengikuti aturan Allah maka akan ada konsekuensi hukumannya. “Nabi Adam yang sudah di surga saja ketika tidak mengikuti petunjuk Allah diturunkan ke bumi, apalagi kita kalau tidak menjadikan aturan Allah sebagai petunjuk,” tuturnya.Oleh karena itu, kata Ustaz Ali, momentum Ramadhan harus dimanfaatkan agar kita semakin dekat dengan Al-Qur’an.red: adhila
Suaraislam.id
Kemenag Gelar Sidang Isbat Penetapan Idulfitri 1445 H pada 9 April 2024
Jakarta (SI Online) – Kementerian Agama RI akan menggelar Sidang Isbat Penetapan 1 Syawal 1445 H atau Idulfitri pada Selasa, 9 April 2024, di Auditorium HM. Rasjidi, Kantor Kemenag RI, Jalan MH. Thamrin, Jakarta Pusat.“Sebagaimana biasa, sidang isbat awal Syawal selalu dilaksanakan pada 29 Ramadhan. Tahun ini, bertepatan dengan 9 April 2024,” kata Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag RI, Kamaruddin Amin, dalam keterangannya, Kamis (04/04/2024).Kamaruddin menambahkan, sidang isbat dilaksanakan secara tertutup, dan dihadiri Komisi VIII DPR RI, pimpinan MUI, duta besar negara sahabat, perwakilan ormas Islam, serta Tim Hisab Rukyat Kementerian Agama.Sidang isbat akan diawali dengan Seminar Pemaparan Posisi Hilal oleh Tim Hisab Rukyat Kementerian Agama.Berdasarkan data hisab, ijtimak terjadi pada Selasa, 29 Ramadhan 1445 H / 9 April 2024 M, sekitar pukul 01.20 WIB.Saat matahari terbenam, ketinggian hilal di seluruh wilayah Indonesia berada di atas ufuk antara 4° 52.71′ sampai dengan 7° 37.84′ dan sudut elongasi 8° 23.68′ hingga 10° 12.94′.Berdasarkan kriteria MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura), posisi hilal dimaksud telah memenuhi kriteria visibilitas hilal (Imkanur Rukyat) yaitu tinggi hilal 3 derajat dan sudut elongasi 6,4 derajat. Artinya, Idulfitri jatuh pada keesokan harinya.Kementerian Agama, kata Kamaruddin, juga akan melakukan pemantauan hilal atau rukyatul hilal di berbagai provinsi. Pemantauan dilakukan di 120 titik di seluruh Indonesia. Hasil hisab dan rukyatul hilal ini akan dibahas dan ditetapkan dalam sidang isbat.“Jadi kapan Hari Raya Idul Fitri, kita masih menunggu keputusan sidang isbat. Hasilnya akan diumumkan secara terbuka melalui konferensi pers,” kata dia.Kamaruddin menjelaskan pelaksanaan sidang isbat merupakan penetapan secara formal sesuai undang-undang.Dasar hukum sidang isbat tercantum dalam Pasal 52 A Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.Pasal itu menyebutkan Pengadilan Agama memberi isbat kesaksian rukyat hilal dalam penentuan awal bulan pada tahun hijriah.“Meski semua orang sudah mengetahui posisi hilal, tapi sidang isbat tetap harus dilakukan, karena sidang isbat selain forum penetapan formal, juga forum silaturahmi dan literasi,” klaim dia. []sumber: ANTARA
Suaraislam.id
Mengeja atau Membaca Al-Qur’an?
“Kitab Allah memuat cerita orang-orang sebelum kamu dan mengkhabarkan orang-orang sesudah kamu. Ia merupakan hukum diantara kamu dan pasalnya tidak main-main. Pemimpin yang meninggalkannya akan dihancurkan Allah, siapa yang mengambil petunjuk selainnya, akan Dia sesatkan. Ia merupakan tali yang kuat, peringatan al Hakim dan jalan yang lurus. Dengannya, hawa nafsu tidak akan terguncang dan lisan tidak akan ceroboh. Ulama tidak akan kenyang memakannya. Ia tidak dibuat banyak berulang kata, dan keajaibannya tidak pernah luntur. Ia yang manakala didengar oleh jin mereka akan berkata (Sesungguhnya kami telah mendengar Quran yang ajaib. Yang menunjuki kepada (jalan) cerdik, lalu kami beriman kepadanya. (QS al Jin 1). Siapa berucap dengannya, maka akan benar. Siapa mengamalkannya akan mendapat pahala. Siapa menggunakan hukumnya, berarti adil dan siapa mengajak kepadanya, akan ditunjukkan ke jalan yang lurus.” (HR Tirmidzi dalam Fahdailul Qur’an).Ramadhan kini hampir berakhir. Banyak orang berloma-lomba mengkhatamkan Al-Qur’an di bulan Ramadhan mulia ini. Tentu ini kebiasaan yang baik. Tiap hari di rumah-rumah, masjid, musholla kita melihat banyak orang membaca Al-Qur’an.Membaca Al-Qur’an mempunyai pahala yang besar. Rasulullah Saw menyatakan, “Siapa saja yang membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur’an) maka dia akan mendapat satu kebaikan. Sedangkan satu kebaikan dilipatkan kepada sepuluh semisalnya. Aku tidak mengatakan alif lâm mîm satu huruf. Akan tetapi, alif satu huruf, lâm satu huruf, dan mîm satu huruf.” (HR At-Tirmidzi)Dari Aisyah ra ia berkata, “Rasulullah Saw bersabda, orang yang membaca Al-Qur’an dan ia mahir membacanya, maka ia bersama para malaikat yang mulia dan berbakti. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata dan merasa kesulitan dalam membacanya, maka baginya dua pahala.”Membaca Al-Qur’an baik mengerti maknanya atau tidak, dijanjikan Rasulullah mendapat pahala. Tentu bila membaca dengan memahami maknanya, pahalanya akan lebih besar lagi. Karena pada hakikatnya Al-Qur’an untuk dipahami bukan hanya untuk sekedar dibaca.Dalam Bahasa Indonesia, membaca berarti memahami maknanya. Membaca tapi tidak mengerti maknanya, dinamakan mengeja.Itulah beda kita dengan Rasulullah dan para sahabat yang mulia. Mereka, karena orang-orang Arab, membaca Al-Qur’an langsung memahami maknanya. Kita sebagian besar karena bukan orang Arab, membaca tidak memahami maknanya. Karena itu kita perlu bantuan terjemahan atau tafsir untuk memahami maknanya.Menarik apa yang dikatakan ulama besar Ibnu Taimiyah, ”Barangsiapa tidak pernah membaca Al-Qur’an, berarti telah meninggalkannya. Barangsiapa membaca Al-Qur’an, namun tidak memikirkannya, maka telah meninggalkannya. Dan barangsiapa membaca dan memikirkannya, namun tidak mengamalkannya, maka juga telah meninggalkannya.” Ini berdasarkan firman Allah SWT, ”Berkata Rasul, Ya Tuhanku sesungguhnya kaumku telah meninggalkan Al-Qur’an ini.” (QS al Furqan 30).Merupakan kebiasaan yang baik, seringkali bila ada sebuah acara besar di Indonesia dimulai dengan membaca Al-Qur’an. Sayangnya, pembacaan Al-Qur’an ini kadangkala tidak disertai dengan terjemahnya. Padahal para peserta yang hadir banyak yang tidak paham Bahasa Arab. Begitu pula di masjid-masjid menjelag adzan, kadangkala disetel bacaan Al-Qur’an. Alangkah bagusnya kalau bacaan Al-Qur’an itu disertai dengan terjemahnya sehingga para pendengar memahami maknanya.Al-Qur’an adalah makna. Mukjizat Al-Qur’an adalah mukjizat makna. Jangan sampai masyarakat kita, ada kebiasaan sampai tua tidak memahami satupun makna surat Al-Qur’an. Bahkan al Fatihah yang tiap hari dibaca dalam shalat, kadang tidak dipahami maknanya.Al-Qur’an menyeru kita agar kita bukan sekadar membaca tapi juga memahami maknanya. “Tidak mereka memperhatikan Al-Qur’an? Ataukah hati mereka terkunci?” (QS Muhammad 24). Rasulullah menyatakan, ”Sesungguhnya Al-Qur’an itu jamuan Allah, pelajarilah jamuannya itu semampumu.” (HR. Muttafaq Alaih).Maka di bulan Ramadhan ini selain ada target untuk mengkhatamkan Al-Qur’an, ada target pula untuk memahami Al-Qur’an. Mungkin dalam bulan ini tidak bisa seluruh surat bisa dipahami, tapi ada target misalnya memahami sepuluh atau dua puluh surat misalnya.1 2Laman berikutnya
Suaraislam.id
Pelajaran dari Kisah Nabi Zakaria, Penting Bagi yang Ingin Punya Keturunan
Bogor (SI Online) – Ada yang menarik dalam kajian Tadabbur Al-Qur’an yang disampaikan Pengasuh Majelis Keluarga Muslim Ustaz Ali Shodiqin dalam kegiatan i’tikaf di Masjid Ar Rahmah, Kota Bogor, Selasa (2/4/2024).Tadabbur Al-Qur’an membahas tentang kisah di awal surat Maryam yang memiliki nuansa kasih sayang.Maryam adalah satu-satunya wanita yang ditulis dalam Al-Qur’an bahkan dijadikan nama surat. Di awal surat Maryam, ada kisah bernuansa kasih sayang bersama pamannya Maryam yaitu Nabi Zakaria.“Dalam kisah di surat Maryam, Allah memberikan rahmatNya sehingga muncul keajaiban-keajaiban, bahkan lebih menakjubkan dari kisah Ashabul Kahfi,” ujar Ustaz Ali.Di antara keajaibannya yaitu kisah Nabi Zakaria yang sudah sepuh dan istrinya yang mandul tetapi Allah berikan keturunan, dan Maryam yang memiliki anak tanpa sentuhan dari seorang laki-laki.“Dalam kondisi yang mustahil tapi dengan rahmat Allah menjadi mungkin, akhirnya Nabi Zakaria diberikan keturunan, bahkan nama anaknya Allah yang berikan langsung yaitu Yahya, yang kelak juga menjadi nabi,” jelas Ustaz Ali.Karakter Nabi Zakaria adalah seorang yang lembut, berbakti kepada orang tua dan seorang penyayang. “Walaupun awalnya belum punya anak, tapi Nabi Zakaria memiliki sifat kasih sayang yang luar biasa, ia menjadi pengasuh keponakannya Maryam,” ungkap Ustaz Ali.Selain Nabi Zakaria, ayah Maryam yaitu Imran juga seseorang yang memiliki karakter penyayang. Ia menyayangi dan mendidik kaumnya di Baitul Maqdis, Palestina dan di kemudian hari murid-muridnya Imran ingin mengabdi kepada gurunya dengan ingin menjadi pengasuh Maryam. Akan tetapi, yang menjadi pengasuh Maryam adalah pamannya Nabi Zakaria.“Kenapa Allah merahmati Nabi Zakaria dengan memberikan keturunan? karena selain terus berdoa, ia juga memberikan kasih sayang kepada Maryam dan keluarga Imran, itulah penyebab Nabi Zakaria diberikan keturunan di kemudian hari,” jelas Ustaz Ali.Menurutnya, jika ingin mendapat rahmat dari Allah maka kita harus memiliki rasa kasih sayang terhadap makhlukNya.“Jadi hikmahnya, jika ingin diberikan keturunan maka salah satu upayanya harus sayang kepada anak orang lain, mengajarkan anak orang lain, yang harapannya Allah berikan kesempatan bisa menyayangi dan mengajari anak sendiri,” pesan Ustaz Ali.red: adhila