Tag:
Puasa Ramadhan
Hidayatullah.com
‘Makan Sahur dalam Gelap’: Ramadhan Muslim Uighur di Tengah Perjuangan
Sekitar 10 juta warga etnis Muslim Uighur dan etnis lain tinggal di Xinjiang, mereka tidak bisa menikmati puasa Ramadhan layaknya muslim lain akibat tekanan rezim China
Hidayatullah.com | DI SAAT umat Islam di seluruh dunia menghadapi kesedihan yang disebabkan oleh serangan gencar Israel di Gaza, yang juga menghambat kebahagiaan Ramadhan, komunitas Muslim lainnya – warga Turki Uighur di Tiongkok –menghadapi penindasan dan kekerasan sistemik selama bertahun-tahun dan suara mereka hampir tidak terdengar penduduk dunia.
Ramadhan ini, umat Islam di Daerah Otonomi Uighur Xinjiang, yang terjebak dalam apa yang digambarkan sebagai “pemandangan neraka dystopian dalam skala yang mencengangkan” dengan “pengawasan teknologi tinggi Orwellian” menyebabkan mereka terputus dari dunia luar.
Pembatasan di wilayah tersebut, yang dikecam sebagai “kejahatan terhadap kemanusiaan” oleh banyak organisasi HAM, semakin intensif setiap tahun selama bulan Ramadhan, diperburuk dengan tindakan darurat regional yang dikeluarkan pemerintah.
Selama bulan ini, menjadi sulit untuk memberikan kegembiraan dan ketenangan tidak hanya kepada sekitar 10 juta warga Uighur dan beberapa kelompok mayoritas Muslim lainnya yang tinggal di Xinjiang, wilayah terbesar di Tiongkok.
Wilayah ini mencakup seperenam dari total wilayahnya dan berpenduduk 25 juta jiwa, tetapi juga kepada diaspora Uighur di seluruh dunia, yang terputus dari keluarga mereka selama bertahun-tahun.
“Semua orang tahu bahwa Islam di Xinjiang perlu disinisasi (istilah lain Chinaisasi Islam), ini adalah tren yang tidak dapat dihindari,” kata Sekretaris Partai Komunis Daerah Otonomi Uighur Xinjiang, Ma Xingrui, mengatakan kepada wartawan pada tanggal 7 Maret, beberapa hari sebelum Ramadhan tahun ini dimulai.
Tiongkok sering menggambarkan “sinicisasi” (istilah lain Chinaisasi Islam), sebagai gerakan untuk mendorong kelompok agama agar menyelaraskan doktrin dan adat istiadat mereka dengan budaya Tiongkok.
Praktik ini telah diterapkan oleh negara Komunis di berbagai agama termasuk Islam, Budha, dan Kristen, serta mendesak para pengikutnya untuk memprioritaskan kesetiaan kepada Komunis. Doktrin ini juga menanamkan bahwa pesta di atas segalanya.
Pemimpin Tiongkok Xi Jinping pertama kali memperkenalkan konsep ini pada pertemuan Partai Komunis tahun 2015.
Situasi ini memburuk terutama setelah bulan Mei 2014, ketika pemerintah meluncurkan kampanye “Serang Keras” untuk mengatasi dugaan ancaman teroris, yang dikaitkan dengan “ekstremisme” agama dan separatisme di Xinjiang.
Pembatasan penting lainnya, seperti penyitaan paspor warga Uighur dan minoritas Muslim lainnya, serta dimulainya Program Fanghuiju—sebuah kampanye tiga tahun (lebih mirip introgasi) dengan mengerahkan ratusan ribu kader untuk secara teratur mengunjungi rumah-rumah Muslim dan melaksanakan apa yang disebut pembangunan tingkat inisiatif komunitas—juga dimulai pada tahun yang sama.Pada bulan Januari 2024, giliran Tiongkok untuk melakukan Tinjauan Berkala Universal (UPR) yang diawasi oleh Dewan Hak Asasi Manusia PBB. Ini adalah diskusi pertama mengenai hak asasi manusia Tiongkok di PBB sejak laporan badan tersebut pada tahun 2022, dan Tiongkok dilaporkan telah melobi negara-negara non-Barat sebelumnya untuk mengisi waktu dengan pujian dan poin-poin pembicaraan Partai Komunis.
Meskipun banyak dari negara-negara ini memuji Tiongkok atas upayanya dalam mengentaskan kemiskinan, setidaknya 50 negara memberikan rekomendasi, seperti mengakhiri penahanan sewenang-wenang dan penghilangan paksa.
Di kota tua Kashgar, yang terletak di ujung barat Xinjiang, sebuah bendera Tiongkok berkibar di atas sebuah masjid setempat yang baru-baru ini ditutup oleh pihak berwenang pada tahun 2017.
Masjid-masjid di seluruh Xinjiang diberi mandat untuk mengibarkan bendera nasional, memasang salinan Konstitusi Tiongkok, undang-undang, dan peraturan, menjunjung tinggi nilai-nilai inti sosialis, dan mempromosikan ‘budaya tradisional Tiongkok yang unggul’.
Hingga tahun 2014, puasa tidak dilarang bagi mereka yang bukan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Hanya anak-anak dan pegawai negeri yang dilarang berpuasa, kata Abduresid Eminhaci, Sekretaris Jenderal Persatuan Internasional Organisasi Turkistan Timur.
“Selama Ramadhan, para pemimpin desa sering berpatroli di jalan-jalan pada malam hari dan memeriksa apakah lampu di jendela rumah warga menyala atau mati sebelum fajar, saat sahur. Bibi dan paman saya sama-sama guru dan dilarang berpuasa. Saya ingat mereka diam-diam menyantap sahur dalam kegelapan, tanpa menyalakan lampu. Mereka diam-diam berpuasa,” katanya kepada TRT World.
Mengingat kenangan Ramadhannya di kampung halamannya, yang lebih disukai disebut sebagai “Turkistan Timur” oleh banyak warga Uighur, Eminhaci mengatakan bahwa sama seperti pegawai negeri, anak di bawah umur juga dilarang menghadiri masjid dan berpartisipasi dalam ibadah keagamaan, dan selama shalat Tarawih di bulan Ramadhan, petugas polisi akan memantau masjid untuk memastikan bahwa mereka yang berusia di bawah 18 tahun dan pegawai negeri tidak masuk.
“Sebagai anak-anak, kami menyelinap ke masjid secara diam-diam,” katanya.
Pada tahun 2014, menurutnya, praktik baru membagikan makanan kepada siswa di sekolah selama Ramadhan diperkenalkan.
“Biasanya sekolah kami tidak menyediakan makanan dan tidak ada kafetaria. Namun, selama bulan Ramadhan, makanan mulai dibagikan untuk mencegah siswa berpuasa. Saat itu saya masih duduk di bangku sekolah menengah. Saya ingat seorang guru membagikan semangka di sekolah dan memeriksa apakah siswanya memakannya. Siswa mana pun yang tidak makan akan menerima peringatan.”
Ini adalah kenangannya sebelum tahun 2016, dan keadaan semakin menjadi lebih buruk setelah tahun 2017 bagi umat Islam di wilayah tersebut ketika sebuah peraturan disahkan untuk memperluas definisi “ekstremisme” di bawah undang-undang tersebut.
“Pada tahun 2017, kami mulai mendengar laporan mengenai penangkapan yang menyasar mereka yang menutup restoran mereka selama bulan Ramadhan, kejadian dimana seseorang tiba-tiba dihentikan di jalan dan dipaksa makan, dan hukuman yang dikenakan pada orang – tidak hanya pegawai negeri – jika lampu mereka menyala saat sahur,” kata Eminhaci.
Pria Uighur berusia 30 tahun, lahir dan besar di Xinjiang, berangkat ke Türkiye pada tahun 2016 dan tidak dapat berkomunikasi dengan keluarga atau kerabatnya di wilayah tersebut selama 7 tahun terakhir karena keluarganya berhenti berkomunikasi sejak Ramadhan 2017 hingga saat ini.
“Kami biasanya menggunakan WeChat, WhatsApp versi Tiongkok. Semua kerabat saya, termasuk ibu saya, memutuskan sambungan dari saya melalui aplikasi itu. Mereka menyatakan keprihatinannya dan mengatakan, ‘Mari kita berhenti berkomunikasi; itu bisa berbahaya bagi kami.’ Saya tidak memaksa. Dan setahun setelah penutupan ini, semua akun WeChat milik warga Uighur di luar negeri ikut ditutup, sehingga tidak dapat diakses. Saya benar-benar kehilangan kontak dengan mereka,” katanya.
Abduresit, sekarang adalah ayah dari seorang anak perempuan, memiliki empat saudara kandung dan orang tua yang tinggal di Xinjiang, dan yang dia tahu hanyalah ayahnya ditangkap beberapa bulan Ramadhan yang lalu.
Ekspresi Ekstremifikasi
Berdasarkan laporan komprehensif yang dikeluarkan oleh Kantor Komisaris Tinggi HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Agustus 2022, kontak dengan individu di luar negeri disebut-sebut sebagai salah satu faktor yang menyebabkan rujukan ke “Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan” (VETC), yang didirikan oleh pemerintah Tiongkok sebagai fasilitas untuk “deradikalisasi” dan “pendidikan ulang” yang juga disebut ‘Kamp Cuci Otak’.
Meskipun pemerintah telah menjelaskan bahwa sistem ini bertujuan untuk menyeimbangkan hukuman berat bagi pelanggaran berat “dengan belas kasih, keringanan hukuman, pendidikan, dan rehabilitasi untuk kasus-kasus kecil,” perbedaan signifikan antara tindakan terorisme serius dan ringan atau tindakan ekstremis masih belum jelas, menurut ke OHCHR.
Terlebih lagi, kriteria yang tidak jelas dan persyaratan yang dirumuskan secara luas menciptakan “ruang lingkup yang signifikan bagi penerapan hukum yang sewenang-wenang, tidak konsisten, dan subyektif.”
Ketika PBB mencatat tuduhan-tuduhan yang kredibel mengenai penyiksaan, perlakuan buruk termasuk perawatan medis paksa, kondisi penahanan yang buruk, dan insiden kekerasan seksual individu terhadap orang-orang yang ditahan di fasilitas VETC, “pusat-pusat transformasi melalui pendidikan” ini dilaporkan menahan secara sewenang-wenang hingga 1 juta orang, bersama dengan setidaknya ratusan ribu orang yang telah dikirim ke penjara, menurut Amnesty International.
Beberapa tindakan yang membawa warga Uighur ke penjara atau pusat-pusat ini dikategorikan sebagai daftar terbuka “ekspresi utama ekstremifikasi” oleh PBB.
Di tengah peringatan PBB mengenai intimidasi dan ancaman yang dihadapi oleh anggota komunitas diaspora yang berbicara tentang pengalaman mereka di Xinjiang, warga Uighur di seluruh dunia tetap mempertahankan kohesi komunitas mereka pada bulan Ramadhan ini, meskipun mereka mendambakan orang-orang yang mereka cintai.Dakwah Media BCA - Green.notice-box-green {
border: 2px solid #28a745; /* Green border color */
background-color: #d4edda; /* Light green background color */
padding: 15px;
margin: 20px;
border-radius: 8px;
font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */
text-align: center; /* Center the text */
}Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/Pada tahun 2019, Samarjan Sayyidi, seorang warga Uighur berusia 35 tahun yang tinggal di Türkiye, beralih dari karir di bidang teknik sipil menjadi mendirikan pusat komunitas untuk pemuda Uighur di distrik Sefakoy Istanbul, yang merupakan rumah bagi populasi diaspora Uighur yang besar.
Pusat pemuda ini menyediakan kursus bahasa Inggris, kelas matematika, kelas seni, lokakarya musik tradisional Uighur, lokakarya desain busana, dan banyak lagi.
Namun, seperti yang ditekankan Sayyidi, fokus utamanya adalah memenuhi kebutuhan generasi muda Uighur, apa pun mereka. Dan terkadang, memenuhi kebutuhan tersebut berarti berkumpul di meja buka puasa dan berbuka puasa dengan makanan tradisional mereka.
“Banyak anak muda di diaspora seringkali terpisah dari saudara dan keluarganya. Dalam situasi kita saat ini, sangat penting untuk membangun sebuah platform bagi kaum muda untuk bertemu, mengenal satu sama lain, memupuk kepercayaan dan koneksi, serta membangun suasana kekeluargaan. Tujuan utama dari menyelenggarakan acara buka puasa seperti ini adalah untuk menyediakan lingkungan yang nyaman bagi generasi muda,” katanya kepada TRT World.
Mereka memiliki sedikit harapan untuk bersatu kembali dengan keluarga mereka, karena mereka yang berada di Xinjiang dikurung karena pembatasan pergerakan yang ketat oleh China.
Anggota komunitas etnis Uighur secara sistematis diperiksa di penghalang jalan dan pos pemeriksaan, termasuk di bandara, dan paspor warga Uighur dan kelompok minoritas Muslim lainnya ikut disita.
Human Rights Watch (HRW) mencatat tahun 2016 pihak China memperluas upaya dengan membuat program “Menjadi Keluarga” – yang melibatkan lebih dari 100.000 pejabat atau kader Partai Komunis mengunjungi rumah-rumah yang sebagian besar merupakan warga Muslim Uighur di Daerah Otonomi Uighur Xinjiang (XUAR) setiap dua bulan – untuk memobilisasi lebih dari juta kader menghabiskan waktu seminggu tinggal di rumah, terutama di daerah pedesaan.
Program yang disebut dengan “home stay” ini diperpanjang pada awal tahun 2018 dan para kader menghabiskan setidaknya lima hari setiap dua bulan di rumah keluarga muslim tersebut, kata HRW, seraya menambahkan bahwa “tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa keluarga dapat menolak kunjungan tersebut.”
Selama kunjungan tersebut, para kader “mengumpulkan dan memperbarui informasi tentang keluarga-keluarga tersebut” termasuk pandangan politik mereka, dan agama mereka. Para kader melaporkan “masalah” apa pun dan dapat bertindak untuk “memperbaiki” situasi tersebut.
Menurut pemerintah China, sejak tahun 2016, sekitar 1,1 juta pejabat telah dipasangkan dengan 1,6 juta masyarakat lokal, membina hubungan “seperti keluarga” melalui interaksi yang erat.
Namun, individu yang memiliki pengalaman langsung mencatat adanya pembatasan seperti dilarang berdoa (sholat) atau berbicara dalam bahasa mereka sendiri ketika ada “kerabat” berkunjung.*
Hidayatullah.com
Pengunjung Thaif Berbuka Puasa di Ladang Bunga Mawar
Hidayatullah.com—Bagi banyak penduduk wilayah Thaif, di bagian barat Arab Saudi, berbuka puasa Ramadhan bukan hanya soal makanan; ini juga merupakan pengalaman yang mendalam, terlebih lagi dengan aroma mawar yang terkenal di wilayah ini.
Terletak di lembah subur di bawah Pegunungan Al-Hada, sebagian besar wilayah Thaif ditumbuhi bunga mawar.
Selama bulan Ramadhan, ladang harum ini menjadi tujuan populer bagi keluarga yang mencari cara yang lebih menyenangkan untuk berbuka puasa.Bunga mekar pertama di musim ini mulai muncul tepat saat Ramadhan dimulai tahun ini, menyelimuti lembah dengan aroma manisnya. Pemandangan harum ini berlanjut selama 42 hingga 50 hari, mencapai puncaknya di awal musim panas.
Keluarga yang ingin bersantai dan menikmati lingkungan yang dikelilingi bunga mawar berkumpul di meja makan dengan lampion, bunga mawar segar, dan minuman rasa mawar yang disiapkan oleh petani setempat.Para petani rajin memanen mawar dari fajar hingga tengah hari, untuk memastikan pasokan tetap bagi penduduk setempat.
Dalam beberapa tahun terakhir, perkebunan mawar telah menjadi perpanjangan alami dari perayaan Ramadhan.
Banyak keluarga keluar dari kungkungan rumah mereka dan berkumpul di tengah semak mawar yang harum, menikmati sejuknya angin pegunungan dan pemandangan yang menakjubkan.
Bagi masyarakat Thaif, mawar ini bukan sekadar bunga yang indah; mereka adalah simbol warisan budaya yang kaya di kawasan ini.
Petani setempat telah menyempurnakan seni membudidayakan mawar dari generasi ke generasi, dan keharuman manis bunga-bunga indah ini menjadi identik dengan beberapa parfum paling terkenal di dunia.
Pertanian mawar tidak hanya memiliki arti penting secara ekonomi, tetapi juga merupakan bukti kecerdikan dan keahlian pertanian masyarakat Thaif.
Seorang reporter Kantor Berita Saudi, SPA, menyaksikan meningkatnya tren keluarga yang pergi ke perkebunan mawar selama bulan Ramadhan.
Banyak yang menghiasi meja piknik mereka dengan lentera dan mawar segar, menciptakan suasana magis. Beberapa bahkan memasukkan air mawar ke dalam minuman berbuka puasa mereka, yang menambah sentuhan unik dan menyegarkan.
Selain makanan lezat dan lingkungan sekitar yang mempesona, perkebunan mawar juga menawarkan pelarian dari rutinitas.Dakwah Media BCA - Green.notice-box-green {
border: 2px solid #28a745; /* Green border color */
background-color: #d4edda; /* Light green background color */
padding: 15px;
margin: 20px;
border-radius: 8px;
font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */
text-align: center; /* Center the text */
}Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/Khalaf Al-Nimri, seorang petani mawar berbagi pengamatannya dengan SPA. Ia mengatakan, ia mencatat lonjakan pengunjung dari berbagai negara, terutama pada malam Ramadhan.
Keluarga-keluarga merayakan buka puasa mereka di dalam peternakan, mengubah lanskap yang harum menjadi pusat sosial yang dinamis.
“Sarapan di luar rumah memiliki perasaan yang tak terlukiskan, apalagi jika dinikmati bersama orang-orang tercinta di tengah indahnya bunga mawar Thaif,” kata Al-Nimri.
Kota Thaif adalah kota terbesar ketiga setelah Kota Makkah dan Madinah. Kota ini berada di sebelah tenggara Makkah sekitar 80 km.
Thaif adalah salah satu kota wisata terindah dan terkemuka di Arab Saudi, yang sering dikunjungi para peziarah karena cuacanya yang menyenangkan dan situs budaya dan sejarah yang kaya, mawar, dan hasil pertanian.
Kota Thaif adalah kota sejuk banyak menyimpan sejarah awal syiar Islam Baginda Nabi ﷺ. Dulu, kota ini mayoritas dihuni waga nashrani, bahkan warga pernah melempari Nabi Muhammad ﷺ batu hinggi beliau berdarah.*
Hidayatullah.com
5 Tips Sehat Berpuasa di Bulan Ramadhan
Hidayatullah.com – Berpuasa selama bulan Ramadan dapat menjadi pengalaman yang menantang namun juga memuaskan secara spiritual. Untuk memaksimalkannya dan memastikan kesehatan Anda tidak terganggu, simak tips sederhana sehat berpuasa berikut ini.
Jangan melewatkan sahur
Meskipun tidur di jam-jam sebelum fajar mungkin tampak menggoda, makan makanan bergizi sebelum berpuasa membantu mempertahankan tingkat energi Anda sepanjang hari. Melewatkan waktu makan ini dapat menyebabkan dehidrasi dan kelelahan di siang hari, serta makan berlebihan saat berbuka puasa.
Hindari makan berlebihan saat berbuka puasa
Meskipun berbuka puasa adalah momen perayaan, namun penting untuk tidak makan berlebihan. Makan berlebihan, terutama makanan berlemak dan bergula, dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan kenaikan berat badan. Sebagai gantinya, pilihlah makanan yang seimbang yang mencakup berbagai kelompok makanan.
Otoritas Makanan dan Obat-obatan Arab Saudi (SFDA) melalui panduannya mengajak masyarakat untuk melakukan kebiasaan makan yang seimbang dan bervariasi selama Ramadhan.
Panduan tersebut menyoroti pentingnya menyertakan biji-bijian seperti gandum dan oat, produk susu rendah lemak, dan minimal lima porsi berbagai buah dan sayuran dalam makanan sehari-hari.
SFDA juga menyarankan pentingnya memasukkan kacang-kacangan, ikan, telur, dan daging tanpa lemak ke dalam menu makanan untuk memastikan asupan protein yang cukup.
Hindari makanan yang digoreng, asin, dan bergula tinggi
Meskipun sangat menggoda untuk menikmati hidangan yang kaya rasa, makanan tersebut dapat membuat puasa menjadi lebih sulit keesokan harinya. Pilihlah makanan yang kaya serat dan nutrisi, seperti buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian, agar Anda tetap merasa kenyang dan berenergi.
SFDA menyarankan untuk membatasi asupan lemak, merekomendasikan minyak tak jenuh dalam jumlah kecil dan menyarankan untuk menghindari makanan berlemak tinggi, bergaram tinggi, atau bergula tinggi.
Tetap terhidrasi
Minumlah banyak cairan antara waktu berbuka puasa dan sahur agar tetap terhidrasi dengan baik. Untuk menghindari dehidrasi selama berpuasa, cobalah untuk mengonsumsi setidaknya delapan gelas air putih sepanjang malam dan pagi hari. Berhati-hatilah dengan minuman berkafein, karena dapat menyebabkan kehilangan cairan.Dakwah Media BCA - Green.notice-box-green {
border: 2px solid #28a745; /* Green border color */
background-color: #d4edda; /* Light green background color */
padding: 15px;
margin: 20px;
border-radius: 8px;
font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */
text-align: center; /* Center the text */
}Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/Tidur yang cukup
Tidur yang konsisten sangat penting selama bulan Ramadan untuk menjaga kesehatan. Ikuti jadwal tidur yang teratur, hindari makanan berat dan layar sebelum tidur, serta batasi tidur siang untuk memastikan istirahat yang berkualitas. Hal ini akan membantu Anda bangun dengan kondisi segar saat sahur dan tetap berenergi sepanjang hari.*
Baca juga: Berapa Jumlah Kurma yang Boleh Dimakan Pengidap Diabetes?
Hidayatullah.com
Pahala Memberi Makan Orang Berpuasa
Abdullah bin Umar R.Anhuma berpuasa dan tidak berbuka kecuali bersama dengan fakir miskin
Hidayatullah.com | TERDAPAT banyak dalil yang menunjukkan kelebihan menjamu atau memberi makan orang yang berpuasa. Daripada Zaid bin Khalid, bahawasanya Rasulullah ﷺ bersabda:
مَن فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثلُ أَجْرِهِ، غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِن أَجْرِ الصَّائِمِ شَيئًا
“Siapa yang memberi makan berbuka kepada orang yang sedang berpuasa, maka dia akan mendapatkan pahala orang tersebut tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut sedikitpun juga.” (Riwayat Ahmad, al-Tarmizi dan al-Baihaqi)
Daripada Ummu Ammarah, Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ الصَّائِمِ إِذَا أَكَلَ عِندَهُ لمَ تَزَل تُصَلِّي عَلَيهِ المَلائِكَةُ حَتََى يَفْرُغَ مِن طَعَامِهِ
“Sesungguhnya orang yang berpuasa apabila makan bersamanya orang berpuasa yang lain, maka sentiasalah para malaikat mengucap selawat ke atasnya sehingga selesai daripada makannya.” (Riwayat Ahmad, al-Tarmizi dan al-Baihaqi).
Rasulullah ﷺ bersabda:
الصَّائِمُ إِذَا أَكَلَتْ عِنْدَهُ المُفَاطِرُ صَلَّتْ عَلَيْهِ الملائِكَةُ
“Orang yang berpuasa apabila makan di sisinya orang-orang yang berbuka puasa, nescaya para malaikat berselawat ke atasnya.” (Riwayat al-Tarmizi dan Ibn Majah)
Berdasarkan nash hadis di atas jelas menunjukkan kelebihan bagi mereka yang memberi makan orang yang berpuasa, apalah lagi mereka yang amat memerlukan seperti anak-anak yatim, fakir miskin dan golongan yang berhajat.Dakwah Media BCA - Green.notice-box-green {
border: 2px solid #28a745; /* Green border color */
background-color: #d4edda; /* Light green background color */
padding: 15px;
margin: 20px;
border-radius: 8px;
font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */
text-align: center; /* Center the text */
}Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/Ada kisah ulama yang memberi makan orang yang berpuasa. Hasan al-Basri member makan saudaranya sedangkan dia berpuasa sunnah dan duduk melayani mereka ketika mereka makan.
Abdullah bin al-Mubarak memberi makan kepada saudaranya ketika musafir dengan makanan yang lazat, sedangkan dia saat itu berpuasa.
Hammad, gurunya Imam Abu Hanifah, biasa menjamu setiap malam kepada sekitar 500 orang pada bulan puasa.
Abdullah bin Umar R.Anhuma berpuasa dan tidak berbuka kecuali bersama dengan fakir miskin. Semoga kita sentiasa menjadi hamba Allah yang suka menjamu mereka yang berpuasa.*
Hidayatullah.com
12 Adab dan Keutamaan Puasa Ramadhan
Puasa Ramadhan mengandung kemaslahatan dasar bagi manusia dan memiliki tingkatan kesempurnaan yang luas, inilah adab-adab nya
Hidayatullah.com | BULAN RAMADHAN adalah bulan yang dinanti-nanti oleh umat Islam, di dalamnya mengandung hikmah, faedah, dan keutamaan yang luar biasa besar dari sisi Allah Swt.
Oleh karena itu sudah selayaknya kita menyambut dengan gembira dan berusaha menjalankan ibadah puasa Ramadhan di bulan suci ini dengan sebaik-baiknya.
Hikmah Puasa
Allah Swt berfirman
قال الله تعالى : “يَأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ”
“Wahai orang-orang yang beriman Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS: Al-Baqarah: 183)
فقد دلت هذه الآية الكريمة على أن الصيام شرع عام: لهذه الأمة ولسائر الأمم قبلها ، لم تخل عنه شريعة سماوية ، لأنه مصلحة بشرية أساسية ، ومرتبة كمال سامية
Ayat yang mulia diatas menunjukkan bahwa puasa Ramadhan adalah syariat yang bersifat umum, untuk umat ini (umat Nabi Muhammad ﷺ) dan umat-umat sebelumnya.
Tidak khusus syariah samawiyah. Karena puasa Ramadhan mengandung kemaslahatan dasar bagi manusia dan memiliki tingkatan kesempurnaan yang luas.
يُرشدنا إلى هذه الحكمة قوله تعالى :”لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ” أي : لعلكم تبلغون بصيامكم مراتب التقوى ، التي تنطوي فيها الوقايات المنيعة : وقاية الجسم من الأمراض ، ووقاية الجوارح من الشهوات، ووقاية العقول والأفكار من الشبهات ، ووقاية القلوب من الوساوس والأغيار
Puasa membimbing kita menuju hikmah dari puasa, sebagaimana Allah ta’ala berfirman: “Agar kalian bertaqwa”, maknanya agar dengan puasa, menjadikan kita sampai pada tingkatan taqwa, yang didalamnya mengandung perlindungan kokoh (bagi orang yang berpuasa). Yakni:
a. Perlindungan jasad dari sakit
b. Perlindungan anggota badan dari syahwat.
c. Perlindungan akal dari berfikir subhat
d. Perlindungan hati dari waswas dan rakus.
Agar puasa Ramadhan kita lebih berkualitas dan insya Allah mengantarkan kita pada hikmahnya, maka sangat penting untuk kita mengetahui dab-adab puasa ramadhan. Berikut adab-adabnya:
Adab-Adab Puasa
Menjaga lisan dan anggota badan dari dosa
ينبغي للصائم أن يكف لسانه وسائر جوارحه عن المحارم والآثام، تحقيقاً لمعنى الصيام الذي هو الإمساك .
Orang yang berpuasa hendaknya juga menjaga lisannya dan seluruh anggota badannya dari hal yang haram penyebab dosa. Sebagai pemahaman, makna puasa Ramadhan adalah menahan (diri).
جاء في (الصحيحين) – واللفظ للبخاري – عن أبي هريرة رضي الله عنه ، أن رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم قال: “الصيام جُنَّةٌ ، فلا يرفث ولا يجهل وإن امرؤ قاتله أو شاتمه فليقل: إني صائم إني صائم – مرتين ، والذي نفسي بيده لخلوف فم الصائم أطيب عند الله من ريح المسك (الحديث).
Dalam shahihain dengan lafadz Imam Bukhari, dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
“Puasa adalah perisai. Maka (orang yang melaksanakannya) janganlah berbuat kotor (rafats) dan jangan berbuat bodoh (jahl). Apabila ada orang yang mengajaknya berkelahi atau menghinanya maka katakanlah “aku sedang berpuasa” (mengulang ucapannya dua kali). Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi disisi Allah ketimbang minyak misk.” (HR. Bukhari).
وروى البخاري ، عن أبي هريرة رضي الله عنه أنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم : “مَنْ لَمْ يدع قول الزور والعمل به فليس لله حاجة في أن يدع أي : يترك – طعامه وشرابه” .
Dari Abu Hurairah Ra, Rasulullah ﷺ bersabda: “Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan az-Zur, mengamalkannya, dan bersikap bodoh, maka Allah tidak butuh terhadap sikapnya meninggalkan makan dan minumnya (puasanya).” (HR: Bukhari)
Makna Perkataan Az-Zur yaitu perkataan yang condong terhadap kebatilan, seperti; dusta, ghibah, adu domba, bersaksi palsu, mencaci maki. (Abdullah Bin Abdurrahman Al-Basham, Taudhihul Ahkam Min Bulughil Maram).
وعن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم : “رُبَّ صائم ليس له من صيامه إلا الجوع ، ورُبَّ قائم ليس له من قيامه إلا السهر”
Dari Abu Hurairah Ra, Rasulullah ﷺ bersabda: “Betapa banyak orang yang puasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya itu kecuali rasa laparnya itu, dan betapa banyak orang yang sholat malam namun dia tidak mendapatkan dari qiyamnya itu kecuali hanya begadang saja.” (HR. Ibnu Majah, Nasa’i)
وروى النسائي بإسناد حسن ، والطبراني – واللفظ له – أن النبي صلى الله عليه وآله وسلم قال: “الصيام جُنَّةٌ مالم يَخْرِقُها”
قيل : “وَبِمَ يخرقها” ؟
قال : “بكذب أو غيبة”
Bahwa Nabi ﷺ bersabda: “Puasa adalah perisai, (selama orang yang puasa tersebut) tidak merusaknya”.
Rasul ﷺ ditanya: “Dengan apa ia merusak?”
Rasul ﷺ bersabda: ” Dengan berkata dusta dan ghibah”.
(HR. Nasai & Tahbrani, hasan shahih)
Dalam hadits riwayat yang lain yang dimaksud disini adalah perisai dari api neraka.
Menyibukkan Diri dengan Ibadah dan Ketaatan (dan perjuangan)
فينبغي للصائم أن يشتغل بالعبادات ، ويستغرق في الطاعات القلبية والعملية والقولية ، ويبتعد كل البعد عن آثام القلوب والجوارح واللسان ، سيما وأن شهر رمضان هو شهر الصيام وموسم الطاعات والعبادات ،يضاعف فيه الأجر ويَعْظُم فيه الوزر .
Orang yang ber puasa Ramadhan hendaknya menyibukkan diri dengan ibadah dan menenggelamkan dirinya dalam ketaatan. Baik itu ketaatan hati, amaliyah, maupun perkataan.
Serta menjauhkan diri dari dosa hati, anggota badan, dan lisan. Terutama di bulan ramadhan yang merupakan bulan puasa dan musim ketaatan dan ibadah, serta bulan dilipatgandakannya pahala maupun dosa.
Ketaatan hati seperti; sabar, syukur, berprasangka baik kepada Allah, qanaah, dst. Ketaatan amaliyah berupa ibadah yang wajib maupun sunnah. Dan ketaatan lisan seperti membaca Al-Quran, berdzikir, dakwah menyeru kepada agama Allah (da’a ilallah), amar ma’ruf nahi munkar, dst.
Sebagaimana Rasulullah ﷺ, bulan Ramadhan adalah bulan jihad, bulan perjuangan. Sejak tahun pertama Hijriyah dalam bulan ramadhan menyelenggarakan ekspedisi militer untuk menghadapi musuh Islam, kaum musyrik Makkah yang selalu datang mengganggu yang awalnya dengan serangan-serangan kecil, dan kemudian sampai di puncaknya pada bulan Ramadhan tahun kedua hijriah dengan bergolaknya Perang Badar.
Kemudian disusul Perang Tabuk, Perang Tabuk, dan peristiwa-peristiwa dakwah dan perjuangan di bulan Ramadhan lainnya.
جاء في (الصحيحين) وغيرهما ، أن النبي صلى الله عليه وآله وسلم قال : من صام رمضان إيماناً واحتساباً غفر الله ما تقدم من ذنبه ، ومن قام ليلة القدر إيماناً واحتساباً : غفر له ما تقدم من ذنبه
Dalam Shahihain dan selainnya, bahwa Nabi ﷺ bersabda: “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan berharap ridho Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Dan barangsiapa yang menghidupkan malam lailatul qadr karena iman dan mengharap ridha Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari & Muslim).
Meningkatkan kesabaran
وهو شهر الصبر والصبر ثوابه الجنة
Bulan Ramadhan adalah bulan kesabaran. Dan sabar pahalanya surga.
وفي حديث ،قال : “الصَّومُ نِصْفُ الصَّبْرِ” . خرجه الترمذي
Dalam sebuah hadits, Rasul ﷺ bersabda: Puasa itu setengah sabar”.
والصبر ثلاثة أنواع : صبر على طاعة الله ، وصَبْرٌ عن محارم الله ، وصبر على أقدار الله المؤلمة. وتجتمع الثلاثة كلها في الصوم؛ فإن فيه صبراً على طاعة الله ، وصبراً عَمَّا حَرَّمَ اللهُ على الصَّائِمِ مِنَ الشَّهوات ، وصبراً على ما يحصل للصائم فيه من ألم الجوع والعطش ، وضعف النفس والبدن
Sabar itu ada 3 macam; Pertama, sabar dalam ketaatan kepada Allah. Kedua, sabar menahan diri atas apa yang diharamkan Allah, dan sabar atas penderitaan yang ditakdirkan Allah.
Dan puasa Ramadhan terkumpul ketiga kesabaran tersebut yakni sabar dalam menjalankan ketaatan pada Allah, sabar orang yang berpuasa untuk menahan diri dari yang diharamkan Allah dari syahwat, dan kesabaran orang yang berpuasa berupa lapar, haus dan lemahnya badan, akibat puasanya. (Ibnu Rajab Al-Hambali, Lathaiful Ma’arif).
Memperbanyak Meminta 4 Hal
واستكثروا فيه من أربع خصال: خصلتين ترضون بهما ربكم، وخصلتين لا غنى لكم عنهما .فأما الخصلتان اللتان ترضون بهما ربكم : فشهادة أن لا إله إلا الله وتستغفرونه
وأما الخصلتان اللتان لا غنى لكم عنهما : فتسألون الله الجنة ، وتعوذون به من النار
Perbanyaklah di dalam bulan ramadhan dengan 4 hal, yakni 2 hal yang membuat keridhoaan Rabb kalian, dan 2 hal yang sangat dibutuhkan untuk kalian.
2 hal yang membuat Allah ridha ialah bersaksi tiada tuhan selain Allah dan perbanyak istighfar mohon ampun pada Allah. Adapun 2 hal yang sangat kalian butuhkan adalah berdoa kepada Allah untuk dimasukkan ke dalam surga dan berlindung dari api neraka.
Perbanyak Tilawah Al-Quran
ويتطلب شهر رمضان الإكثار من تلاوة القرآن الكريم، لأن شهر رمضان هو شهر نزول القرآن الكريم جملة إلى بيت العزة في السماء الأولى ، وشهر تنزله تدريجاً على قلب النبي صلى الله عليه وآله وسلم ، ولذلك يسن الإكثار من تلاوة القرآن في شهر رمضان سيما في الليل
Perbanyaklah membaca al-Ramadhan di bulan Ramadhan karena bulan Ramadhan adalah bulan turunnya al-Ramadhan secara keseluruhan ke Baitul ‘Izzah (langit dunia), dan bulan dimana al-Ramadhan diturunkan secara berangsur-angsur ke hati Nabi Muhammad ﷺ.
Oleh karena itu, disunnahkan untuk banyak membaca al-Ramadhan di bulan Ramadhan terutama pada malam harinya.
وروى الإمام مسلم ، عن أبي أمامة رضي الله عنه ، أن النبي صلى الله عليه وآله وسلم قال : «اقرؤوا القرآن فإنه يأتي يوم القيامة شفيعاً لأصحابه الحديث
Dari Abi Umamah Ra, bahwa Nabi ﷺ bersabda: “Bacalah Al-Quran, sesungguhnya Al-Quran akan datang pada hari kiamat memberi syafa’at bagi pembacanya.” (HR. Muslim)
وشفاعة القرآن إنما ينالها من يتلوه حق تلاوته ، وذلك بمتابعة أحكامه ، من إحلال حلاله ، وتحريم حرامه ، والتخلق بآدابه ، والقيام بواجباته في الليل والنهار
Syafaat Al-Ramadhan hanya akan diperoleh oleh orang yang membacanya dengan benar, yaitu dengan mengikuti hukum-hukumnya, menghalalkan yang halal, mengharamkan yang haram, dan berakhlak sesuai dengan adab-adabnya. Dan melaksanakan kewajiban-kewajibannya di siang dan malam hari.
Perbanyak Berdzikir
الإكثار من الاستغفار ومن التهليل ،والإكثار من ذكر الله تعالى .قال صلى الله عليه وآله وسلم : ذاكر الله تعالى في رمضان مغفور له ، وسائل الله تعالى فيه لا يخيب .رواه الطبراني وغيره
Perbanyaklah dalam istighfar, tahlil, serta bacaan dzikir kepada Allah lainnya. Orang yang berdzikir di bulan Ramadhan diampuni dosa-dosanya, dan orang yang memohon kepada Allah di bulan Ramadhan tidak sia-sia (dikabulkan do’anya). (HR. Tabrani, dan lainnya).
وتقدم في الحديث ، قول النبي صلى الله عليه وآله وسلم: فاستكثروا فيه من أربع خصال وهي : الإكثار من قول : لا إله إلا الله ، والإكثار من الاستغفار ،وسؤال الجنة ، والتعوذ من النار
Dalam jadits gang lain Nabi ﷺ bersabda: “Perbanyaklah berdzikir di bulan Ramadhan dengan 4 hal. Yakni: perbanyak oleh kalian membaca “Lailahaillallah”, perbanyaklah oleh kalian istighfar, dan berdoalah kepada Allah meminta surga dan berlindung dari api neraka.”
Perbanyak Shadaqah
الإكثار من الصدقات ، فقد روى الترمذي مرفوعاً: “أفضل الصدقة صدقة في رمضان”
Perbanyaklah bershadaqah, sebagaimana dalam hadits marfu’ yang diriwayatkan oleh imam At-Tirmidzi: “Sebaik-baik shadaqah adalah shadaqah di bulan Ramadhan”.Dakwah Media BCA - Green.notice-box-green {
border: 2px solid #28a745; /* Green border color */
background-color: #d4edda; /* Light green background color */
padding: 15px;
margin: 20px;
border-radius: 8px;
font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */
text-align: center; /* Center the text */
}Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/Makan Sahur dan Mengakhirkannya
اتخاذ السحور ، فإنه سنة مباركة ، روى الشيخان وغيرهما ، عن أنس بن مالك رضي الله تعالى عنه ، أن النبي صلى الله عليه وآله وسلم قال : تسحروا فإن في السحور بركة .
Ambilah untuk makan sahur, karena sahur merupakan sunnah yang diberkahi. Dalam riwayat syaikhoni dan lainnya, dari Anas Bin Malik Ra, bahwa Nabi ﷺ bersabda: “Bersahurlah, karena di dalam sahur ada keberkahan”.
وروى الإمام أحمد ، عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه ، أن النبي صلى الله عليه وآله وسلم قال : «السحور بركة فلا تدعوه – أي : لا تتركوه – ولو أن يجرع أحدكم جرعة من ماء ، فإن الله وملائكته يصلون على المتسحرين
Dalam riwayat Imam Ahmad, dari Sa’id Al-Khudri Ra, bahwa Nabi ﷺ bersabda:
“Maka janganlah kamu tinggalkan walaupun salah satu diantara kamu hanya minum satu tegukan air. Karena Allah dan malaikat Nya bersholawat kepada orang-orang yang bersahur.
Malaikatnya bersholawat kepada orang yang sedang sahur
في (المسند) ، عن النبي صلى الله عليه وآله وسلم قال : لا تزال أمتي بخير ما عجلوا الإفطار وأخروا السحور
Dalam Musnad, Nabi ﷺ bersabda: “Umatku berada dalam kebaikan selama menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur.” (HR: Ahmad).
Menyegerakan Berbuka
التعجل بالفطر عند تحقق الغروب ، روى أحمد والترمذي ، عن أبي هريرة رضي الله عنه ، أن النبي صلى الله عليه وآله وسلم قال : الله تعالى : إن أحب عبادي إلي أعجلهم فطراً
Menyegerakan berbuka saat terbenam matahari (waktu maghrib). Dari Abu Hurairah Ra, bahwa Nabi ﷺ bersabda: “Allah berfirman: hamba-Ku yang paling aku cintai adalah mereka yang menyegerakan berbuka puasa.” (HR. Ahmad & Tirmidzi).
Perbanyak Doa Saat Berbuka
ويستحب أن يكثر من الدعاء عند الإفطار لأنه مجاب . “ثلاثة لا ترد دعوتهم: الصائم حتى يفطر ، والإمام العادل ، ودعوة المظلوم يرفعها الله فوق الغمام ، وتفتح لها أبواب السماء ، ويقول الرب: وعزتي وجلالي الأنصرنك ولو بعد حين” رواه الترمذي وحسنه
Allah mencintai orang yang memberbanyak doa saat berbuka puasa karena berdoa saat berbuka akan diijabah doanya.
“Tiga orang yang do’a mereka tidak tertolak, yaitu; seorang yang berpuasa hingga berbuka, seorang imam (penguasa) yang adil dan do’anya orang yang di dzalimi. Allah akan mengangkat do’anya ke atas awan, dan membukakan baginya pintu-pintu langit, seraya berfirman: “Demi kemuliaan-Ku, sungguh Aku akan menolongmu meski beberapa saat lamanya.” (HR. Tirmidzi, sanad hasan)
Berbuka dengan Kurma
الإفطار على رُطَب ، فإن لم يجد فعلى تمر ، فإن لم يجد فعلى ماء . روى الترمذي وغيره ، عن أنس رضي الله عنه : (أن النبي صلى الله عليه وآله وسلم كان يُفطر قبل أن يُصَلِّي على رطبات ، فإن لم يجد رطبات فتمرات ، فإن لم يجد تمرات حسا حسوات من ماء).
“Berbuka dengan ruthab (kurma basah), kalau tidak ada maka dengan tamr (kurma kering), kalau tidak ada maka dengan seteguk air. Dari Anas Ra, “bahwa Nabi ﷺ jika berbuka sebelum sholat maka berbuka dengan kurma basah, kalau tidak ada kurma basah maka dengan kurma kering, dan jika tidak ada kurma kering, maka dengan seteguk air.” (HR. Tirmidzi dan lainnya).
Memberi Makan Orang Berbuka
فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
“Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan lainnya)
Semoga Allah menyampaikan kita di bulan Ramadhan dan semoga puasa dan amalan-malan kita diterima disisi Allah Swt.*/Ali Mustofa Akbar, dosen PAI Institute Islam Manbaul Ulum Surakarta. (Disarikan dari kitab Ash-Shiyam Adabuhu Matholibuhu Fawaiduhu Fadhailuhu, Karya Syaikh Sirajuddin Al-Husaini Rahimahullah)