Tag:
pengangguran
Suaraislam.id
Indonesia Juara Pengangguran se-Asia Tenggara, Prestasikah Tuan Penguasa?
Apa kabar Tuan Penguasa? Negeri yang kau pimpin kembali mencatatkan namanya di kancah internasional, meskipun regional. Jika beberapa waktu lalu dinobatkan sebagai negara terbanyak pemain judolnya sedunia. Kali ini gelar nomor wahid jumlah pengangguran tingkat Asia Tenggara. Prestasikah ini wahai Tuan Penguasa?Dalam catatan Internasional Moneter Fund (IMF) pada laporan World Economic Outlook yang terbit April 2024, dengan persentase sebesar 5,2 persen, tingkat pengangguran Indonesia tertinggi di negara-negara Asia Tenggara (detik.com, 25/07/2024).IMF mendefinisikan tingkat pengangguran sebagai persentase penduduk di usia produktif yakni 15-64 tahun yang sedang mencari pekerjaan. Berbeda 0,4 poin, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat 4,8 persen atau setara dengan 7,2 juta orang.Sungguh bukan jumlah yang sedikit. Terlebih jika menengok orang-orang yang ada di belakang 7,2 juta pengangguran tadi. Apakah Tuan Penguasa bisa melihat ada istri dan anak-anak yang tak tercukupi kebutuhan dasar hidupnya?Fakta di atas menunjukkan kegagalan engkau wahai Tuan Penguasa. Gagal menjamin tersedianya lapangan pekerjaan. Gagal menjamin kesejahteraan rakyat. Kegagalan yang sistemik. Konsekuensi logis dari penerapan sistem kapitalisme.Sistem kapitalisme hanya membatasi peran negara sebagai regulator dan fasilitator. Bukan mengurus rakyat namun mengakomodir kepentingan pengusaha yang telah memberi modal pada saat kontestasi pemilu. Alhasil, semua regulasi dan kebijakan dibuat untuk memberikan kemudahan kaum kapital. Lihatlah UU Cipta Kerja atau UU Omnibus Law, juga UU Minerba.Kekayaan sumber daya alam (SDA) seharusnya bisa menjadi lapangan pekerjaan bagi rakyat. Faktanya, sebagian besar pengelolaannya diserahkan pada investor asing yang sekaligus membawa pekerja dari negara asalnya. Jika pun ada pribumi yang dipekerjakan, itupun dengan perlakuan diskriminatif hingga menimbulkan konflik horizontal.Tanah yang subur ternyata tak bisa menarik minat rakyat untuk menjadi petani. Sebab sektor pertanian juga sudah dikapitalisasi dengan program food estate. Lelahnya menggarap lahan tak mampu tergantikan oleh penghasilan yang tak seberapa. Semakin ke sini semakin sempit lahan pertanian, tergusur oleh massifnya pembangunan perumahan dan perkebunan sawit.Bagaimana dengan sektor industri? Ternyata satu per satu industri dalam negeri mati, diserbu barang-barang murah dari luar negeri. Semua akibat dari kebijakan Tuan Penguasa yang memberikan pelonggaran impor produk ke dalam negeri. Tsunami PHK tak terelakkan. Rakyat dijadikan tumbal demi memuluskan bisnis para importir.Sistem pendidikan sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan dan berorientasi materi, hanya melahirkan individu yang split kepribadian dan miskin iman. Ia akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan materi. Dan ketika sulit mendapatkan pekerjaan, perilaku kriminal pun dijabaninya. Ada yang terpaksa karena tuntutan ekonomi. Ada pula yang suka rela karena lebih banyak uang yang dihasilkan dari jalan haram ketimbang bekerja. Tingkat kriminalitas pun bertambah, masyarakat menjadi tidak aman.Wahai Tuan Penguasa, taukah anda bahwa jabatan penguasa akan diminta pertanggungjawaban di akhirat kelak?Jika Tuan Penguasa hendak selamat dari hisab Allah di akhirat kelak, uruslah rakyat dengan syariat Islam. Hanya dengan syariat Islam maka kesejahteraan rakyat akan terjamin. Sebab dalam sistem Islam, kewajiban negara adalah memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya. Dan ukuran keberhasilan serta kesejahteraan dalam Islam adalah terpenuhinya kebutuhan dasar penduduk individu per individu.1 2Laman berikutnya
Hidayatullah.com
Pengangguran Indonesia Menduduki Peringkat Tertinggi di ASEAN
Hidayatullah.com—Tingkat pengangguran di Indonesia sebagai yang tertinggi di antara enam negara anggota ASEAN lainnya pada April 2024, demikian menurut catatan Dana Moneter Internasional (IMF).
Tingkat pengangguran di Indonesia tercatat sebesar 5,2 persen, sedikit lebih tinggi 0,1 persen dari Filipina.
Setelah Indonesia dan Filipina, Brunei Darussalam tercatat memiliki tingkat pengangguran sebesar 4,9 persen. Ini diikuti oleh Malaysia dengan 3,5 persen, Vietnam dengan 2,1 persen, dan Singapura dengan 1,9 persen.
Sementara itu, Thailand menempati posisi ketujuh di Asia Tenggara dengan tingkat pengangguran yang rendah. Berdasarkan data dari IMF, tingkat pengangguran di Thailand adalah sekitar 1,1 persen pada bulan April 2024.
“Dibandingkan Februari 2023, penurunan TPT terjadi di hampir semua tingkat pendidikan dengan penurunan terbesar pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP), yaitu sebesar 1,13 persen. Sementara lulusan sarjana terapan (D4), sarjana (S1), magister (S2), dan doktor (S3) mengalami kenaikan TPT sebesar 0,11 persen,” seperti dikutip dari Berita Resmi Statistik BPS Nomor 36/05/Th. XXVII tertanggal 6 Mei 2024.
Pelaksana Tugas Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menyatakan bahwa jumlah penduduk usia kerja per Februari 2024 mencapai 214 juta orang.
Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 2,41 juta orang jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2023. Penduduk usia kerja tersebut terbagi menjadi dua kategori, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
“Jumlah angkatan kerja mencapai 149,38 juta orang atau bertambah 2,76 juta orang, yang kira-kira tumbuh 1,88 persen. Sementara kelompok bukan angkatan kerja mencapai 64,62 juta orang atau lebih rendah sekitar 0,35 juta orang, yang kira-kira turun sebesar 0,54 persen,” kata Amalia dilansir dalam konferensi pers yang ditayangkan di kanal YouTube BPS pada Senin (22/7/2024).
Seperti teori permintaan dan penawaran yang sederhana, rendahnya keinginan pengusaha untuk menciptakan lowongan pekerjaan merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan tingginya angka pengangguran di Indonesia.
Lebih lanjut BPS mengungkapkan bahwa tingkat pengangguran di kalangan lulusan SMK lebih tinggi dibandingkan dengan lulusan Diploma IV, S1, S2, dan S3.
Pemikiran bahwa kinerja seseorang meningkat seiring dengan tingkat pendidikan mereka masih dijunjung tinggi hingga saat ini.
Meskipun tidak sepenuhnya keliru, pandangan ini seringkali menghalangi peluang bagi individu yang memiliki keinginan kuat untuk bekerja keras dan membutuhkan pekerjaan.
Selain itu, persyaratan batas usia yang menjadi perhatian masyarakat saat ini turut mempengaruhi lowongan kerja, dengan banyaknya orang yang merasa terbebani oleh ketentuan tersebut.
Tidak ada opsi lain selain menambah jumlah lapangan kerja dan memperbaiki kualitas tenaga kerja yang ada.
Pemerintah bersama generasi yang akan datang perlu berinovasi dalam menciptakan lapangan kerja baru guna menampung angkatan kerja yang lebih besar di Indonesia. Kualitas tenaga kerja terbaik dari tanah air tidak seharusnya hanya dimanfaatkan di luar negeri.*
Arrahmah.id
Atasi Pengangguran, Pemuda Muhammadiyah Gelar Pelatihan Sertifikasi Profesi BNSP Gratis
JAKARTA – Pemuda Muhammadiyah Jakarta Utara menggelar Pelatihan soft skill dan sertifikasi profesi BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Nasional) tahun 2024. Acara pembukaan dihadiri oleh CEO Mentorbox Indonesia Iskandar, Ketua Dewan Kota Jakarta Utara, Muhamad Sidik Dahlan, Pimpinan Muhammadiyah Jakarta Utara, Mbah Amir Mansyur, Ketua Cabang Muhammadiyah Cilincing, Laut Amal Seto, Sekretaris Wilayah Pemuda Muhammadiyah DKI […]
Arrahmah.id
Problematika Gen Z di Era Kapitalis
Oleh Aas K Aktivis Muslimah Pemuda adalah generasi penerus bangsa, mereka adalah sosok produktif dengan energi dan semangat yang masih membara. Namun, nyatanya saat ini pemuda kurang produktif dikarenakan lapangan pekerjaan yang sempit menyebabkan banyaknya gen Z pengangguran. Seperti yang dikutip oleh media online Kumparan Bisnis.com, pada Senin (20/5). Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat […]
Hidayatullah.com
Tunawisma dan Pengangguran Merebak di Amerika Serikat
Hidayatullah.com—Jumlah tunawisma, pengangguran, kemiskinan, kecanduan narkoba, dan kesehatan mental di Amerika Serikat (AS) meningkat tajam pada tahun ini setelah epidemi Covid-19 melanda dunia dan diselingi konflik di Ukraina dan Palestina.
Newsweek melaporkan sebuah penelitian di Journal of America Medical Association (JAMA) menemukan bahwa ada 183.000 kematian yang melibatkan orang Amerika pada tahun 2019, yang terkait dengan kemiskinan.
Situasi menjadi lebih buruk ketika banyak orang Amerika tidak menerima program asuransi kesehatan masyarakat atau Medicaid karena birokrasi.
Hal ini ditambah dengan kurangnya perumahan yang terjangkau dan tingginya biaya perumahan menyebabkan banyak orang Amerika yang hidup dengan upah kecil memilih menjadi tunawisma.
Hal ini berarti semakin banyak orang yang tidak tahu di mana mereka akan tidur dan akhirnya memilih tinggal di jalanan, sehingga membuat mereka rentan terhadap kejahatan, kekerasan, dan cuaca ekstrem, termasuk panas dan dingin ekstrem.
Menurut penelitian, empat negara bagian seperti California, New York, Florida dan Washington mencatat masalah sosial seperti tuna wisma dan kecanduan narkoba yang tinggi dibandingkan tahun lalu akibat krisis ini.
Direktur Eksekutif The Coalition for the Homeless di New York, Dave Giffen, mengatakan biaya sewa rumah pasca epidemi menyebabkan banyak orang Amerika tidak mampu lagi membayar sewa dan lebih memilih tinggal di trotoar, stasiun kereta bawah tanah, dan tempat umum. taman di kota.Dakwah Media BCA - Green.notice-box-green {
border: 2px solid #28a745; /* Green border color */
background-color: #d4edda; /* Light green background color */
padding: 15px;
margin: 20px;
border-radius: 8px;
font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */
text-align: center; /* Center the text */
}Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/“Setelah era perlindungan pandemi hilang, kita melihat jumlah tuna wisma, kemiskinan dan masalah sosial lainnya meningkat,” ujarnya.
“Kami juga menyaksikan banyak keluarga yang terusir dari rumahnya karena tidak mampu membayar sewa lagi,” ujar dia.*
Hidayatullah.com
Krisis Tenaga Kerja, ‘Israel’ Rekrut Puluhan Ribu Pekerja asal India
Hidayatullah.com – Entitas Zionis “Israel” merekrut puluhan ribu pekerja India untuk mengatasi krisis tenaga kerja menyusul PHK besar-besaran pekerja Palestina. Selain itu, krisis tersebut juga dikarenakan mobilisasi besar-besaran tentara cadangan untuk perang di Gaza.
Perusahaan-perusahaan konstruksi di wilayah pendudukan “Israel” telah meminta pemerintah untuk mengizinkan mereka mempekerjakan lebih dari 100.000 pekerja India untuk menggantikan para pekerja Palestina mereka berhentikan pasca operasi perlawanan Palestina pada bulan Oktober.
Keputusasaan Tel Aviv untuk mengisi kekosongan pasar tenaga kerja mereka, menurut Al-Jazeera, “memperlihatkan jurang pemisah antara klaim keberhasilan ekonomi oleh pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi, yang bersikeras bahwa peningkatan PDB mengubah negara ini menjadi pembangkit tenaga listrik global, dan kenyataan hidup jutaan orang.”
Sebagian besar pekerja asing di “Israel” pergi setelah perang dimulai pada bulan Oktober.
Menurut Pusat Migrasi dan Integrasi Internasional Israel (CIMI), pihak berwenang mengatakan bahwa mereka ingin melihat 10.000 hingga 20.000 pekerja India dalam beberapa bulan mendatang, menyamai jumlah pekerja asing yang masuk ke negara itu pada tahun 2021.
“India akan menjadi salah satu pemasok pekerja bangunan terbesar di Israel dalam beberapa tahun mendatang,” kata wakil direktur jenderal Asosiasi Pembangun Israel, Shay Pauzner, seraya menambahkan bahwa 5.000 pekerja dari New Delhi dan Chennai telah diamankan.
Baca juga: Qatar Vonis Mati 8 Perwira AL India karena Lakukan Spionase untuk ‘Israel’
Pandangan Tel Aviv terhadap New Delhi mencerminkan hubungan yang menghangat. Kedua negara menandatangani kesepakatan pada bulan Mei tahun lalu yang akan mengirimkan 42.000 pekerja konstruksi dan perawat India ke “Israel”.
Iklan-iklan telah dipasang di seluruh India yang menunjukkan gaji mulai dari $1.400-1.700 per bulan. Di “Israel” terdapat sekitar 17.000 pekerja India, sebagian besar bekerja sebagai perawat.
Al-Jazeera berbicara dengan salah satu pekerja yang akan berangkat ke “Israel”, Pramod Sharma, “mereka mengatakan kepada saya bahwa saya telah lolos tahap pertama, bahwa seorang klien Israel sekarang akan datang ke Rohtak untuk wawancara tahap kedua, dan saya harus datang ke sini,” katanya. “Kami telah tidur di dalam bus dalam cuaca dingin selama tiga hari terakhir dan menggunakan kamar kecil di sebuah rumah makan di pinggir jalan, menunggu wawancara kami.”
Perang antara “Israel” dan faksi-faksi perlawanan Palestina telah memaksa sekitar 50.000 orang “Israel” dan lebih dari 17.000 pekerja asing meninggalkan negara itu, menurut Otoritas Kependudukan dan Imigrasi Israel. Seperlima dari tenaga kerja, sekitar 764.000 orang “Israel”, menganggur karena evakuasi, penutupan sekolah, atau pengerahan cadangan tentara.Dakwah Media BCA - Green.notice-box-green {
border: 2px solid #28a745; /* Green border color */
background-color: #d4edda; /* Light green background color */
padding: 15px;
margin: 20px;
border-radius: 8px;
font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */
text-align: center; /* Center the text */
}Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/Meskipun banyak dicari, serikat pekerja India telah secara vokal menentang pengiriman pekerja, yang secara tradisional disebut keropeng oleh para anggota serikat pekerja, untuk menggantikan mereka yang kehilangan pekerjaan karena perang.
“Tidak ada yang lebih tidak bermoral dan bencana bagi India daripada ‘ekspor’ pekerja ke “Israel”. Bahwa India bahkan mempertimbangkan untuk ‘mengekspor’ pekerja menunjukkan bagaimana India telah merendahkan martabat dan mengkomodifikasi pekerja India,” ujar para anggota serikat pekerja India dalam sebuah pernyataan.*
Baca juga: Ekstremis Hindu India Tawarkan Diri Jadi Tentara ‘Israel’
Hidayatullah.com
Pertempuran Makin Sengit, Ratusan Ribu Warga ‘Israel’ Jadi Pengangguran
Hidayatullah.com – Operasi perlawanan pejuang Palestina telah menyebabkan ratusan ribu warga “Israel” menjadi pengangguran. Hal itu diketahui dari jumlah pengajuan tunjangan pengangguran “Israel”.
Media berbahasa ekitar 260.000 warga “Israel” telah mengajukan tunjangan pengangguran sejak dimulainya perang.
Lebih dari 7.200 warga Israel mengajukan permohonan tunjangan pengangguran pada minggu pertama bulan Januari saja, dengan 3.389 orang di antaranya sedang dalam masa cuti yang tidak dibayar.
Pengajuan ini terjadi meskipun Kementerian Keuangan “Israel” mengatakan bahwa mereka tidak akan memperpanjang program tersebut bulan ini.
Perang Gaza-Israel telah memberikan dampak yang sangat buruk terhadap perekonomian “Israel”.
“Ada sekitar dua juta warga Israel yang hidup di bawah garis kemiskinan,” demikian klaim media Ibrani Makan pada tanggal 29 Desember.
Operasi Taufan Al-Aqsha yang dipimpin Hamas telah memainkan peran penting dalam meningkatnya biaya yang ditanggung ‘Israel’.
Akibat serangan Yaman yang dilakukan terhadap kapal-kapal yang terkait dengan atau menuju wilayah penjajahan ‘Israel,’ pendapatan dari pelabuhan Eilat anjlok hingga 80 persen, demikian laporan outlet berita lokal, Calcalist, bulan lalu.
Baca juga: Houthi Tak Akan Berhenti Teror Laut Merah Sampai Israel Akhiri Perang Gaza
Hizbullah Lebanon juga menyebabkan kerugian yang sama di pemukiman “Israel” di bagian utara.
Makan melaporkan pada hari Senin bahwa persentase penjualan di bagian utara Israel telah turun sebesar 70 persen.
Hal ini disebabkan oleh “ketakutan dan kecemasan yang intens,” kata outlet tersebut, serta fakta bahwa ratusan ribu pemukim Israel telah dipaksa untuk meninggalkan rumah mereka di utara, yang mengakibatkan runtuhnya perdagangan di daerah-daerah ini.
Kepala Dewan Regional Matah Asher di Galilea barat, Moshe Dowidowicz, mengatakan bahwa mereka yang berada di utara hidup dalam “ketidakpastian” dan “sebagian besar dari mereka tidak memiliki sumber pendapatan.”
Dowidowicz mengatakan bahwa Hizbullah merupakan bahaya terbesar di wilayah utara, dan menambahkan bahwa bahaya ini “tidak hanya terbatas pada situasi keamanan, namun juga meluas ke situasi psikologis dan ekonomi.”
Pekan lalu, berita Ibrani Channel 12 mengatakan bahwa Perdana Menteri “Israel” Benjamin Netanyahu sedang mempertimbangkan penutupan beberapa kantor pemerintah untuk menggunakan dana mereka guna membiayai upaya perang.*
Baca juga: Pengangguran di Amerika Serikat Mencapai 218.000 Orang
Islampos.com
Pengangguran, Orang Miskin dan Orang Kaya yang Kerdil Jiwanya
Oleh: Muhamad PaujiPegiat organisasi OI (Orang Indonesia), menulis esai dan prosa di berbagai harian nasional, cetak dan online.[email protected] >PENGANGGURAN adalah mereka yang kerjaannya membuang-buang waktu percuma dan gak karuan. Tidak jarang di antara mereka justru senang mengenakan pakaian seragam setiap hari di era hipermodern ini. Mereka yang tak berseragam sering kita jumpai di emperan toko-toko, stasiun dan terminal antar kota. Pura-pura teriak dan jaga-jaga parkir, sambil memalak siapapun atau pedagang manapun yang bisa dipalak dan diperas. Adapun sasaran paling empuk adalah para pendatang baru, baik sopir angkot maupun pedagang yang kelihatannya lugu, mendelak-delik mencari arah jalan yang cocok untuk mereka lalui.Selalu saja ada pengangguran di setiap pelosok dan sudut-sudut jalan di negeri ini. Seorang pria yang mondar-mandir di sekitar rumah, yang telah menunggu begitu lama untuk melamar pacarnya, sampai rambut si wanita beruban, juga termasuk pengangguran sejati yang membuang-buang waktu. Juga seorang wanita yang telah menghabiskan tiga puluh tahun di toko milik orang Cina, yang setiap hari mengkhayal ingin memiliki toko sendiri, dengan para pembantu yang seenaknya bisa diperintah sana-sini. Seakan ia ingin membalas-dendam atas masa lalunya, berwindu-windu capek dan lelah menjadi budak yang saban hari “dicambuki” sang majikan.BACA JUGA: Sedekah pada Pengangguran yang Malas, Bagaimana?Ia berambisi ingin cepat kaya, sambil menjadi pemburu dan penjajah kesiangan, dengan modal utang sana-sini yang setiap bulan disatroni pihak Bank agar segera membayar cicilan yang berbulan-bulan menunggak, karena selera hidup yang kebablasan.Pengangguran juga bisa disebabkan pilihan karir yang salah, memiliki kondisi kerja yang tidak nyaman, tak mengerti apa yang harus dilakukan di saat-saat waktu senggang. Sebenarnya, mereka punya waktu libur, bahkan di saat Idul Fitri dan Natal, bisa memanfaatkan waktu senggang hingga seminggu lebih.Foto: PixabayNamun, ketika mereka kembali bekerja di bulan Syawal, mereka gelagapan menghadapi tumpukan PR yang harus diselesaikan, dan harus dikejar dalam tempo singkat, lalu kembali menghadapi omelan dan pelototan atasannya. Mereka membutuhkan waktu sekitar tiga minggu agar dapat kembali melayani secara normal. Itulah sebabnya, saat-saat setelah Idul Fitri terasa begitu lama berlangsung ketimbang minggu dan bulan-bulan lainnya.Meskipun mereka bangga dengan sebutan “modern”, para pengangguran itu telah menciptakan waktu terbuang sia-sia dalam konsentrasi tinggi. Mereka kadang dipaksa harus merawat dan membersihkan kantor-kantor besar dengan ruang-ruang mubazit tak terpakai. Sesekali seorang manajer berjalan mondar-mandir, melintasi meja-meja para wanita yang sedang memilah-milah tempat yang bagus untuk liburan mendatang. Pada meja berikutnya, seorang pria dengan santainya membuka-buka gambar mesum tentang bokong-bokong wanita India, lalu berhenti sebentar pada meja pegawai baru yang merasa jengkel pada jam tangannya, karena jarum jamnya berjalan begitu lamban.Semua sampah-sampah yang diakibatkan pengangguran itu kemudian disapu dan didaur ulang, lalu dikemas dalam wadah besar, dipindahkan ke dermaga Tanjung Priok atau Pelabuhan Merak, lalu dikirim ke wilayah-wilayah industri lainnya yang lebih berasap dan berdebu, di mana para pegawainya diberi upah secara cuma-cuma, di suatu daerah Inpres Desa Tertinggal (IDT) yang masyarakatnya tak pernah komplain dengan penumpukan limbah kimia, dengan berbagai pabrik yang tak mau berkorban membuat water treatment untuk proses penjernihan limbahnya.Waktu terbuang akan semakin membahayakan, akibat residu perundingan damai yang gagal. Sampah-sampah radiasi beracun yang dikubur ke dalam tangki di gorong-gorong bekas pangkalan militer, dan membutuhkan waktu berabad-abad agar mengalami proses pembusukan hingga tak berbahaya lagi. Selain itu, masih banyak orang dipenjarakan karena suatu kesalahan yang tak jelas apa. Pernikahan dengan wanita yang gemar mengintip acara-acara infotainment, tentang bayaran mahal para wanita yang bekerja di tempat prostitusi dan judi-judi online.Tidak jarang kita saksikan penampilan teater, karya sastra maupun film yang membosankan, dengan tema-tema cerita yang kehabisan akal, ditambah janji pertemuan yang tak pernah tepat waktu, bus dan kendaraan, bahkan jadwal penerbangan yang selalu tertunda. Produk olahan yang kadaluwarsa, lalu dikumpulkan jadi satu, kemudian dikemas kembali untuk dikirimkan ke negeri-negeri miskin dan terbelakang. Sebagian dikemas ulang untuk menjadi bahan makanan yang dikirim sebagai bantuan bagi korban-korban bencana alam.Sebagian dari barang-barang mewah dijual dalam bentuk dolar, bahkan hingga ke pusat-pusat laboratorium cryogenics di California, Amerika Serikat. Dua puluh persennya diam-diam dijual ke berbagai klien swasta yang kaya-raya, orang-orang tua yang terobsesi memiliki umur panjang dan abadi. Mereka menawarkan iming-iming yang menggiurkan sebagai godaan bagi generasi muda milenial. Padahal, segala kenikmatan hedonisme itu hanyalah semu, nisbi, dan sekejap mata saja.BACA JUGA: Buruknya PengangguranPara hedonis itu sebenarnya tak memperoleh keuntungan apa-apa. Karena hakikatnya, sifat uang sebagai ilusi akhirnya musnah juga untuk membiayai kebutuhan dan keinginan yang jauh lebih besar dari pendapatannya. Adakalanya mereka membagikan satu persen untuk keperluan fakir-miskin, anak telantar, bahkan pesantren dan tempat-tempat ibadah, yang mereka tak memahami apapun soal keberkahannya.Foto: PixabayTapi yang terpenting, nama mereka harus dicantumkan sebagai penyokong dan penyumbang yang sejati bagi sarana dan tempat-tempat peribadatan.Tak ada pesan moral yang perlu saya sampaikan, kecuali jika Anda ingin menghindari kebusukan untuk dapat memperoleh keberkahan dalam hidup ini, Anda harus memliki keyakinan bahwa orang-orang miskin dan sederhana yang memiliki prinsip ekonomi yang baik, jauh lebih mulia ketimbang mereka yang kaya-raya, namun jiwanya tetap kerdil dan miskin. []Kirim tulisan Anda ke Islampos. Isi di luar tanggung jawab redaksi. Silakan kirim ke: [email protected], dengan ketentuan tema Islami, pengetahuan umum, renungan dan gagasan atau ide, Times New Roman, 12 pt, maksimal 650 karakter.