Tag:
pendidikan
Mediaislam.id
Gaza Kehilangan Generasi Pendidikan Selama 2 Tahun
Gaza (Mediaislam.id) – Komisaris Jenderal Badan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Philippe Lazzarini, mengatakan bahwa lebih dari 650.000 anak-anak di Gaza putus sekolah dan hidup di tengah reruntuhan. Jalur Gaza tidak dapat menanggung beban akibat bencana yang terjadi. Seluruh generasi kehilangan pendidikan selama dua tahun.
Ini disampaikan saat Lazzarini menerima dana 2 juta dolar dari Kedutaan Besar Saudi di ibu kota Yordania, Amman, untuk mendukung program dan operasi badan tersebut pada Senin lalu.
Komisaris UNRWA menekankan bahwa Jalur Gaza “tidak boleh kehilangan seluruh generasinya karena pendidikan selama dua tahun berturut-turut, dan karena alasan ini badan tersebut telah melanjutkan beberapa program pendidikan bersamaan dengan operasi penyelamatan nyawanya.”
Lazzarini menekankan bahwa setelah satu tahun “penderitaan dan kehilangan yang mendalam, Gaza telah menjadi tempat yang tidak dapat dikenali lagi dan menjadi kuburan bagi puluhan ribu warga Palestina, banyak dari mereka adalah anak-anak.”
Dia menambahkan bahwa pengabaian terang-terangan terhadap hukum humaniter internasional dan hampir runtuhnya tatanan sipil telah melumpuhkan respons kemanusiaan di Gaza, karena “lautan puing telah menggantikan jalan-jalan sebelumnya, di mana hampir seluruh penduduk kini mengungsi.”
Lazzarini memperingatkan konsekuensi yang mengerikan jika rancangan undang-undang Israel terkait dengan penghentian kerja UNRWA diadopsi. Agresi Israel baru-baru ini di Jalur Gaza utara “sangat mengkhawatirkan, karena tidak ada tempat yang aman untuk dituju.” Di wilayah selatan, kondisi kehidupan menjadi tidak tertahankan lagi karena Gaza sekali lagi berada di ambang kelaparan yang disebabkan oleh ulah manusia.
Pasukan penjajah Israel melanjutkan serangan mereka ke Gaza utara selama sepuluh hari berturut-turut, di tengah pemboman udara dan artileri yang kejam, pengepungan dan kelaparan, terutama di kamp Jabalia, dan isolasi total wilayah kegubernuran dari Gaza, karena tentara pendudukan mencegahnya masuknya perbekalan air, makanan dan obat-obatan, serta melakukan pembantaian terhadap warga sipil yang memakan korban puluhan orang syahid dan ratusan orang luka-luka.
Dengan dukungan mutlak Amerika, tentara pendudukan Israel telah melancarkan perang genosida di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023, yang mengakibatkan lebih dari 140.000 orang Palestina menjadi martir dan terluka, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak dan wanita, dan lebih dari 10.000 orang hilang, di tengah-tengah konflik, kehancuran besar-besaran dan kelaparan yang merenggut nyawa puluhan anak sebagai salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia.
sumber: infopalestina
Suaraislam.id
Muhammadiyah Beri Perhatian Khusus Pendidikan Anak-Anak Palestina
<img width="650" height="366" src="http://muslimnews.id/wp-content/uploads/2024/10/mukti-maarif.jpg" class="attachment-jannah-image-post size-jannah-image-post wp-post-image" alt data-main-img="1" decoding="async" fetchpriority="high" srcset="https://i0.wp.com/suaraislam.id/wp-content/uploads/2024/10/mukti-maarif.jpg?w=650&ssl=1 650w, https://i0.wp.com/suaraislam.id/wp-content/uploads/2024/10/mukti-maarif.jpg?resize=300%2C169&ssl=1 300w, https://i0.wp.com/suaraislam.id/wp-content/uploads/2024/10/mukti-maarif.jpg?resize=390%2C220&ssl=1 390w" sizes="(max-width: 650px) 100vw, 650px" data-attachment-id="89929" data-permalink="https://suaraislam.id/muhammadiyah-beri-perhatian-khusus-pendidikan-anak-anak-palestina/mukti-maarif/" data-orig-file="https://i0.wp.com/suaraislam.id/wp-content/uploads/2024/10/mukti-maarif.jpg?fit=650%2C366&ssl=1"...
Suaraislam.id
Didikan
Didikan itu adalah satu dari pokok-pokok yang amat berguna sekali untuk keselamatan hidup manusia. Boleh dikata seolah-olah tiang bagi sebuah rumah atau laksana kemudi bagi perahu di tengah lautan.Sebuah rumah tiada dapat berdiri, apabila tidak bertiang dan walaupun dapat tentu berdirinya itu tidak akan kokoh dan kuat, dan pastilah dengan mudah saja akan rubuh jika ditiup angin.Begitu pula halnya dengan sebuah perahu yang sedang berlayar, tak lain daripada kemudi itulah suatu perkakas untuk menyelamatkan pelayarannya. Jika kemudi rusak, tak dapat tidak perahu itu akan rusak pula tujuannya.Apalagi jika tidak mempunyai kemudi, sudah tak syak lagi bahwa pelayaran perahu itu akan berbahaya, lantaran tak dapat menahan angina dan badai, hanya berlayar dengan terapung-apung, dihanyutkan arus kian kemari hingga akhirnya jadi binasa.Oleh sebab itu, nyata kepada kita bahwa tiap-tiap manusia yang hidup di bumi ini masing-masing ada mempunyai didikan yang menjadi kemudi bagi kehidupan mereka. Ada yang mempunyai didikan yang benar membawa kepada keselamatan dan kesejahteraan. Ada pula yang mempunyai didikan yang salah, membawa dan menjerumuskan diri mereka kepada kesengsaraan hidup.Jadi tak salah lagi bila kita katakana didikan itu suatu pusaka, peninggalan ibu bapa yang amat penting dan amat besar sekali pengertiannya bagi anak-anak.Seorang anak sejak mulai ia dilahirkan oleh ibu bapanya, tiada lain yang memberi didikan kepadanya melainkan ibunya. Dan ibu itulah guru yang pertama-tama bagi anak-anak. Apabila ia telah berumur enam atau tujuh tahun barulah ia mulai menerima didikan dari orang lain. Yaitu jika ia telah masuk ke sekolah. Tetapi didikan yang diberikan oleh ibunya pun tiada berhenti hingga anak itu sudah menjadi orang dewasa.Lain daripada di rumah dan di sekolah anak itu dapat pula menerima didikan dari kawan-kawannya bermain, yang bergaul dengan dia sehari-hari. Caranya anak-anak menerima didikan itu, tak ubahnya sebagai api yang sedang menyala. Barangsiapa yang lebih dekat kepada api itu, merekalah yang lebih kepanasan.Barangsiapa yang lebih banyak bergaul dengan seorang anak kecil, maka dari merekalah yang lebih banyak anak itu dapat didikan. Cobalah perhatikan keadaan seorang anak yang dari mula lahirnya, selalu bercampur tak pernah berpisah dari ibunya. Boleh dikata sebagian besar kelakuan dan tabiat ibunya dapat ditiru oleh anak itu. Buruk atau baiknya perangai dan kelakuan anak-anak adalah bergantung kepada contoh-contoh yang selalu dilihat anak itu dalam pergaulannya.Seorang anak dari tukang judi, tak dapat tidak akan menjadi penjudi pula, atau sekurang-kurangnya tahu dan mengerti. Ia melihat perkakas-perkakas judi dan selalu pula dapat dipandangnya, bagaimana ayahnya melakukan pekerjaan itu.Karena itu sudah tak heran lagi apabila seorang anak yang dari kecilnya bercampur gaul dengan orang Barat dan dididik secara kebaratan, segala perbuatan, adat-adat dan kebiasaan orang Barat itu akan tumbuh berurat berakar dalam badan anak itu.Jika kita perhatikan keadaan bangsa kita murid-murid sekolah Barat sekarang ini, sungguh amat banyak daripada mereka yang diperhamba oleh dunia kebaratan itu, suka mati-matian meniru adat istiadat cara Barat, sehingga adapula yang memandang rendah dan hina akan bangsanya sendiri yang tidak bersekolah Barat. Hal ini bukan saja terdapat pada kaum laki-laki, malahan tak kurang-kurang pula kaum perempuan bangsa kita yang dihinggapi penyakit itu.Hampir rata-rata mereka yang telah mendapat didikan Barat itu tak mau tinggal di rumah saja, tidak hendak menjadi pengurus rumah tangga, hanya mereka lebih suka pula menjadi kaum buruh, bekerja di kantor seperti kaum laki-laki.Tak kurang pula pada tiap-tiap kantor Government kita dapat kita lihat kaum-kaum perempuan bangsa kita memburuh, menjual tenaga mereka bercampur gaul dengan kaum laki-laki. Kejadian yang semacam inilah contoh-contoh dari bangsa Barat yang ditimbulkan oleh didikan kebaratan itu.1 2Laman berikutnya
Mediaislam.id
Materialisme, Sumber Kerusakan Moral
MATERIALISME yang telah mendarah daging dalam diri adalah akar rusaknya moral bangsa. Pendidikan sekuler-materialistik telah membawa bangsa ini secara perlahan menuju jurang kehancuran.
Apa yang salah dari bangsa ini, hingga derajat moralnya berada pada titik nadir? Padahal bangsa ini adalah bangsa yang religius. Tak tanggung-tanggung, enam agama diakui sebagai agama resmi oleh pemerintah. Pemeluk Islam mayoritas, bahkan mencapai angka hampr 88 persen.
Ternyata hancurnya moral bangsa Indonesia tak berkorelasi dengan banyaknya jumlah agama. Karena kehancuran moral bangsa disebabkan oleh paham sekuler-materialistik yang menjangkiti semua pemeluk agama, termasuk umat Islam.
Pendidikan sekuler-materialistik terbukti telah gagal dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan, seperti amanah dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003. Apalagi membentuk manusia yang saleh dan berkepribadian Islam.
Sistem pendidikan di Indonesia hanya menghasilkan manusia-manusia yang menghamba kepada materi. Cara pandang terhadap kesuksesan selalu dinilai dengan ukuran materi. Keuntungan materi menjadi tolok ukur dalam setiap aktivitas perbuatan.
Pergeseran Nilai
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), materialisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu termasuk kehidupan manusia di dalam alam kebendaan semata-mata, dengan mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam indra.
Sebagai sebuah paham filsafat, materialisme adalah paham yang menyatakan bahwa hal yang dapat dikatakan benar-benar ada adalah materi. Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena adalah hasil interaksi material. Karena itu materialisme tidak mengakui entitas-entitas nonmaterial seperti Allah SWT , surga, neraka, hari akhir, malaikat dan sebagainya.
Menurut peneliti Pusat Studi Islam Universitas Muhammadiyah Malang, Muhammad Rajab (2019), pengaruh materialisme dalam dunia pendidikan telah membawa tujuan pendidikan bergeser dari nilai mulia, ilmu, terampil, cendikiawan, akhlak terpuji, menjadi tujuan jangka pendek, yaitu mencari pekerjaan dan pada akhirnya adalah untuk uang.
Rajab menilai tindakan di atas juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan mental anak menjadi mental fulus, apalagi didukung dengan sistem pendidikan sekuler-materialistik yang mengabaikan nilai-nilai agama. Yang diberikan kepada siswa hanya pendidikan yang bisa mengantarkan siswanya supaya mudah mendapatkan pekerjaan, sehingga moral para siswa jauh dari tingkah laku yang beradab.
More pages: 1 2
Mediaislam.id
Matinya Naluri Ibu, Anak Tega Dicabuli Demi Materi
IBU mana yang tega membiarkan anaknya dinodai? Ibu mana yang tega menjerumuskan anaknya pada keburukan?
Harusnya tidak ada, namun hari ini ternyata ada ibu yang berbuat demikian. Dimanakah naluri keibuannya? Apakah naluri keibuannya telah mati?
Seorang ibu berinisial E (41) di Sumenep, Jawa Timur menyerahkan anaknya untuk dicabuli oleh kepala sekolah sang anak. Diketahui bahwa sejak Februari 2024, oknum kepala sekolah berinisial (J) ini telah mencabuli korban sebanyak 5 kali. Miris, Kepala Sub-Bagian Hubungan Masyarakat Polres Sumenep, AKP Widiarti, mengatakan bahwa sang ibu menyerahkan anaknya, T (13) untuk dicabuli dengan dalih ritual pensucian.
Kasus pencabulan dilakukan di rumah J hingga sebuah hotel di Surabaya, Jawa Timur. Kasus ini terungkap setelah korban menceritakan perbuatan J ke ayah kandungnya, P. J kemudian ditangkap di rumahnya pada Kamis (29/8/2024) sekitar pukul 15.00 WIB (Tribunnews, 02/09/2024).
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) berharap hukuman terhadap J (41) dan E (41), agar diperberat. Pihaknya telah berkoordinasi dengan Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten Sumenep untuk melakukan pendampingan serta pemulihan psikologis terhadap korban. Pasalnya, akibat kekerasan seksual tersebut, korban mengalami trauma psikis. Miris, E tega membiarkan anaknya diperkosa karena diduga diiming-iming oleh J dengan sejumlah uang dan satu unit sepeda motor (Suarasurabaya, 04/09/2024).
Peran Ibu Terampas
Tak habis pikir, seorang ibu tega melakukan perbuatan keji, bahkan mengorbankan anaknya pada tindakan amoral. Ibu yang seharusnya menjadi pelindung, pendidik utama dan pertama justru melakukan kekejian luar biasa.
Kasus Ini menunjukkan matinya naluri keibuan nyata adanya dan menambah panjang deretan potret buram rusaknya pribadi ibu dan masyarakat setelah sebelumnya terjadi peristiwa seorang ibu yang membuang anaknya, menyiksanya, mencabulinya bahkan membunuhnya.
Kejadian-kejadian serupa bukan lagi kasus di tengah masyarakat tapi sudah menjadi fenomena dengan jumlah yang cukup banyak. Ini menunjukkan adanya persoalan sistemis; Sistem yang diterapkan hari ini, terbukti gagal memanusiakan manusia. Banyak ibu yang tak paham agama sehingga anaknya pun jauh dari agama. Banyak ibu yang tidak paham dan lalai tugas utamanya sehingga menjerumuskan anaknya pada keburukan. Padahal sebuah negara akan maju tatkala generasinya tumbuh dengan baik dan kuncinya terletak pada ibu.
Akan tetapi, sistem kapitalisme saat ini telah menjadikan para ibu berpikiran materialistis. Anak dianggap sebagai aset yang bisa dimanfaatkan demi meraih materi dan memuaskan nafsu dunia. Sekularisme telah menjauhkan para ibu dari agama. Mereka tidak memahami bahwa anak adalah anugerah dan amanah dari Allah SWT. untuk dijaga dan dididik dengan baik.
Peran Hakiki Ibu
Islam menetapkan peran seorang ibu adalah sebagai pendidik yang pertama dan utama. Ibu bertanggung jawab dalam membentuk pondasi akidah anak, dan memberikan tsaqofah Islam sehingga ia menjadi anak yang bertakwa. Dengan penanaman akidah yang kuat, seorang anak menjadi yakin akan keberadaan Al-Khaliq sehingga ia takut untuk berbuat dosa dan kesalahan. Seorang ibu akan menjadi teladan bagi anaknya. Jika ibunya baik, anak pun akan meneladaninya. Namun sebaliknya, jika ibunya buruk tentu anak pun akan memiliki sifat buruk pula.
More pages: 1 2
Suaraislam.id
Tidak Perlu Pintar Asal Kenyang?
Makan siang gratis merupakan program pemerintahanan baru, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, rencananya akan dimulai pada 2 Januari 2025 mendatang.Syaiful Huda, Ketua Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyebutka, biaya untuk program makan siang gratis diambil dari anggaran wajib atau mandatory spending dari pendidikan.Selain untuk makan siang gratis senilai Rp71 triliun, ia juga mengatakan ada dua program quick win di pemerintahan baru yang menggunakan anggaran wajib untuk pendidikan, yaitu program renovasi sekolah senilai Rp21 triliun dan pembangunan sekolah terintegrasi atau unggulan senilai Rp2 triliun. (tempo.co, 6/9/2024).Sungguh ironis, tanpa pemotongan untuk program makan bergizi gratis sejatinya pendidikan di negeri ini sudah sangat mahal, akibatnya makin banyak anak putus sekolah karena biaya yang sulit dijangkau masyarakat. Makin banyak orang tua yang depresi tidak sanggup membiayai pendidikan. Padahal pendidikan adalah hak setiap individu dan negara wajib untuk memenuhinya.Sebutlah seperti kisah pilu yang terjadi di Kelurahan Cirimekar, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Seorang ayah berinisial P mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri, Kamis (05/09). Obrolan terakhir sang anak dengan ayahnya soal biaya sekolah diduga membuat sang ayah gelisah hingga nekat mengakhiri hidupnya. (kumparan.com, 5/9/2024).Publik pun masih ingat bahwa sekitar bulan Mei 2024 lalu muncul wacana kenaikan UKT yang melonjak tinggi sampai 100%. Banyak calon mahasiswa yang terpaksa mundur saat diterima PTN karena tidak mampu membayar UKT kedepannya. Kenaikan ini terang dihadiahi banyak aksi unjuk rasa dari mahasiswa.Angka anak putus sekolah di Indonesia pun masih tinggi karena pendidikan termasuk barang mewah bagi beberapa orang. Jangkauan rakyat akan pendidikan masih sangat jauh bahkan dengan anggaran triliunan yang diberi. Sekarang malah ingin dipotong demi makan siang gratis?Apakah penguasa ingin menukar isi kepala dengan isi perut semata? Padahal kita semua tahu bahwa pendidikan adalah hal mendasar untuk rakyat, bukan malah mengedepankan dana makan siang gratis yang berpotensi untuk dikorupsi.Menjadi rahasia publik bahwa pendidikan di Indonesia jauh dari kata berkualitas sehingga melahirkan banyak bibit remaja yang kejam dengan segala tindakan sadisnya. Seperti kasus yang dikutip dari Kompas.com, 5/9/2024, empat remaja memperkosa dan membunuh seorang gadis penjual balon di Palembang, Sumatera Selatan. Bahkan semua pelaku masih di bawah umur, IS (16), MZ (13), NS (12), dan AS (12).Belum lagi nasib guru yang tak dihargai sebagai pendidik. Gaji kecil yang mencekik mengharuskan guru mencari kerja tambahan di luar profesinya. Alhasil, performa seorang guru tak lagi stabil dan tidak merasa senang saat mengajar.Sungguh, gunung es permasalahan makin tinggi tanpa ada solusi pasti. Pendidikan di Indonesia tidak berhasil membangun generasi cemerlang penerus peradaban jika tetap dikelola seperti ini.Solusi makan siang gratis untuk memenuhi gizi dirasa tidak akan menyelesaikan sengkarutnya dunia pendidikan hari ini, yang ada malah menambah masalah baru karena mengurangi anggaran yang seharusnya dapat digunakan untuk pendidikan guna membangun SDM yang berkualitas.1 2Laman berikutnya
Islampos.com
Di Usia Berapa Sebaiknya Anak Mondok ke Pesantren?
MONDOK adalah salah satu solusi untuk mendidik anak. Tapi, jika ia masuk dimasukkan ke pondok pesanten sebelum usia baligh adalah cara yang kurang baik. Hal ini karena anak yang belum baligh sangat butuh perhatian lebih dan kasih sayang dari orangtuanya. Dimana masa kecilnya adalah waktu mendapatkan perhatian dari orang tua. Hal ini akan berbeda jika ia telah masuk ke pondok pesantren. Saat ia diberikan perhatian oleh para pengajar ustadz dan ustadzah.Batas usia anak tidak boleh dipisahkan dengan orangtuanya adalah sampai usia baligh, sebagaimana dalam hadits berikut. Sahabat Ubadah bin Shamit radhiallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam melarang memisahkan antara ibu dan anaknya. Ada yang bertanya pada beliau, ‘Wahai Rasulullah, sampai kapan?’ Beliau menjawab, ‘Sampai mencapai baligh bila laki-laki dan haidh bila perempuan.’”BACA JUGA: Standar Mutu Pesantren Bakal Diterapkan, Ini BocorannyaTapi jika memang ada mashlahat yang lebih banyak, berdasarkan musyawarah yang matang, bisa saja anak yang belum baligh dimasukan full pondok pesantren. Tetapi perlu diingat hukum asalnya anak-anak yang belum baligh sebaiknya bersama kasih sayang orang tua.Demikian juga semisal anak laki-laki yang akan masuk Usia SMP/SLTP mungkin akan menjelang usia baligh (tetapi belum baligh), bisa dipertimbangkan masuk full pondok pesantren.Mohon diperhatikan beberapa hadits-hadits berikut yang memberikan faidah bahwa ibu (orang tua) tidak diperkenankan berpisah dengan anaknya terutama yang masih belum baligh. Hal ini menunjukkan pentingnya perhatian kasih sayang dan kedekatan orang tua terutama ibu pada anak yang masih belum baligh.Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Barangsiapa memisahkan antara ibu dan anaknya, maka Allah akan memisahkan dia dan orang yang dicintainya kelak di hari kiamat.” []SUMBER: MUSLIM.OR.ID
Islampos.com
Pendidikan dalam Perspektif Islam, dan 3 Cara Mendidik Anak Secara Islami
PENDIDIKAN adalah salah satu tonggak peradaban. Berhasilnya suatu generasi sangan tergantung dengan cara generasi tersebut dididik.
Dalam Islam sendiri pendidikan menjadi modal pertama, seperti perintah Allah kepada Rasulullah untuk membaca. Lalu bagaimana cara mendidik anak sesuai dengan ajaran Islam?
Allah SWT memerintahkan sebagian hambanya untuk berpengetahuan. Surah At-Taubah ayat 122:
۞ وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَاۤفَّةًۗ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَاۤىِٕفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوْا فِى الدِّيْنِ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْٓا اِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُوْنَ ࣖ ١٢٢
Artinya: “Tidak sepatutnya orang-orang mukmin pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi (tinggal bersama Rasulullah) untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya?”
BACA JUGA: Peran Seorang Guru yang Ideal dalam Dunia Pendidikan
Pendidikan dalam Perspektif Islam
Mengutip buku Dasar-dasar Pendidikan Islam karya Ismail, pendapat yang dikemukakan oleh Langgulung (1997), pendidikan Islam terbagi menjadi delapan istilah, di antaranya yaitu:
At-Tarbiyyah Ad-Din (Pendidikan keagamaan), At-Ta’lim fil Islamy (Pengajaran keislaman), Tarbiyyah Al-Muslimin (Pendidikan orang-orang islam), At-tarbiyyah fil Islam (Pendidikan dalam islam), At-Tarbiyyah ‘inda Muslimin (Pendidikan dikalangan Orang-orang Islam), dan At- Tarbiyyah Al-Islamiyyah (Pendidikan Islami).
Selain itu, menurut Prof. Dr. Muhammad Athiyah Al-Abrasyi pendidikan ada tiga macam, yakni:
1. Pendidikan Khuttab
Pendidikan yang fokusnya mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anak untuk sekedar membaca, menulis, dan menghafal Al-Qur’an.
2. Pendidikan Umum
Lembaga-lembaga pendidikan Islam yang mengelola pendidikan secara formal seperti madrasah, pondok pesantren. Bisa juga informal seperti pendidikan keluarga.
3. Pendidikan Khusus
Model pendidikan yang secara khusus untuk mengajar siswa tertentu yang sedikitnya berjumlah satu orang atau lebih.
Allah SWT berfirman melalui Surah Az-Zariat Ayat 56:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ ٥٦
Artinya: “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.”
Wahyudi Al-Fatih dalam bukunya Serial Parenting Praktis: Sukses Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam, menjelaskan maksud ayat di atas bukan hanya menyuruh manusia beribadah secara vertikal.
Beribadah juga mencakup aspek muamalah, sehingga dengan ilmunya, generasi muda (anak-anak) kelak bisa bermanfaat untuk lainnya. Kemudian dilanjutkan dengan surah Al-Mujadilah ayat 11:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ ١١
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, “Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Ayat di atas menegaskan pentingnya ilmu bagi manusia, khususnya bagi anak-anak, Allah SWT menjanjikan derajat yang tinggi bagi hambanya yang berilmu. Oleh karena itu, selain mempunyai bekal ilmu agama, anak-anak juga perlu dididik ilmu-ilmu lainnya sebagai alat mendekatkan dirinya kepada Allah.
Cara Mendidik Anak Menurut Islam
101 Rahasia Mendidik Anak Saleh dan Salihah karya Ipnu Rinto Nugroho, inilah beberapa cara mendidik anak menurut Islam.
1. Memperkenalkan kepada Anak Bahwa Allah SWT Itu Ada
Orang tua harus memberitahukan kepada anaknya bahwa Allah SWT itu ada dan menciptakan alam semesta, sebagaimana dalam surah As-Sajdah ayat 4:
اَللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوٰى عَلَى الْعَرْشِۗ مَا لَكُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّلِيٍّ وَّلَا شَفِيْعٍۗ اَفَلَا تَتَذَكَّرُوْنَ ٤
Artinya: “Allah adalah Zat yang menciptakan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy. Bagimu tidak ada seorang pun pelindung dan pemberi syafaat selain Dia. Maka, apakah kamu tidak memperhatikan?”
2. Mendidik Anak untuk Mentauhidkan Allah SWT
Anak-anak harus didik untuk mengingat Allah SWT, sehingga didalam hatinya hanya ada Allah, dan membuatnya ringan ibadah.
Islam dan tauhid tidak bisa dipisahkan, seorang muslim harus mempunyai ketauhidan yang berkualitas. Muslim tidak bisa mengaku Islam, tetapi berserah diri kepada selain Allah.
3. Mengajarkan kepada Anak Bahwa Allah yang Mengatur Rezeki
Tidak boleh mengajarkan kepada anak kalau rezeki datangnya dari manusia. Harus memberitahu kepada anak-anak bahwa rezeki datangnya dari Allah SWT.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah Al-Hud ayat 6
۞ وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ ٦
Artinya: “Tidak satu pun hewan yang bergerak di atas bumi melainkan dijamin rezekinya oleh Allah. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).”
BACA JUGA: Pengaruh Pemikiran K.H. Hasyim Asyari terhadap Pendidikan Islam
Pendidikan anak dengan kasih sayang ini juga tertuang dalam Al-Qur’an surah Luqman ayat 11, 17 dan 18. Menurut laman Kemenag, pada ayat 11 menjelaskan bagaimana Luqman berlaku lembut dalam menasihati anaknya dengan menggunakan kata, “Wahai anakku..”
Begitupun pada ayat 17 dan 18 Luqman mendidik anaknya dengan penuh kasih sayang dan nasihat ini pun sesuai hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:
“Dari Umar bin Abu Salamah r.a berkata: “Ketika masih kecil aku pernah berada dalam pengawasan Rasulullah SAW dan tanganku bergerak mengulur ke arah makanan yang ada di dalam piring. Maka Rasulullah SAW berkata kepadaku, “Wahai anak, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu.” []
SUMBER: DETIK