Tag:
pencabulan
Hidayatullah.com
Mencabuli Anak-anak Inuit Pendeta Oblat Maria Imakulata ini Sampai Tua Tak Kunjung Dipecat
Hidayatullah.com– Sementara para negosiator sedang berunding untuk mewujudkan gencatan senjata antara Hama dan Israel di Gaza, pemukim Yahudi di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Zionis mengaku takut daerah tempat mereka akan menjadi ajang peperangan pasukan Israel dengan Hizbullah Libanon.
Sementara peperangan berkobar di Gaza, Hizbullah Libanon dan pasukan Zionis saling melempar serangan hampir setiap hari.
Israel memperingatkan Hizbullah agar berhenti dan menuntut penarikan pasukan mereka dari area utara Sungai Litani di Libanon, sekitar 30 kilometer jauhnya dari perbatasan yang dikawal patroli pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan pekan ini bahwa gencatan senjata dengan Gaza tidak akan menghentikan operasi pasukan Israel di utara – perbatasan dengan Libanon.
Hari Senin pekan ini, untuk pertam kalinya dalam kurun beberapa tahun, pasukan Israel melancarkan serangan atas kota Baalbek, sekitar 100 kilometer dari perbatasan utara wilayah pendudukan Zionis.
Pasukan Hizbullah membalas serangan itu dengan menghujani roket ke bagian utara dari wilayah pendudukan Israel.
Ditza Alon dan suaminya Arye, pasangan suami-isteri warga Israel yang tinggal di daerah Dataran Tinggi Golan, mengaku takut apabila pecah peperangan dengan Hizbullah, meskipun mereka memaklumi jika itu terjadi.
Ditza mengatakan bahwa dirinya memperkirakan begitu pasukan Israel usai bertempur di Gaza, pasti akan ada keributan di utara.
Arye mengatakan bahwa perang dengan Hizbullah pasti akan terjadi, hanya tinggal menunggu waktu, dan menurutnya peperangan itu perlu terjadi.
“Kami yakin peperangan akan terjadi karena Hizbullah sama dengan Hamas, mereka seperti saudara,” katanya kepada jurnalis AFP yang menemuinya di kawasan cagar alam Nahal Orvim di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel, sekitar 10 kilometer dari perbatasan dengan Libanon.
Apabila Hizbullah tidak didorong menjauhi Sungai Litani, maka “apa yang terjadi di Gaza” akan terjadi pula di bagian utara, “mungkin tidak besok, tetapi lima atau 10 tahun lagi”, kata Arye seperti dikutip AFP (29/2/2024).
“Kami memahami bahwa apabila tidak terjadi perang … maka apa yang terjadi di Gaza akan terulang lagi,” kata Ditza, merujuk pada serangan Hamas awal Oktober 2023 atas wilayah pemukiman Yahudi dekat Gaza.
“Di sisi lain, kami tahu apabila terjadi perang… maka akan ada perang besar dan banyak prajurit dan warga sipil yang mati,” imbuhnya.Dakwah Media BCA - Green.notice-box-green {
border: 2px solid #28a745; /* Green border color */
background-color: #d4edda; /* Light green background color */
padding: 15px;
margin: 20px;
border-radius: 8px;
font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */
text-align: center; /* Center the text */
}Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/Gallant, dalam kunjungannya ke pasukan Israel yang ditempatkan di utara pekan ini, mengatakan gencatan senjata di Gaza tidak akan menyurutkan tekad Israel untuk mengusir Hizbullah dari selatan Libanon.
Gallant tidak mengindahkan seruan Amerika Serikat dan Prancis yang mendesak agar pertikaian di kawasan itu diselesaikan lewat perundingan.
“Kami akan melakukannya dengan kekuatan senjata,” tegas Gallant.
Amir Avivi, seorang pensiunan brigadir jenderal tentara Israel, juga mengatakan gencatan senjata di Gaza tidak akan mengubah apapun.
“Mereka mungkin akan menghormati gencatan senjata itu, tetapi kami tidak akan menghormati gencatan senjata dengan Hizbullah,” katanya kepada AFP.
Setelah Rafah di selatan Gaza, Avivi mengatakan, target selanjutnya dari pasukan Israel adlah Hizbullah.*
Hidayatullah.com
Kardinal Katolik Orang Dekat Paus Fransiskus Didakwa Mencabuli Remaja Putri
Hidayatullah.com– Kardinal Katolik Gerald Lacroix didakwa di Kanada dengan tuduhan mencabuli seorang remaja putri, yang menjadi bagian dari gugatan class action terhadap Keuskupan Quebec, menurut dokumen pengadilan hari Kamis (25/1/2024).
Lacroix yang sekarang berusia 66 tahun menghadapi tuduhan pencabulan yang terjadi di tahun 1987 dan 1988 ketika korban berusia 17 tahun, kata pengacara Alain Arsenault yang menangani kasus itu kepada AFP.
Arsenault mengatakan para korban sekarang merasa lebih bebas untuk berbicara, sementara mereka yang menjadi tertuduh “sejak lama sudah dilindungi “. Dia berharap akan ada lebih banyak lagi korban yang muncul dan ikut mengajukan gugatan bersama-sama.
Lacroix, yang dikenal dekat dengan Paus Fransiskus, telah menjabat sebagai uskup agung Quebec sejak 2011 dan ditetapkan sebagai seorang kardinal sejak 2014. Sejak tahun lalu dia menjadi bagian dari Council of Cardinal Advisors, sekumpulan penasihat Paus yang rutin berkumpul di Vatikan.
Gugatan hukum tersebut, yang pertama kali diajukan pada tahun 2022 dan sudah diperbarui, menampilkan kesaksian dari 147 orang yang mengklaim dicabuli oleh lebih dari 100 pendeta di wilayah keuskupan Quebec. Sebagian rohaniwan pelaku pencabulan memiliki jabatan tinggi, kata firma hukum Arsenault dalam sebuah pernyataan.
Berkas gugatan yang diperbarui memuat kesaksian dari 46 korban tambahan dan menyebut belasan nama tersangka baru.
Jubir Keuskupan QuebecValerie Roberge-Dion dalam sebuah pernyataan mengatakan, “Kami masih terkejut dan berusaha untuk memahami perkembangan baru kasus ini.”
Dalam gugatan asli, Kardinal Marc Ouellet dituduh mencabuli seorang pegawai magang wanita dari tahun 2008 sampai 2010.
Ouellet, yang bersikukuh menolak tuduhan dan menyatakannya sebagai pencemaran nama baik, akhirnya mengundurkan diri pada Januari 2023 dari jabatannya di Vatikan dengan alasan usia.
Sejak Paus Fransiskus terpilih untuk memimpin Vatikan pada 2013, sedikitnya tiga kardinal lain termasuk Ouellet menghadapi tuduhan serangan seksual.
Pada akhir 2022, Kardinal Prancis Jean-Pierre Ricard, bekas uskup agung Bordeaux, mengaku “bertindak tidak patut” terhadap seorang wanita muda 35 tahun silam, menciuminya dan meraba-rabanya.
Pihak kejaksaan di Prancis akhirnya menutup dakwaan Jean-Pierre Ricard disebabkan kasus dianggap sudah kadaluarsa menurut hukum, tatapi penyelidikan oleh Vatikan masih terus berlangsung.
Pada 2019, Paus Fransiskus mencopot jugah kependekan Theodore McCarrick, yang kala itu menjabat keuskupan Washington. Hasil penyelidikan oleh Vatikan mendapati bahwa dia secara sembunyi-sembunyi melakukan kontak seksual dengan sejumlah peserta didik seminari dan sedikitnya satu anak di bawah umur.Dakwah Media BCA - Green.notice-box-green {
border: 2px solid #28a745; /* Green border color */
background-color: #d4edda; /* Light green background color */
padding: 15px;
margin: 20px;
border-radius: 8px;
font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */
text-align: center; /* Center the text */
}Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/Paus Fransiskus memasukkan penanganan kasus seksual di lingkungan Gereja Katolik sebagai program kerjanya. Dia mendirikan sebuah komisi khusus guna menyelidiki kasus pedofilia, menyingkap tabir yang menutupi kasus-kasus seksual di lingkungan Gereja Katolik di seluruh dunia selama puluhan tahun.
Para pejabat gereja diharuskan menyerahkan laporan kasus-kasus seksual yang terjadi di wilayah kerjanya. Namun, apa yang diungkapkan selam sesi pengakuan dosa masih dianggap privasi dan tidak dapat diungkap ke pihak lain.*
Hidayatullah.com
Komisi Anti-Inses: Tiap 3 Menit Satu Anak Dicabuli di Prancis
Hidayatullah.com– Sebuah komisi independen anti-inses dan kekerasan seksual terhadap anak di Prancis, hari Jumat (17/11/2023), mengeluarkan puluhan rekomendasi untuk pemerintah guna melindungi anak-anak dari pencabulan dan predator seks.
Laporan setebal 755 halaman berisi 82 rekomendasi itu dibuat oleh Independent Commission indépendante sur l’inceste et les violences sexuelles faites aux enfants (Ciivise), setelah selama tiga tahun melakukan investigasi, interview dan analisis. Komisi itu dipimpin oleh Édouard Durand, seorang hakim yang biasa menangani perkara anak yang bermasalah dengan hukum.
Ciivise – yang beranggotakan 25 orang termasuk ahli hukum, psikolog, perwakilan polisi dan aktivis – mengatakan seorang anak dicabuli setiap tiga menit.
Laporan itu disusun berdasarkan pada sekitar 30.000 testimoni.
Ciivise ingin perawat dan dokter sekolah melakukan pemeriksaan dan pencegahan rutin tahunan terhadap anak-anak, guna mengurangi jumlah korban kekerasan seksual yang setiap tahunnya mencapai angka 160.000 di Prancis saja, lansir RFI.
Komisi juga ingin agar ditelusuri apakah telah terjadi kejahatan seksual dalam situasi seperti kehamilan remaja dan rawat inap pasien percobaan bunuh diri.
Komisi mengatakan bahwa 70 persen laporan kekerasan seksual atau pencabulan terhadap anak tidak diproses lebih lanjut, dan mendorong peningkatan keterlibatan pihak peradilan.
Komisi menilai statuta pembatasan kasus pencabulan atau kekerasan seksual terhadap anak perlu dihapus, seperti yang dilakukan Swedia, Norwegia, Belgia dan Kanada, supaya tetap bisa diadili meskipun peristiwanya sudah lama berlalu.
Ciivise juga menuding pemerintah Prancis tidak memberi kepastian pada masa depan komisi setelah akhir tahun ini. Komisi meminta agar misi mereka terus berlanjut.
Presiden Prancis Emmanuel Macron meluncur komisi itu pada Januari 2021 sebagai reaksi dari gerakan #MeTooInceste yang dipicu oleh buku karya Camille Kouchner berjudul “La Familia Grande”, yang menceritakan pencabulan atau kejahatan seksual yang dilakukan terhadap saudara lelakinya oleh ayah tirinya ilmuwan politik ternama Prancis, Olivier Duhamel.*
Hidayatullah.com
Komisi Independen: Rohaniwan Gereja Katolik di Spanyol Mencabuli >200.000 Anak
Hidayatullah.com– Lebih dari 200.000 anak diperkirakan menjadi korban pencabulan atau kejahatan seksual yang dilakukan oleh para rohaniwan Katolik Roma di Spanyol sejak 1940, menurut sebuah komisi independen.Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/Laporan tersebut tidak menyebutkan jumlah pasti, tetapi mengatakan bahwa hasil pertanyaan yang diajukan kepada lebih dari 8.000 orang dewasa menunjukkan 0,6 persen dari mereka mengaku pernah mengalami kejahatan seksual oleh pendeta atau rohaniwan gereja saat masih kanak-kanak. Angka itu setara dengan sekitar 200.000 dari populasi dewasa Spanyol yang berjumlah 39 juta.
Proporsinya naik menjadi 1,13 persen – setara lebih dari 400.000 orang – jika ditambahkan pelakunya orang awam (selain kalangan rohaniwan) yang bekerja untuk gereja. Demikian menurut ombudsman nasional Spanyol, Ángel Gabilondo, dalam konferensi pers yang digelar untuk mengumumkan hasil temuan komisi, lapor AFP Jumat (27/10/2023).
Kurun 20 tahun terakhir, Gereja Katolik Roma diguncang oleh rentetan skandal seksual di seluruh dunia, yang korbannya kerap anak-anak.
Di Spanyol, negara kerajaan yang secara tradisional menganut Katolik tetapi belakangan semakin sekuler, baru beberapa tahun terakhir saja masalah pencabulan yang terjadi di lingkungan gereja menjadi perhatian serius.
“Sayangnya, selama bertahun-tahun ada keinginan tertentu untuk menyangkal adanya pelanggaran atau keinginan untuk menyembunyikan atau melindungi para pelaku,” kata Gabilondo, yang pernah menjabat menteri pendidikan.
Parlemen Spanyol pada Maret 2022 secara bulat sepakat untuk pembentukan sebuah komisi independen yang dipimpin oleh ombudsman guna mengungkap kasus-kasus kejahatan seksual di lingkungan gereja Katolik.
Gereja Katolik Spanyol , yang selama bertahun-tahun tidak mau melakukan penyelidikan sendiri dan memilih untuk menyembunyikan skandal, menolak untuk ambil bagian dalam investigasi independen tersebut, meskipun mereka bersedia memberikan dokumen-dokumen terkait kasus seksual yang tercatat oleh pihak keuskupan.
Ketika tekanan politik semakin kuat, pada Februari 2022 Gereja Katolik Spanyol menyewa firma hukum swasta untuk melakukan “audit” terhadap kasus-kasus seksual para pendeta dan rohaniwan serta orang-orang yang berkaitan dengan gereja di masa lalu. Tugas mereka diharapkan selesai pada akhir tahun ini.
Pada bulan Juni, Gereja Katolik Spanyol mengatakan pihaknya menemukan 927 kasus pencabulan terhadap anak melalui saluran pengaduan yang diluncurkan pada 2020. Pihak gereja berdalih pihaknya sudah membuat protokol khusus untuk menangani kasus-kasus kejahatan seksual terhadap anak di lingkungan keuskupannya.
Akan tetapi, investigasi yang dilakukan oleh media cetak terbesar si Spanyol El Pais yang dilakukan sejak 2018 menemukan 2.206 korban dan 1.036 tersangka pelaku kekerasan sejak tahun 1927.
“Menurut para ahli, ini hanyalah puncak gunung es,” tulis surat kabar tersebut pada hari Jumat (27/10/2023) sebelum laporan komisi independen tersebut diumumkan.
Skandal seksual di lingkungan gereja-gereja Katolik mencuat ke panggung internasional pada tahun 2002 ketika surat kabar Boston Globe mengungkapkan bahwa para pendeta telah melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak selama berpuluh-puluh tahun dan para pejabat dan pemimpin gereja dengan sengaja menutupinya.
Pola serupa kemudian terungkap dan dilaporkan terjadi secara meluas di Amerika Serikat dan Eropa, di Chile dan Australia, yang kemudian mendorong banyak orang memilih keluar dari keanggotaan mereka sebagai jemaat Gereja Katolik.
Sebuah komisi independen di Prancis menemukan pada 2021 bahwa 216.000 anak – kebanyakan laki-laki – mengalami pencabulan oleh pendeta atau rohaniwan gereja sejak 1950.
Di Jerman, hasil studi menemukan 3.677 kasus kejahatan seksual antara 1946 dan 2014.
Di Irlandia lebih dari 14.500 orang menerima kompensasi melalui skema pemerintah karena pernah menjadi korban kejahatan seksual saat mereka tinggal di fasilitas anak-remaja yang dikelola oleh Gereja Katolik.*