Tag:

PAZ Al Kasaw

Tiga Terapis Perintis PAZ Al Kasaw: Tukang Dawet, Ahli Bekam dan Ustaz

Jakarta (SI Online) – Beragam latar belakang seseorang menjadi seorang Paztrooper. Ada yang karena menderita penyakit dalam dirinya, ada yang berniat menerapi anggota keluarganya, bahkan ada yang awalnya hanya mengantarkan kerabatnya terapi di PAZ Al Kasaw.Seperti yang dialami tiga orang terapis senior PAZ Al Kasaw: Tri Haryanto, Sukirno dan Adi Bayu Nugroho. Ketiga orang yang merupakan didikan langsung founder utama PAZ, almarhum Ustaz Haris Moedjahid. Mereka mengenal PAZ karena menderita sakit.Tri Haryanto, panggilan akrabnya Mas Tri. Ia dikenal sebagai tukang dawet. Orang mengenalnya Mas Tri Dawet. Ia mengaku memiliki keluhan asma dan syaraf kejepit akibat jatuh berkuda.Suatu hari, Mas Tri diberitahu sang istri. Ada kabar dari media sosial tentang terapi yang bisa mengatasi masalah asma dalam waktu lima menit. Ia pun mengaku tertarik. ia mengaku, selama ini telah mencoba berbagai cara pengobatan.Baca juga:“Saya kemudian daftar terapi lewat Pak Bilal. Lalu diterapi, alhamdulillah langsung merasakan perubahan,” ungkap Mas Tri saat berbincang di Ayub Camp, Klaten, Jateng, akhir pekan lalu.Tri Haryanto atau Mas Tri PAZ.Ketika diadakan pelatihan pertama pada November 2018 di Masjid Agung Klaten, Mas Tri dan istri pun ikut. Usai dilatih Ustaz Haris, mereka diberi tugas untuk mencari 100 ‘guru’, istilah untuk pasien. Maka, didaftarlah nama-nama kerabat dan teman yang memiliki penyakit untuk diterapi.“Saat itu kita ada saudara yanag menderita stroke sudah lima tahun. Tapi kita pelan-pelan ngomongnya. Lha wong biasanya buat cendol kok sekarang mau nerapi,” kenang Mas Tri.Tak hanya itu, demi mendapatkan ‘guru’, ia mengaku shalat di masjid yang berbeda-beda. Tujuannya, mencari orang shalat yang duduk di atas kursi. Dengan cara itu akhirnya grup yang dibina langsung Ustaz Haris itu mendapatkan 121 guru alias pasien.Singkat cerita, Mas Tri kemudian menjadi satu dari tiga terapis perintis yang dipercaya menggantikan Ustaz Haris untuk melakukan mengobatan usai sesi materi dalam pelatihan. Jika ada pasien yang tidak selesai ditangani para terapis perintis, baru diserahkan kepada Ustaz Haris.“Sampai Ustaz Haris tiada (wafat, red) kita masih menjaga di ruang terapi,” kata dia.Karena telah menjadi terapis, Mas Tri mengaku julukan orang pada dirinya akhirnya berubah. ‘Brand’ Mas Tri Dawet berubah menjadi Mas Tri PAZ.Hal yang sama juga dialami Sukirno. Lelaki yang juga penggemar olahraga berkuda ini mengaku memiliki keluhan hernia dan wasir. Usai diterapi PAZ, kata dia, penyakitnya itu sembuh.1 2Laman berikutnya

Geliat Paztrooper di Pelosok Negeri

Jakarta (SI Online) – Alumni pelatihan pengobatan metode Pengobatan Akhir Zaman (PAZ) Al Kasaw kini telah menyebar di mana-mana. Bukan hanya Indonesia, tapi juga sampai Malaysia.Melakukan pelatihan dari kota ke kota sejak akhir 2018 hingga saat ini, alumni pelatihan PAZ Al Kasaw disebut telah mencapai 18 ribu orang. Mereka tersebar dari Aceh hingga Nusa Tenggara.Tidak hanya membuka peluang bagi masyarakat luas, PAZ Al Kasaw juga menjalin kerjasama dengan ormas Islam Hidayatullah. Bentuknya, Tim PAZ melatih para dai Hidayatullah yang hendak dikirim ke berbagai pelosok Nusantara.Baca juga: PAZ Al Kasaw, Bermula dari Masjid Agung Al-Aqsha KlatenDengan terus menyebarnya para alumni dan untuk terus dapat melakukan pembinaan kepada mereka, maka dibentuklah organisasi alumni sekaligus organisasi profesi bernama Perkumpulan Alumni Pelatihan Kesehatan Al Kasaw (PAPKA).PAPKA kini dipimpin Faizal Arif Musyafa, seorang Paztrooper muda alumni pelatihan di Semarang pada Februari 2019. Sebelum menjadi seorang terapis, Faiz terlebih dahulu terjun di dunia bisnis.Menurut Faiz, sapaan akrab Faizal Arif Musyafa, PAPKA didirikan sejak 2020 di Magelang. Fokus kegiatan organisasi adalah pembinaan alumni.Dari 18 ribu alumni pelatihan PAZ, disebut ada sekitar 4600 orang yang tergabung di PAPKA. Mereka tersebar di 105 Cabang (tingkat kabupaten/kota) di 20 wilayah (Provinsi) di Indonesia.“Organisasi kita lengkap, ada pengurus ada anggota. Administrasinya tertib,” ungkap Faiz saat berbincang dengan sejumlah wartawan di Ayub Camp, Klaten, Jawa Tengah, akhir pekan lalu.Pembinaan kepada anggota PAPKA, kata Faiz, dilakukan secara rutin tiap bulan di masing-masing cabang. Bahkan ada juga di daerah tertentu yang ‘kopdar’ pembinaannya lebih dari sekali dalam sebulan.“Di Banyumas diadakan hampir empat kali dalam sebulan, di Semarang, Klaten, sebulan sekali. Itu ada laporannya, kita pantau terus,” kata dia.Menurut Faiz, seorang Paztrooper, usia mengikuti pelatihan dasar (basic) selama dua hari harusnya sudah bisa langsung praktik terapi. Namun biasanya belum siap secara mental. Oleh karena itu dibuatlah mentoring.PAPKA akan mendampingi para Paztrooper itu antara tiga hingga enam bulan. Mereka dilatih dan diuji hingga siap mengikuti uji kompetensi secara nasional. Bukan hanya keterampilan terapis PAZ, para alumni juga diwajibkan untuk bisa membaca Al-Qur’an.1 2Laman berikutnya

Mengenal Metode Pengobatan PAZ Al-Kasaw

Jakarta (SI Online) – Sebagai bagian dari cara pengobatan tradisional, Pengobatan Akhir Zaman (PAZ) Al Kasaw menggunakan pendekatan alamiah, bukan cara medis. Namun demikian mereka sama sekali tidak memusuhi ilmu kedokteran atau medis.Sehingga, adanya anggapan bahwa PAZ Al Kasaw memusuhi dokter dan ilmu kedokteran adalah keliru. PAZ mengakui, ilmu kedokteran merupakan ilmu yang di dalamnya terdapat banyak sekali manfaat. Bahkan kedokteran modern saat ini tak bisa lepas dari kontribusi para dokter muslim di era kejayaan Islam.Hanya saja, PAZ Al Kasaw mengaku memiliki sejumlah kritik serta beberapa pandangan yang berbeda dengan ilmu medis.“PAZ Al Kasaw hanya menekankan komitmennya dalam pengobatan tidak mempergunakan pemahaman serta alat-alat yang dipergunakan oleh medis,” ungkap salah satu pendiri PAZ Al Kasaw Anjrah Ari Susanto, saat berbincang dengan sejumlah wartawan, di Ayub Camp, Klaten, Jawa Tengah, akhir pekan lalu.Baca juga: PAZ Al Kasaw, Bermula dari Masjid Agung Al-Aqsha KlatenAndaipun pada suatu kondisi membutuhkan peralatan, kata Anjrah, alat-alat tersebut hanya bersifat sebagai pembantu yang tidak selalu wajib ada atau digunakan.“Metode pengobatan PAZ menggunakan tangan kosong saja. Paztrooper bermodal dirinya saja,” lanjutnya.Founder, Penyusun Buku sekaligus Bagian Marketing PAZ Al Kasaw, Anjrah Ari Susanto.Menurut Anjrah, para terapis PAZ Al Kasaw yang akrab disebut “Paztrooper” sudah dibekali pengetahuan dan standar operasional (SOP) untuk tidak menangani segala macam pasien yang datang.Karena tidak anti terhadap kedokteran, maka jangan heran jika pasien dan pelatihan PAZ Al Kasaw juga diikuti oleh sejumlah kalangan medis, seperti bidan dan dokter. Bahkan seorang dokter spesialis bedah senior di Yogyakarta juga menjadi seorang Paztrooper.Hanya, kata Haryanto Bilal -satu dari tiga founder PAZ AL Kasaw- saat pelatihan, ada dokter yang saat berteriak yel-yel slogan PAZ: Sehat tanpa operasi, tanpa obat, tanpa alat, dokter tersebut diam. “Tapi saat ‘tanpa jimat’ beliau teriak keras,” kata Bilal sembari tersenyum.Cara PAZ Al Kasaw Mengenali PenyakitPAZ Al Kasaw membagi tubuh manusia terdiri dari dua bagian saja, yakni tulang (rangka) dan non tulang.Selain terinspirasi dari Surat Al Mukminun ayat 14, kebetulan sang founder utama PAZ Al Kasaw, Ustaz Haris Moedjahid, juga seorang sarjana di bidang Aeronoutical Engineering (spesialisasi struktur dan rangka pesawat terbang) dari Belanda.Berangkat dari konsep tentang tulang (rangka), menurut PAZ, penyakit yang diderita manusia penyebabnya hanya empat saja: kekendoran, kekencengan, melintir, dan kombinasi dari ketiganya.

Metode Pengobatan PAZ Al-Kasaw Tidak Anti Kedokteran

Jakarta (SI Online) – Sebagai bagian dari cara pengobatan tradisional, Pengobatan Akhir Zaman (PAZ) Al Kasaw menggunakan pendekatan alamiah, bukan cara medis. Namun demikian mereka sama sekali tidak memusuhi ilmu kedokteran atau medis.Sehingga, adanya anggapan bahwa PAZ Al Kasaw memusuhi dokter dan ilmu kedokteran adalah keliru. PAZ mengakui, ilmu kedokteran merupakan ilmu yang di dalamnya terdapat banyak sekali manfaat. Bahkan kedokteran modern saat ini tak bisa lepas dari kontribusi para dokter muslim di era kejayaan Islam.Hanya saja, PAZ Al Kasaw mengaku memiliki sejumlah kritik serta beberapa pandangan yang berbeda dengan ilmu medis.“PAZ Al Kasaw hanya menekankan komitmennya dalam pengobatan tidak mempergunakan pemahaman serta alat-alat yang dipergunakan oleh medis,” ungkap salah satu pendiri PAZ Al Kasaw Anjrah Ari Susanto, saat berbincang dengan sejumlah wartawan, di Ayub Camp, Klaten, Jawa Tengah, akhir pekan lalu.Baca juga: PAZ Al Kasaw, Bermula dari Masjid Agung Al-Aqsha KlatenAndaipun pada suatu kondisi membutuhkan peralatan, kata Anjrah, alat-alat tersebut hanya bersifat sebagai pembantu yang tidak selalu wajib ada atau digunakan.“Metode pengobatan PAZ menggunakan tangan kosong saja. Paztrooper bermodal dirinya saja,” lanjutnya.Founder, Penyusun Buku sekaligus Bagian Marketing PAZ Al Kasaw, Anjrah Ari Susanto.Menurut Anjrah, para terapis PAZ Al Kasaw yang akrab disebut “Paztrooper” sudah dibekali pengetahuan dan standar operasional (SOP) untuk tidak menangani segala macam pasien yang datang.Karena tidak anti terhadap kedokteran, maka jangan heran jika pasien dan pelatihan PAZ Al Kasaw juga diikuti oleh sejumlah kalangan medis, seperti bidan dan dokter. Bahkan seorang dokter spesialis bedah senior di Yogyakarta juga menjadi seorang Paztrooper.Hanya, kata Haryanto Bilal -satu dari tiga founder PAZ AL Kasaw- saat pelatihan, ada dokter yang saat berteriak yel-yel slogan PAZ: Sehat tanpa operasi, tanpa obat, tanpa alat, dokter tersebut diam. “Tapi saat ‘tanpa jimat’ beliau teriak keras,” kata Bilal sembari tersenyum.Cara PAZ Al Kasaw Mengenali PenyakitPAZ Al Kasaw membagi tubuh manusia terdiri dari dua bagian saja, yakni tulang (rangka) dan non tulang.Selain terinspirasi dari Surat Al Mukminun ayat 14, kebetulan sang founder utama PAZ Al Kasaw, Ustaz Haris Moedjahid, juga seorang sarjana di bidang Aeronoutical Engineering (spesialisasi struktur dan rangka pesawat terbang) dari Belanda.Berangkat dari konsep tentang tulang (rangka), menurut PAZ, penyakit yang diderita manusia penyebabnya hanya empat saja: kekendoran, kekencengan, melintir, dan kombinasi dari ketiganya.

PAZ Al Kasaw, Bermula dari Masjid Agung Al-Aqsha Klaten

Jakarta (SI Online) – Penjenamaannya menarik. Membuat banyak orang bertanya-tanya. Tak sedikit pula yang mengritik. Baik dari kalangan medis maupun sebagian kecil kalangan ulama. Slogannya, “sehat tanpa operasi, tanpa alat, tanpa obat, dan tanpa jimat.”Pengobatan Akhir Zaman Metode Al Kasaw disingkat PAZ Al Kasaw. Dikritik oleh kalangan medis, karena menurut mereka metode ini belum ilmiah. Belum ada jurnal yang membahasnya. Dikritik oleh ulama tertentu dari kelompok Islam tertentu karena teknik-teknik pengobatan yang diajarkan disebut terinspirasi dari ayat-ayat Al-Qur’an.Menjawab berbagai penasaran mengenai pengobatan alternatif beragam penyakit manusia ini, selama dua hari dua malam, Suara Islam Online melakukan liputan mengenai PAZ Al Kasaw ke kantor pusatnya di Ayub Camp, Jl. KH Ahmad Dahlan, Belang Wetan, Klaten Utara, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.Hasil liputan Suara Islam Online, akan disajikan kepada pembaca budiman melalui empat serial. Selama membaca.“PAZ itu adalah keterampilan, seperti bersepeda dan berenang. Teorinya bisa dipelajari satu dua jam. Agar sampai mahir harus tetap dilatih.”Demikian adalah ungkapan sederhana dari Ustaz Haris Moedjahid, sapaan akrab dari pemilik nama asli Aris Hidayat, seorang aktivis pergerakan Islam yang bersekolah di Belanda, mengenai metode pengobatan yang ditemukannya. Haris sekaligus merupakan founder utama PAZ Al Kasaw.Almarhum Ustaz Haris Moedjahid, founder utama PAZ Al Kasaw.Sebelum sekolah ke Belanda, Haris, pria kelahiran Bandung, 9 September 1967 ini, disebut sempat masuk di Institute Teknologi Bandung (ITB). Tetapi, ia kemudian lolos seleksi pengiriman mahasiswa ke luar negeri, sehingga membuatnya belajar di Technische Universiteit Delft, jurusan aeronoutical enginering.Haris lama tinggal di Belanda. Ia menjadi seorang pengusaha. Namun, kondisi kedua orang tuanya yang menderita sakit maka ia putuskan untuk kembali ke Indonesia. Sang ibu menderita stoke, dan ayah menderita sakit jantung. Haris sendiri sejak kecil sebenarnya juga sakit-sakitan.Berbagai cara dilakukan untuk menyembuhkan penyakit kedua orang tuanya. Bukan hanya melalui jalur medis, ia sendiri akhirnya belajar banyak sekali metode pengobatan tradisional. Dalam dan luar negeri.Anjrah Ari Susanto, satu dari tiga founder PAZ Al Kasaw saat berbincang dengan Suara Islam Online, akhir pekan lalu bercerita, Haris terdorong untuk belajar metode pengobatan alternatif itu karena didorong rasa prihatinnya terhadap sebagian besar masyarakat yang menderita penyakit seperti yang diderita kedua orang tuanya.“Ini kalau yang sakit orang yang tidak berpunya, bagaimana nasibnya? Harus ada solusi yang lebih baik, lebih murah, lebih terjangkau. Dan Islam pasti punya solusi,” pikir Haris kala itu.Singkat cerita, secara tak sengaja, Haris mendengar radio MQ FM Bandung mengenai pengobatan tradisional bekam. Dari metode inilah akhirnya Haris mengenal Metode Pengobatan Nabi (Thibun Nabawi) melalui buku yang telah ditulis oleh dua ulama terdahulu, Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyah dan Imam As-Suyuthi.