Tag:
parenting
Suaraislam.id
Waspada, Internet dan Medsos Jadi Gerbang Anak-Anak Terpapar Pornografi
Jakarta (SI Online) – Salah satu wujud kemajuan teknologi adalah kemudahan mengakses internet untuk siapapun, tak terkecuali anak-anak.Penggunaan internet ini memiliki dua dampak, positif dan negatif sekaligus. Salah satu dampak buruknya adalah terpaparnya anak dengan konten pornografi.Terkait dampak negatif penggunaan internet dan media sosial, Psikolog Ratih Ibrahim menyarankan agar orangtua lebih rajin menjaga anaknya. Bahkan ia menyarankan agar ortu benar-benar tidak memberikan anaknya akses internet secara bebas.“Anaknya didietin di sosial media. Terus jangan malas, harus rajin jagain anak, mungkin kita agak repot,” ujar Ratih, Selasa (03/12/2024), seperti dilansir Kompas.com.Ratih mengatakan, internet dan sosial media bisa menjadi gerbang akses pornografi oleh anak-anak, baik secara sengaja maupun tidak disengaja.ADS: Untuk mendapatkan informasi seputar dunia medis, Anda dapat mengunjungi idiindramayu.orgIa bercerita, salah satu kliennya terpapar pornografi pada usia delapan tahun. Hal tersebut diawali dengan anak yang selalu ingin tahu. Sang ayah yang berusaha mendukung kemandirian anak, kemudian mengajarkan cara penggunaan internet untuk mencari informasi.Namun, kurangnya pengawasan menyebabkan anak tersebut menemukan situs yang tidak pantas. Merasa penasaran, anak tersebut mengaksesnya berkali-kali yang membawa ke berbagai konten dewasa.“Anak ini anak pintar dan pembaca. Jadi dilihat banyaknya situs yang dia buka, linknya itu ada tiga lebar folio,” ungkap Ratih.Dampak Negatif Paparan Konten PornografiTak bisa diabaikan, paparan konten pornografi pada anak bisa menyebabkan berbagai dampak buruk pada anak. Beberapa dampak yang mungkin terjadi meliputi:Trauma EmosionalAnak-anak yang terpapar konten yang tidak sesuai dapat merasa terganggu, karena mereka belum memiliki pemahaman yang matang tentang apa yang mereka lihat.“Kalau saya bilang trauma ya mungkin ada. Tapi artinya dia terekspos dengan pornografi yang tidak sesuai sama umurnya,” ungkap Ratih.Kecanduan PornografiAnak kecil memiliki rasa penasaran yang tinggi. Paparan pornografi dapat membuatnya makin penasaran dan memiliki kemungkinan untuk terus menonton, sehingga mengalami keecanduan.1 2Laman berikutnya
Suaraislam.id
Bimbing Anak Remaja Perlu Keseimbangan Peran Ortu
Jakarta (SI Online) – Keseimbangan peran yang dimainkan oleh orang tua dalam memberikan bimbingan sangat penting dalam proses tumbuh kembang remaja.“Menurut saya, kata yang tepat bukan dominan melainkan berperan. Dalam hal ini ke dua orang tua, baik ayah maupun ibu berperan aktif dan positif dalam proses tumbuh kembang anak,” kata Psikolog klinis dari Universitas Indonesia A. Kasandra Putranto di Jakarta, Senin (02/12) seperti dilansir ANTARA.Menurut Kasandra, dalam sisi emosional, ibu atau orang tua perempuan berperan amat besar dalam menjaga psikologi anak. Pada usia remaja, anak cenderung lebih terbuka untuk berbicara dengan orang yang dianggapnya lebih empatik dan lebih memahami perasaan mereka.Banyak penelitian menunjukkan, anak perempuan dan laki-laki pada usia remaja sering kali merasa lebih nyaman membuka diri kepada ibu mereka, terutama ketika berhubungan dengan masalah emosional dan sosial.ADS: Untuk mendapatkan informasi seputar dunia medis, Anda dapat mengunjungi idiungaran.orgIbu juga sering kali dianggap sebagai figur pengasuh utama yang menyediakan rasa aman dan dukungan emosional yang lebih kuat. Dalam situasi penuh tekanan, di mana remaja mungkin merasa terisolasi atau bingung, ibu dapat menjadi sosok yang memberikan rasa empati dan penerimaan yang dibutuhkan untuk membuka komunikasi.“Ibu sering kali memainkan peran kunci dalam mengajarkan nilai-nilai emosional, seperti empati, kasih sayang, dan pengelolaan konflik. Dalam kasus remaja yang terlibat kekerasan, penting bagi ibu untuk menggali alasan di balik perilaku anak dan memberikan pemahaman tentang konsekuensi dari tindakannya,” ujar Kasandra.Dari sisi ayah atau orang tua laki-laki, Kasandra mengatakan para remaja sering mencari peran panutan yang bisa memberikan rasa identitas diri.Ayah atau figur laki-laki yang ada di keluarga bisa memberikan model bagaimana menjadi pribadi yang bertanggung jawab, menjaga kontrol diri, dan menyelesaikan konflik secara sehat.“Ayah bisa menekankan pentingnya rasa hormat terhadap orang lain, kontrol diri, serta pentingnya pengelolaan kekuatan dan emosi,” katanya.Sosok ayah juga dapat hadir sebagai figur yang lebih menekankan pentingnya struktur, disiplin, dan konsekuensi.Ketika anak remaja terlibat dalam perilaku ekstrem atau destruktif, ayah bisa lebih berfokus pada memberikan batasan yang jelas dan tegas terhadap perilaku, serta mengajarkan pentingnya konsekuensi dari tindakan tersebut.Di sisi lain, ayah juga berperan dalam membentuk sisi maskulin dalam diri anak. Remaja laki-laki kerap terlibat dalam kekerasan atau tindakan ekstrem berhubungan dengan konsep identitas maskulin yang salah, seperti kekuatan fisik yang dominan atau dominasi atas orang lain.1 2Laman berikutnya
Suaraislam.id
Ingin Kehidupan Anak Lebih Berkesan, Ayah Jangan Main Gawai Terus
Jakarta (SI Online) – Fatherless adalah kondisi ketika seorang ayah tidak hadir dalam kehidupan anaknya, baik secara fisik, psikologis, maupun emosional.Ada sejumlah dampak pada anak laki-laki dan perempuan yang tumbuh dalam kondisi fatherless. Untuk laki-laki, mereka bisa tumbuh menjadi sosok yang kemayu dan tidak tegas. Sedangkan pada perempuan, mereka bisa dengan mudah jatuh cinta dengan sembarang pria.Untuk mencegah hal itu terjadi, sebelum seorang laki-laki memutuskan untuk menikah atau punya anak, mereka harus berkomitmen agar lebih hadir dalam kehidupan anak-anaknya.ADS: Untuk mendapatkan informasi seputar dunia medis, Anda dapat mengunjungi idikabkebumen.orgFounder Fatherman sekaligus praktisi Islamic parenting Ustaz Bendri Jaisyurrahman mengatakan, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah tidak bermain gawai saat sedang bersama anak.“Kalau bertemu anak, jangan sambil main handphone. Anak enggak akan merasa berkesan,” kata Ustaz Bendri, seperti dilansir Kompas.com.Menurutnya, ketika seorang ayah bermain HP, fokusnya akan teralihkan pada barang elektronik tersebut. Padahal, ia sedang berada di satu ruangan yang sama dengan anaknya.Di sisi lain, baik anak laki-laki maupun perempuan, membutuhkan perhatian tidak hanya dari sang ibu tetapi juga ayah.Saat melihat ayahnya sibuk main HP, anak akan merasa diabaikan oleh ayahnya. Sebab, ayah sekadar “hadir”, tetapi tidak benar-benar hadir dalam kehidupan si kecil.“Pertemuan (ayah dan anak) itu harus memorable. Kalau ketemu anak sambil main HP, anak enggak merasa berkesan. Hadir secara fisik. Peluk dan lihat wajah anaknya, bermain dulu,” imbau Bendri.Dengan begitu, anak bisa merasakan bahwa ayahnya hadir dalam kehidupannya. Sebab, ada interaksi yang terjalin kontak fisik antara keduanya.Cara lain agar ayah bisa lebih hadir dalam kehidupan anaknya adalah dengan rutin berinteraksi. Namun, interaksi harus penuh makna, bukan sekadar memberi nasihat atau ceramah.“Jangan belum apa-apa keluar nasihat. Kalau ketemu anak, tanya gimana boneka kesayangannya, futsalnya gimana. Anak akan senang (karena) setiap manusia yang ditanya hobinya, pasti cerita. Ayah harus punya skill itu (berinteraksi dengan anak),” pungkas Bendri. [kompas.com]
Suaraislam.id
Jangan Cuma Larang, Ini Cara Kelola Penggunaan Gadget pada Anak Remaja
Jakarta (SI Online) – Di era digital sekarang, di mana banyak konten dan akses terbuka pada anak, anak-anak rentan mengalami hal buruk. Misalnya child grooming, pedofilia, paparan konten berbau seksualitas dan kekerasan, serta pengaruh buruk lainnya.Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga Farraas Afiefah Muhdiar, mengatakan, hal tersebut membuat orangtua tetap harus melakukan pengawasan penggunaan gadget pada anaknya, bahkan yang sudah memasuki usia remaja.“Banyak orangtua yang lengah, terutama ketika anaknya udah remaja. Merasa anaknya sudah besar kayak ‘Ya sudahlah dia sudah punya dunia sendiri’, padahal nggak boleh dilepas juga,” uhar Farraas seperti dilansir Kompas.com.Karena itu, sangat penting bagi para orangtua untuk melakukan pengawasan penggunaan gadget pada anak remajanya.ADS: Untuk mendapatkan informasi seputar dunia medis, Anda dapat mengunjungi ididogiyai.org.Berikut adalah sejumlah cara yang bisa dilakukan orangtua untuk mengelola penggunaan gadget pada anak remaja:1. Menetapkan AturanOrangtua bisa menetapkan aturan di mana anak tidak boleh menggunakan aplikasi tertentu tanpa seizin orangtua. Misalnya, ada suatu aplikasi yang dinilai tidak baik karena dapat menyebabkan pengaruh buruk dan sebenarnya tidak diperlukan oleh anak.“Jadi mungkin bilang, ada kesepakatan dulu sebelum kasih handphone,” pungkas Farraas.2. Diskusi, Bukan Hanya MelarangKetika anak melanggar aturan, seperti menginstal aplikasi yang tidak diizinkan, hindari langsung memberikan hukuman. Sebaliknya, ajak anak berdiskusi.“Kalau sudah remaja sih sepertinya bukan konsekuensi bentuknya ya, tapi memang diskusi,” ungkap Farraas.Jelaskan alasan mengapa aplikasi tersebut dirasa kurang bermanfaat. Dengarkan argumen anak, karena sering kali mereka memiliki pandangan yang berbeda.Misalnya, jika anak menginstal aplikasi tersebut untuk tujuan tertentu, seperti mengikuti konten edukatif, diskusikan bagaimana itu bisa dimanfaatkan dengan baik.1 2Laman berikutnya
Suaraislam.id
Anak Alami ‘Speech Delay’, Ini Penyebabnya
Jakarta (SI Online) – Ada dua faktor penyebab terjadinya keterlambatan bicara (speech delay) pada anak yang mengganggu tumbuh kembang.“Keterlambatan bicara pada anak dikenali dari dua faktor, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik,” ungkap Pengurus Unit Kerja Koordinasi Tumbuh Kembang dan Pediatri Sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr. dr. Fitri Hartanto, Sp.A(K) seperti dilansir ANTARA.Fitri menjelaskan, faktor intrinsik menyebabkan speech delay tipe sekunder yang disebabkan oleh kelainan organ, gangguan saraf, gangguan perilaku, gangguan kognitif, termasuk di dalamnya juga keterlambatan perkembangan (maturation delay).Sementara faktor ekstrinsik menjadi penyebab speech delay tipe primer, di mana keterlambatan terjadi pada aspek bahasa.Secara umum, faktor ekstrinsik disebabkan oleh stimulasi yang kurang dan pembelajaran yang salah sehingga anak mengalami speech delay.Menurut dia, kekurangan stimulasi terjadi karena pola asuh anak yang permisif misalnya menuruti kemauan anak tanpa menggunakan bahasa ucapan, tetapi hanya melalui gestur.Kondisi ini diperparah dengan pola asuh yang overprotektif, di mana anak selalu dilayani kemauannya agar tidak menangis.“Kalau hanya meraih tangan atau menunjuk saja sudah diberikan keinginannya dengan harapan agar anak tidak menangis, ini tidak memberi kesempatan anak belajar dengan benar. Harus diperbaiki dengan bahasa ucap,” ujarnya.Lebih lanjut Fitri menyampaikan, pembelajaran yang salah biasanya terjadi karena anak dipaksa untuk bilingual atau belajar banyak bahasa di usia awal, alih-alih fokus belajar satu bahasa untuk berkomunikasi.Kemudian, anak-anak disuruh belajar bahasa secara mandiri tanpa pendampingan orang tua sehingga berisiko mengalami kesalahan dalam kosakata maupun menerjemahkan bahasa.Ia menyebut, anak-anak perlu perlu distimulasi untuk berbicara tahapan pengenalan, pemahaman, dan pengucapan.“Tidak bisa anak setelah melalui tahapan pengenalan, anak langsung disuruh mengucap tanpa memahami apa yang diucapkan,” katanya.[]
Islampos.com
16 Kehebatan ASI (Air Susu Ibu)
DALAM Al-Quran sudah diperintahkan agar seorang ibu menyusui atau memberikan ASI kepada anak selama 2 tahun pertama dalam kehidupannya.۞ وَالْوٰلِدٰتُ يُرْضِعْنَ اَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ اَرَادَ اَنْ يُّتِمَّ الرَّضَاعَةَۗ وَعَلَى الْمَوْلُوْدِ لَهٗ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِۗ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ اِلَّا وُسْعَهَاۚ لَا تُضَاۤرَّ وَالِدَةٌ ۢ بِوَلَدِهَا وَلَا مَوْلُوْدٌ لَّهٗ بِوَلَدِهٖ وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذٰلِكَۚ فَاِنْ اَرَادَا فِصَالًا عَنْ تَرَاضٍ مِّنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَاۗ وَاِنْ اَرَدْتُّمْ اَنْ تَسْتَرْضِعُوْٓا اَوْلَادَكُمْ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ اِذَا سَلَّمْتُمْ مَّآ اٰتَيْتُمْ بِالْمَعْرُوْفِۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ ٢٣٣wal-wâlidâtu yurdli‘na aulâdahunna ḫaulaini kâmilaini liman arâda ay yutimmar-radlâ‘ah, wa ‘alal-maulûdi lahû rizquhunna wa kiswatuhunna bil-ma‘rûf, lâ tukallafu nafsun illâ wus‘ahâ, lâ tudlârra wâlidatum biwaladihâ wa lâ maulûdul lahû biwaladihî wa ‘alal-wâritsi mitslu dzâlik, fa in arâdâ fishâlan ‘an tarâdlim min-humâ wa tasyâwurin fa lâ junâḫa ‘alaihimâ, wa in arattum an tastardli‘û aulâdakum fa lâ junâḫa ‘alaikum idzâ sallamtum mâ âtaitum bil-ma‘rûf, wattaqullâha wa‘lamû annallâha bimâ ta‘malûna bashîr“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya, dan seorang ayah karena anaknya, dan waris pun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum 2 tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan,” (Al-Baqarah 233).Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik buat bayi. Karena komposisi ASI paling sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi dan ASI mengandung zat Imunitas yang membuatnya tidak mudah terinfeksi.BACA JUGA: 5 Manfaat Pijat BayiKeunggulannya berawal dari Kolostrum yang merupakan cairan pertama yang dikeluarkan oleh kelenjar payudara pada empat hari pertama setelah persalinan.Kolustrum hanya tersedia mulai hari pertama hingga maksimal hari ke -3 atau ke-4, akan tetapi kolustrum memiliki daya tahan tubuh 17 – 20 kalo lebih baik dibanding Asi berikutnya. Menyusui atau tidak menyusui, kolustrum itu tetep ada, tetapi setelah itu keluar susu peralihan.Banyak penelitian yang membuktikan kehebatan ASI:1. Membuat anak cerdas2. Mengandung nutrisi sempurna3. Mencegah dan miningkatkan daya tahan tubuh4. Asi mudah diserap oleh si bayi5. ASI selalu tersedia dalam keadaan bersih dan segar (karena datang dari bundanya langsung)6. Membantu pertumbuhan gigi dan kesehatan mulut si bayi7. Mencegah si bayi kegemukan8. Bila minum ASI si bayi akan lebih percaya diri9. Bermanfaat secera spiritual bagi bayinya10. Hal positif untuk bunda, akan kembali cepat langsing11. Sangat ekonomis karena ASI sangat murah, hemat dan praktisBACA JUGA: Perjalanan Bayi Musa Hingga Tiba di Istana Fir’aun12. Merupakan KB alami buat bundanya, karena ASI dapat membantu program KB13. Mempercepat pemulihan pasca persalinan14. Secara psikologis mendekatkan si bayi dengan ayah dan bundanya15. ASI juga dapat menurunkan kesehatan kepada bundanya16. ASI juga bermanfaat untuk negara, karena dengan pemberian ASI dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak. []
Suaraislam.id
Ubah Perilaku, Hukuman Fisik Belum Tentu Cocok
Jakarta (SI Online) – Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Prof. Dr. Rose Mini Agoes Salim M.Psi mengatakan, hukuman fisik belum tentu cocok untuk semua anak dalam upaya mengubah perilakunya.“Karena yang terjadi banyak sekarang orang tua melakukan hukuman fisik anak tetap tidak berubah, itu artinya hukuman ini tidak membuat anak jera dan mengubah perilakunya, mungkin harus dengan pendekatan lain,” kata Romi, sapaan akrabnya, Jumat (04/10) seperti dilansir ANTARA.Psikolog ini mengatakan, banyak alasan anak melakukan pelanggaran. Biasanya karena tidak mengetahui atau tidak memiliki pemahaman terhadap aturan yang berlaku, ingin mencari perhatian di sekitarnya atau terpaksa melakukan pelanggaran karena situasi tertentu.ADS: Anda ingin mengenal organisasi profesi dalam bidang farmasi di Kabupaten Biak Numfor? Anda bisa mengunjungi pafibiaknumfor.org. PAFI turut mengembangkan profesi kefarmasian di daerah, serta melatih dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya obat-obatan yang aman.Hukuman fisik seperti memukul tidak bisa dijadikan satu alat untuk bisa membuat perilaku anak berubah. Dalam prosesnya, anak harus mengetahui konsekuensi dari melakukan pelanggaran tersebut dan mengetahui manfaat jika tidak melakukan hal yang melanggar peraturan.Romi juga mengatakan mengubah perilaku anak harus dilihat dari sisi kognitif, afektif, dan psikomotor yang disebut dengan shaping atau membentuk perilaku.“Bisa dengan cara macam-macam, jadi memberikan informasi pemahaman dulu, kognitif, afektif, baru psikomotor supaya dalam proses perilaku dia paham kalau ini untuk kebaikan dia, mungkin dia tidak akan melakukan lagi hal-hal yang buruk lagi,” katanya.Romi menjelaskan orang tua bisa memberikan pemahaman melalui komunikasi secara kognitif dan melihat dampak emosinya jika dia tidak melakukan pelanggaran. Dari cara ini secara psikomotor anak akan menghentikan perilaku buruk tersebut.Pemahaman tentang konsekuensi juga perlu diberikan agar anak paham kenapa ia tidak boleh melakukan hal yang melanggar ketentuan.Menurutnya, hukuman tidak harus selalu diberikan jika anak membuat kesalahan. Namun juga tidak boleh terlalu dimanjakan dengan hadiah sebagai tanda anak menuruti kemauan orang tua karena bisa merusak mentalnya dan selalu mengharapkan imbalan.“Hukuman kalau bisa diambil sebagai langkah terakhir, kalau masih bisa diajak bicara, masih bisa memberikan informasi kepada anak kenapa dia melakukan pelanggaran itu, nasihat dengan volume suara masih tidak terlalu tinggi, sehingga anak tidak takut pada orang tua,” katanya.Anak yang sering diberikan hukuman, kata Romi, bisa menjadikan mereka anak pemberang atau kasar di luar rumah karena melihat apa yang diperlakukan oleh orang tua kepadanya.Anak juga bisa menjadi tertekan, tidak percaya diri, penuh dengan self esteem yang rendah karena dipermalukan. Sehingga menghukum anak memiliki banyak dampak psikologis dan sebaiknya tidak memukul, melakukan hukuman fisik maupun hukuman verbal. []
Suaraislam.id
Kedudukan Anak dalam Islam
Anak memiliki kedudukan yang beragam dalam Islam. Tergantung dari bagaimana orang tua membentuk karakternya bahkan dari sejak sebelum pembuahan.Karenanya Rasulullah Saw mendorong para lajang untuk mencari pasangan hidup (jodohnya) diutamakan berdasarkan agamanya, walaupun boleh saja memilih berdasarkan kedudukan, kekayaan bahkan ketampanan atau kecantikannya.Sehingga bagi seorang beriman, ia akan berusaha untuk mencari jodoh dengan pertimbangan agama, mencari pasangan hidup yang sholih, agar mudah dalam menjalani kehidupan rumah tanggamya, hingga dalam membentuk karakter anak saleh yang diidamkan yaitu anak dengan karakter yang unggul. Tidak semata memiliki anak tanpa tujuan yang jelas.Sehingga kemungkinan memiliki anak yang saleh yang menjadi penyejuk mata, bisa direalisasikan.Bukan hanya memiliki anak yang hanya sekadar sebagai perhiasan dunia (tampan dan cerdas namun jauh dari agama), atau bahkan menjadi fitnah sebab hanya dididik oleh orang tuanya hanya dalam masalah dunia saja namun tidak diberikan bekal agama yang cukup, atau bahkan menjadi musuh akibat tidak pernah mendapat sentuhan didikan dari kedua orang tua bisa jadi sebab terlalu sibuknya orang tua dalam mencari dunia.Semua itu sangat terkait erat dengan bagaimana peran orang tua yang mendidiknya, juga bagaimana pengaruh lingkungannya, dan negara yang menerapkan sistem kehidupan.Akan sulit mengarahkan atau mendidik anak hingga menempati posisi sebagai penyejuk mata bagi kedua orang tua dalam lingkungan masyarakat yang amburadul, yang tidak menjadikan Islam sebagai standar dalam berinteraksi, dan negara yang anti syariat Islam, sehingga kebanyakan anak hanya akan menempati posisi sebagai sekedar perhiasan dunia, fitnah, bahkan musuh bagi kedua orang tuanya.Karenanya agar bisa menempatkan anak pada posisi sebagai penyejuk mata, sebagai kedudukan atau posisi tertinggi, seperti yang dicita-citakan oleh setiap orang tua yang beriman, membutuhkan kesolihan orang tua, masyarakat, dan negara.Sebab anak tidak hanya berinteraksi dengan kedua orang tuanya saja, namun juga berinteraksi dengan teman-temannya dilingkungan sekolah atau lingkungan bermainnya, juga akan menjalankan peraturan hidup atau sistem yang diterapkan oleh negara.Karenanya penting menjadi orang tua yang saleh, memiliki lingkungan masyarakat yang saleh, juga negara yang menerapkan sistem hidup yang saleh, yaitu sistem hidup yang sesuai dengan fitrah manusia, memuaskan akal dan menentramkan jiwa, yaitu sistem Islam yang menerapkan hukum-hukum syariat Islam secara kaffah.Sehingga dengan peraturan hidup yang benar yang diterapkan oleh negara, akan sangat memberikan pengaruh yang nyata bagi kehidupan masyarakat, yaitu akan terbentuk masyarakat yang baik, yang secara otomatis akan mempengaruhi kehidupan dalam keluarga, termasuk didalamnya kehidupan individu-individu didalam keluarga, yaitu orang tua dan anak.Orang tua tidak akan kesulitan dalam mengajarkan adab pada anak misalkan, sebab seiring sejalan dengan peraturan hidup yang diterapkan oleh negara dan dilakukan secara terus-menerus dalam masyarakat.1 2Laman berikutnya