Tag:
oposisi suriah
Hidayatullah.com
Takbir Kemenangan Berkumandang, Masyarakat Syam Shalat Subuh Pertama di Masjid Bani Umayyah
Hidayatullah.com—Hari Ahad, menara Masjid Bani Umayyah di Damaskus, Suriah mengumandangkan takbir dan doa, merayakan lepasnya penguasaan ibu kota dari rezim tangan besi, Bashar Al-Assad, setelah dibebaskan faksi oposisi Suriah.Lantunan takbir dan doa-doa dikumandangandari ikut mengundang masyarakat datang berbondong-bondong. Beberapa menara masjid di wilayah itu juga mengumandangkan takbir, mengumumkan jatuhnya Bashar al-Assad.Hari itu, ratusan masyarakat Syam berkumpul di Masjid Umayyah dan melaksanakan shalat Subuh pertama setelah jatuhnya rezim, di tengah suasana sorak-sorai dan pemuliaan yang memenuhi tempat tersebut, ketika televisi pemerintah Suriah menyiarkan kalimat “Kemenangan Revolusi Besar Suriah.”Dalam sebuah video yang beredar, nampak salah satu adegan pembebasan, dimana pasukan bersenjata, bagian dari tim Operasi Militer Opisisi memasuki Masjid Umayyah.سجدة شكر #أبطال_دمشق في ساحة الجامع الأموي.. وخطاب في قمة العقلانية والانصاف.. خطاب من يريد البناء والتعمير لا الهدم والتخريب.اللهم أصلح احوال إخواننا في #سوريا pic.twitter.com/2XkhKITZ27— د. حسن الحسيني (@7usaini7) December 8, 2024Sebelum memasuki masjid, mereka bersujud syukur di depan pintu masuk, diiringi takbir dan sorak-sorai.Tak lama terdengar gema adzan terdengar di seluruh Kota Damaskus, untuk pertama kalinya sejak jatuhnya kekuasaan Partai Baath dan lengsernya Presiden Bashar al-Assad.Dalam video lain, ratusan warga Suriah melaksanakan shalat Subuh pertama di Masjid Bani Umayyah usai jatuhnya Bashar al-Assad, di tengah takbir dan sorak-sorai mirip suasana Idul Fitri.Televisi pemerintah Suriah ikut menyiarkan berita running text dengan kalimat “Kemenangan Revolusi Besar Suriah” tak lama setelah faksi oposisi mengumumkan kemenangan” penggulingan sang “tiran” hari Ahad pagi.Diketahui, Ibu kota Suriah, Damaskus, menyaksikan pemandangan penuh kegembiraan, setelah 13 tahun ketidakstabilan yang disaksikan negara tersebut, sejak Revolusi Suriah dimulai tahun 2021.Semetara itu, rakyat Suriah dan warga Syamberpesta usai pejuang oposisi mendeklarasikan era baru, setelah sukses melancarkan serangan di kota-kota besar sejak 27 November lalu.Hari Ahad (8/12/2024), suasana perayaan terlihat di Damaskus. Ribuan orang menaiki mobil hingga berjalan kaki menuju alun-alun utama di Damaskus. Mereka berkumpul sambil melambaikan tangan, meneriakkan kebebasan, dan bertakbir.Para milisi melepaskan tembakan ke udara untuk merayakan kemenangan. Para pemuda merobek poster bergambar Bashar al-Assad, sementara warga berbondong-bondong menyerbu istana dan rumah kediaman mantan presiden yang kini melarikan diri ke Moskow, Rusia.Salah satu gambar yang dirilis Associated Press (AP) menunjukkan, seorang anak laki-laki melangkahi foto Assad dan mendiang ayahnya Hafez al-Assad di Salamiyah. Foto tersebut diambil di dekat Hama.“Kami merayakan bersama rakyat Suriah berita tentang pembebasan tahanan kami dan pelepasan rantai mereka. Termasuk mengumumkan berakhirnya era ketidakadilan di penjara Sednaya,” kata kubu oposisi.Masjid Bani Umayya al-Kabir atau dikenal dengan Masjid Umayyah di Damaskus, Suriah merupakan salah satu masjid tertua dan salah satu terbesar di dunia.Masjid ini awalnya adalah kuil yang dibangun oleh orang Aram kuno, dan kemudian orang Romawi. Ketika Suriah berada di bawah kekuasaan Bizantium Kristen, kuil tua itu diubah menjadi katedral.Pada 634 M Damaskus menjadi kota Bizantium besar pertama yang ditaklukkan oleh penguasa Islam di bawah kepemimpinan Khalifah Abu Bakar dan jenderalnya Abu Ubaidah dan Khalid ibn-al Walid.Pada tahun 715 M, khalifah al-Walid memulai pembangunan masjid baru, katedral lama berfungsi sebagai ruang ibadah bagi komunitas Kristen dan Muslim kota.* yang bertepatan dengan jatuhnya rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad dan keadaan kebingungan dan kekacauan di negara tersebut. jalanan ibu kota.Rakyat Suriah merayakan kepergian Bashar al-Assad dari salah satu alun-alun utama di Suriah.*
Hidayatullah.com
Kisah Ahmad Al-Tatari, Pilot Suriah yang Dipenjara 43 Tahun Usai Rekannya Membelot
Hidayatullah.com – Ragheed Ahmad al-Tatari, yang dijuluki oleh para aktivis hak asasi manusia sebagai salah satu tahanan politik terlama di dunia, keluar dari penjara pada hari Ahad setelah kelompok oposisi memasuki Damaskus dan memaksa Bashar al-Assad untuk melarikan diri.Al-Tatari menghabiskan 43 tahun di balik jeruji besi di berbagai penjara Suriah. Dia menjadi salah satu dari ratusan orang yang dibebaskan setelah mendekam di penjara-penjara yang terkenal kejam selama bertahun-tahun tanpa komunikasi dengan dunia luar. Al-Tatari dibebaskan dari Penjara Pusat Adra di Damaskus.Sebagai mantan pilot angkatan udara Suriah, ia dipenjara oleh rezim pada tahun 1981 setelah salah satu rekannya membelot ke Yordania dengan jet tempur. Tatari dituduh membantunya melarikan diri.Setelah menghabiskan dua tahun di sel isolasi di Penjara Mezzeh, al-Tatari dipindahkan ke Penjara Tadmor (Palmyra) yang terkenal kejam, di mana ia tinggal sampai tahun 2000.Dia kemudian dipindahkan ke fasilitas terkenal lainnya, Penjara Sednaya, dan pada tahun 2011 ke Penjara Pusat Adra di Damaskus. Pengadilan militer yang menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup hanya membutuhkan waktu satu menit untuk memutuskan nasibnya.Kisah-kisah penyiksaan di penjara tersebut merupakan hal yang terus muncul dalam kesadaran masyarakat Suriah.Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa penangkapan oleh pemerintah di Suriah “sengaja dilakukan untuk menanamkan rasa takut di kalangan penduduk sipil.”Selama berada di penjara, al-Tatari mengisi waktunya dengan menjadi seniman dan pematung, menciptakan karya-karya rumit dari remah-remah roti, gula, asam sitrat, dan biji zaitun.Dia juga menggelar turnamen catur, membuat bidak-bidak dari adonan roti dan menggambar papan catur di atas selembar kain.Vail, putranya, yang kini berusia 40-an tahun, menceritakan kenangannya tumbuh besar tanpa ayahnya. Ibunya mengatakan bahwa ayahnya telah “pergi.”“Setiap kali saya melihat orang asing berjalan sendirian, saya berpikir, ‘Mungkin itu ayah saya’. Saya akan pergi ke pintu dan menunggu. Tapi tidak pernah terjadi apa-apa. Setelah beberapa tahun, hal itu menjadi tak tertahankan, dan saya berhenti melakukannya,” kata Vail dalam sebuah wawancara sebelumnya, lansir TRT World pada Ahad (09/12/2024).Selama bertahun-tahun, berbagai versi penangkapan al-Tatari telah beredar, termasuk klaim bahwa hal itu disebabkan oleh penolakannya untuk mengebom kota Hama, Suriah, atau kegagalannya untuk melaporkan desersi rekan-rekannya.Salah satu versi yang beredar di media sosial adalah bahwa “kejahatan” yang dilakukannya adalah mengalahkan putra presiden rezim Hafez al-Assad, Bassel, dalam sebuah pacuan kuda. Dengan menang, ia menunjukkan “rasa tidak hormat” kepada keluarga Assad.The Syrian Campaign, sebuah organisasi hak asasi manusia yang telah mempelajari kasusnya, mengkonfirmasi bahwa ia adalah tahanan politik terlama di Suriah.*
Hidayatullah.com
Runtuhnya Rezim Bashar dan Masa Depan Baitul Maqdis
Dukungan Rusia dan Iran terhadap Rezim Bashar al-Assad tak mampu membendung gelombang perlawanan rakyat, setelah hilangnya lebih 500.000 nyawa sejak revolusi Suriah tahun 2011, apa pengaruhnya bagi Baitul Maqdis Oleh: Pizaro Gozali IdrusHidayatullah.com | HARI Ahad 8 Desember 2024 menjadi hari bersejarah bagi bangsa Suriah. Jatuhnya rezim Bashar Assad menandai berakhirnya penindasan terhadap rakyatnya pasca Revolusi Suriah sejak 2011.Para pejuang oposisi Suriah secara resmi mengumumkan telah merebut ibu kota Damaskus dan jatuhnya rezim al-Assad, lansir Al-Jazeera.“Tiran Bashar al-Assad telah melarikan diri,” kata oposisi bersenjata dalam sebuah pernyataan. “Kami menyatakan Damaskus bebas dari tiran Bashar al-Assad.”Para pejuang oposisi Suriah sebenarnya pada Sabtu telah memasuki wilayah Damaskus yang menjadi sentral kekuatan rezim Bashar Assad.Dalam laporan Clash Report, para pejuang diinformasikan hanya berjarak 6,5 kilometer dari Istana Kepresidenan Assad yang semakin membuat pemimpin rezim Suriah itu hampir jatuh.Sementara para pejuang oposisi yang dipimpin Hay’at Tahrir Syam (HTS) telah membebaskan provinsi Aleppo, Hama, dan Homs dan bergerak menuju Damaskus.Mereka juga telah membebaskan lebih dari 10.000 tahanan politik yang ditahan di penjara-penjara rezim Assad di berbagai wilayah.Di tengah kepemimpinan Assad yang kian terpuruk, Rusia dan Iran telah meminta adanya negosiasi politik antara kelompok oposisi dan Assad. Sebuah tawaran yang sudah sangat terlambat mengingat kekejaman yang dilakukan Assad yang telah menewaskan 500.000 jiwa sejak pecah revolusi Suriah pada 2011 lalu.Apa yang terjadi di Suriah dalam dua pekan ini adalah titik puncak kemarahan publik atas terus dilakukannya penindasan oleh Assad.Awal mula krisis Suriah berasal suatu protes atas penangkapan beberapa pelajar di kota kecil Daraa. Maret 2011, para pelajar berumur 9-15 tahun menulis slogan anti pemerintah pada dinding-dinding kota.Sekelompok remaja itu menuliskan grafiti diantaranya bertuliskan: “Sebentar lagi giliran Anda Dokter…” yang ditujukan kepada Presiden Bashar Al-Assad yang seorang dokter spesialis mata, yang sejak tahun 2000 mewarisi kekuasaan ayahnya Hafez Al-Assad, yang berkuasa selama 30 tahun.Tanggal 29 April 2011, terjadi sebuah demonstrasi besar menuntut “kebebasan dan keadilan” dilakukan oleh ratusan orang di kota Daraʼa.Aparat bersenjata menyerang demonstrasi itu, dan menangkap 51 orang. Di antara yang ditangkap adalah seorang anak lelaki berusia 13 tahun bernama Hamzah Al-Khatib.Orang tua Hamzah Al-Khatib meminta aparat melepaskan anaknya. Permintaan itu ditolak. Beberapa hari kemudian anak itu dikembalikan kepada orang tuanya sudah menjadi jenazah. Tubuhnya dipenuhi bekas-bekas siksaan.Pembunuhan terhadap Hamzah memicu gelombang demonstrasi yang lebih besar di Daraʼa. Sebuah gerakan rakyat yang kemudian dijawab dengan penembakan, pembunuhan, penangkapan, dan penyiksaan yang berskala lebih luas.Aparat rezim Bashar Al-Assad menganggap cara-cara kekerasan dan kebrutalan yang dipakai untuk menebar ketakutan di kalangan rakyat masih bisa efektif memadamkan kemarahan.Namun, perkiraan mereka meleset. Tindakan tersebut tidak menghentikan pertikaian, namun justru berujung pada permasalahan yang pelik dari Deraa ke kota-kota pinggiran Latakia dan Banyas di Pantai Mediterania, Homs, Hama, Ar Rasta serta Deir Zor.Sejak saat itu, kekerasan demi kekerasan tak pernah sepi dari apa yang dirasakan rakyat Suriah. Jutaan warga Suriah mengungsi ke Turki, Lebanon, Yordania dll. Hingga pada November 2024, mereka bergerak bersama untuk melakukan perlawanan. Di tengah dukungan dari Rusia, Iran, dan Hizbullah yang melemah.Mereka melakukan perlawanan tak lama setelah Hizbullah-Israel melakukan gencatan senjata dan bukan saat mereka berperang, agar fitnah gerakan rakyat Suriah sebagai corong kepentingan Zionis dapat dengan mudah mereka patahkan.Rezim Assad yang selama ini mampu bertahan berkat intervensi Rusia dan Iran, jelas tak mampu membendung gelombang perlawanan rakyat. Di kota-kota Aleppo, Hama, Homs, Damaskus, kedatangan para oposisi disambut oleh warga yang sudah jengah atas penindasan rezim Assad.Patung Hafez Assad yang telah membantai ribuan warga Suriah di Hama pada 1982 diturunkan di berbagai kota. Poster-poster Bashar Assad juga dirobek sebagai simbol kemerdekaan warga dari rezim tiran.Apa yang terjadi di bumi Suriah adalah angin segar dari tuntutan hak dan demokratisasi warga Suriah. Hay’at Tahrir Syam yang selama ini dianggap kelompok radikal mampu berbaur dengan warga dan menjamin hak-hak minoritas Suriah seperti Druze, Kurdi, Alawiyah, dan warga Kristen.Ini adalah kemenangan rakyat Suriah. Kemenangan perjuangan rakyat bersama kelompok pejuang yang terus berjuang meski mereka mengalami penindasan.Para pejuang piun memuji kejatuhan rezim Assad sebagai “momen kebebasan setelah puluhan tahun penuh penderitaan”.“Bagi warga Suriah di seluruh dunia, Suriah menanti Anda,” kata oposisi Suriah dalam pernyataannya.Masa depan Baitul MaqdisMelihat para pejuang oposisi membebaskan provinsi-provinsi Suriah dalam satu pekan ini, teringat bagaimana sikap Panglima Muhammad Al-Fatih saat membebaskan Konstantinopel. Tak ada minoritas yang disakiti dan dipersekusi.Di Suriah, para kelompok oposisi mengeluarkan edaran jaminan bagi hak-hak kelompok minoritas. Di Aleppo, warga Kristen mengaku mereka diperlakukan dengan baik oleh Hay’at Tahrir Syam (HTS).Di Salamiyah (Hama), yang merupakan basis minoritas Alawiyah, kedatangan para oposisi disambut. Di Tel Rifaat, etnis minoritas Kurdi juga bersuka cita dapat kembali ke rumah-rumah mereka setelah wilayahnya dibebaskan oposisi dari kelompok terror PKK/YPG yang selama ini didukung oleh AS, Israel dan Assad.Apakah ini fenomena baru karena mereka ingin mendapatkan simpati publik? Sepertinya tidak.Sejak 2018, umat Kristen di wilayah Idlib telah dapat merayakan hari raya keagamaan mereka seperti Paskah atau Natal dengan damai walaupun berada dalam kekuasaan kelompok pejuang Muslim.“Selama ini, HTS telah membuka diri terhadap minoritas agama. Hak-hak mereka (minoritas) telah meningkat pesat,” kata Jerome Drevon, analis International Crisis Group.Para kelompok perlawanan Suriah sudah mengumumkan dan memanggil para muhajirin di berbagai belahan dunia untuk kembali pulang.Sampai hari ini ada sekitar 5,3 juta warga Suriah mengungsi di Turkiye. Sebagian sudah mulai masuk lewat Bab el Hawa/perbatasan Idlib setelah jatuhnya Rezim Bashar.Perlu diketahui, Suriah, adalah salah satu komponen penting dalam pembebasan Baitul Maqdis. Menurut Teori Geopolitik “Lingkaran Barakah Baitul Maqdis”, oleh Prof. Dr. Abd. Al-Fattah El-Awaisi, yang juga pendiri Islamic Jerussalem Research Academy (ISRA) Ankara, Turki, bahwa Bumi Syam –salah satunya Suriah—dan Mesir, berpengaruh dalam pembebasan Baitul Maqdis.Menurut Prof Al-Fattah dalam -Teori Lingkaran Barakah Baitul Maqdis– dalam Surat al-Isra’ ayat pertama. Kawasan Baitul-Maqdis berada pada poros lingkaran pertama, kawasan Mesir dan Syam pada lingkaran kedua, serta kawasan Iraq, Turki, dan Hijaz pada lingkaran ketiga.Semoga, perkembangan baru di Syam ini menjadi kabar menggemberikan berikuta dalam pembebasan Baitul Maqdis. Wallahu a’lam.*Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue. Kandidat PhD pada Center for Policy Research USM Malaysia. Direktur Eksekutif Baitul Maqdis Institute
Hidayatullah.com
Hantaman Keras Bagi Rezim Suriah, Kelompok Oposisi Mengklaim Kuasai Hama
Hidayatullah.com – Pasukan rezim Suriah melaporkan bahwa pasukan oposisi telah memasuki kota Hama setelah pertempuran sengit yang menyebabkan banyak korban di kedua pihak.Melansir Al-Jazeera pada Kamis (05/12/2024), militer rezim Bashar al-Assad berdalih mereka menarik pasukan keluar dari Hama untuk mencegah pertempuran di dalam kota.Komandan oposisi Hassan Abdul Ghany memposting di media sosial pada Kamis bahwa para petempurnya mulai memasuki Hama, yang mereka kepung sejak hari Selasa di tengah pertempuran sengit semalaman dengan tentara Suriah, yang didukung oleh bantuan udara Rusia.Resul Serdar dari Al Jazeera mengatakan bahwa direbutnya Hama merupakan sebuah “perkembangan besar”.“Hanya dalam waktu lebih dari seminggu mereka telah berhasil mengambil alih kendali penuh atas kota terbesar kedua di Suriah, Aleppo, dan sekarang kota terbesar keempat,” kata Serdar, melaporkan dari kota Kilis, Turki, di perbatasan dengan Suriah.Pasukan oposisi yang dipimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dan Syrian National Army juga mengambil alih bandara militer kota tersebut, kata Serdar, yang merupakan bandara penting dan “salah satu yang terbesar di Suriah” yang telah digunakan oleh pasukan pemerintah untuk melancarkan serangan terhadap kelompok oposisi bersenjata.Namun, katanya, pihak oposisi “belum mengumumkan” bahwa mereka telah menguasai sepenuhnya kota tersebut.“Hari ini, mereka berhasil menembus garis depan rezim dan masuk ke kota dari bagian timur,” kata Serdar, seraya menambahkan bahwa sejumlah besar penduduk di Hama telah melarikan diri dari kota tersebut.Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, sebuah lembaga pemantau perang oposisi, mengatakan bahwa setelah pertempuran sengit di dalam Hama, para petempur oposisi sekarang juga menguasai markas komando polisi di kota tersebut serta pangkalan udara dan penjara pusat tempat ratusan tahanan dibebaskan.Disebut-sebut pada Rabu malam para petempur oposisi telah “mengepung kota Hama dari tiga sisi”.“Bentrokan sengit terjadi pada malam hari antara pemberontak dan pasukan rezim”, terutama di daerah Jabal Zayn al-Abidin, di sebelah utara Hama, kata pemantau yang berbasis di Inggris itu.Robert Geist Pinfold, dari Universitas Durham, mengatakan jika oposisi berhasil “menguasai Hama”, maka hal itu akan memiliki makna simbolis dan strategis.“Hama adalah tempat kelahiran perlawanan Sunni, bersenjata, dan Islamis terhadap partai Baath… Bashar al-Assad dan ayahnya,” kata Pinfold kepada Al Jazeera.Merebut Hama juga akan “membuka jalan menuju Homs, membuka jalan menuju Damaskus,” katanya.Hama terletak lebih dari sepertiga perjalanan dari Aleppo ke Damaskus dan perebutan Hama akan membuka jalan bagi pemberontak untuk maju ke Homs, kota pusat utama yang berfungsi sebagai persimpangan jalan yang menghubungkan daerah-daerah terpadat di Suriah.Provinsi Hama juga sangat penting untuk menguasai dua kota besar dengan komunitas agama minoritas yang cukup besar; Muhrada, yang merupakan rumah bagi banyak orang Kristen, dan Salamiya, di mana terdapat banyak Muslim Ismailiyah.Provinsi Hama juga berbatasan dengan wilayah pesisir Latakia, basis utama dukungan rakyat untuk al-Assad.Hama tetap berada di bawah kekuasaan pemerintah selama perang, yang meletus pada 2011 sebagai pemberontakan melawan al-Assad. Kejatuhannya pada pemberontakan bersenjata yang dihidupkan kembali akan mengirimkan gelombang kejut ke seluruh Damaskus dan sekutunya, Rusia dan Iran.Samuel Ramani, seorang peneliti di Royal United Services Institute, Damaskus untuk sementara waktu mengerahkan pasukan untuk “menghindari jatuhnya korban jiwa dalam pertempuran di perkotaan, dan kemudian mereka akan berkumpul kembali dengan bantuan militer yang dibutuhkan dan mencoba merebut kembali” Hama.“Namun saya pikir akan sangat sulit bagi Rusia dan Suriah untuk dapat segera mendapatkan kembali momentumnya, karena sekarang setelah oposisi berhasil menguasai Hama, mereka akan melancarkan serangan besar-besaran ke Homs,” kata Ramani kepada Al Jazeera.“Jika Homs direbut, Damaskus akan berada di bawah ancaman serius.”Faksi oposisi paling kuat yang terlibat dalam serangan ini adalah Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang merupakan mantan afiliasi al-Qaeda. Pemimpinnya, Abu Mohammed al-Julani, telah berjanji untuk melindungi kaum minoritas di Suriah, namun banyak yang masih merasa takut.Pada hari Rabu, al-Julani mengunjungi benteng bersejarah Aleppo dalam sebuah momen simbolis. Pendahulu kelompok ini diusir dari kota tersebut pada tahun 2016 setelah berbulan-bulan pengepungan dan pertempuran sengit, dalam kekalahan terbesar mereka dalam perang.*
Hidayatullah.com
Tanggapi Serangan Oposisi, Rezim Suriah Bombardir Daerah Sipil di Idlib
Hidayatullah.com – Sedikitnya 25 orang terbunuh dalam serangan udara rezim Assad dan Rusia di Idlib menurut laporan badan layanan darurat White Helmets pada Senin.Melansir New Arab, pesawat tempur Rusia dan rezim Assad sejak Ahad telah menggempur kota Idlib yang dikuasai kelompok oposisi setelah Presiden Suriah Bashar Al-Assad bersumpah untuk memberantas aliansi oposisi yang telah merebut kota Aleppo.Warga setempat mengatakan satu serangan menghantam daerah pemukiman padat penduduk di pusat kota Idlib, yang merupakan kota terbesar di daerah kantong pemberontak di dekat perbatasan Turki. Sekitar empat juta orang Suriah yang mengungsi tinggal di tenda-tenda darurat.Sedikitnya tujuh orang tewas dan puluhan lainnya terluka, menurut White Helmets di lokasi kejadian. Rezim Assad dan sekutunya, Rusia, telah terlibat dalam penyerangan secara sengaja terhadap daerah-daerah sipil di wilayah yang dikuasai oposisi selama lebih dari satu dekade perang saudara di Suriah, menewaskan ribuan orang.Jumlah korban tewas akibat serangan Suriah dan Rusia sejak 27 November lalu telah meningkat menjadi 56 orang, termasuk 20 anak-anak, lapor kelompok penyelamat sipil itu di X.Kelompok oposisi menguasai seluruh provinsi Idlib dalam beberapa hari terakhir, dan juga menyerbu kota terbesar di Suriah, Aleppo, sehingga memaksa pasukan rezim Assad untuk mundur.Ini adalah serangan pemberontak paling berani dalam beberapa tahun terakhir dalam perang saudara di mana sebagian besar pertempuran telah berhenti sejak tahun 2020.*Namun, rezim Assad, Rusia dan Iran telah aktif selama ini, termasuk sering menyerang Idlib yang dikuasai oposisi dan membangun pangkalan militer di dekatnya.Bashar al-Assad, dalam pernyataan di media pemerintah menyebut kelompok oposisi sebagai teroris.“Teroris hanya tahu bahasa kekerasan dan itu adalah bahasa yang akan kita gunakan untuk menghancurkan mereka,” ujarnya.Tentara Suriah yang setia kepada Assad mengatakan bahwa puluhan tentaranya telah terbunuh dalam pertempuran di Aleppo.*