Tag:
MUHASABAH
Suaraislam.id
Mengelola Tambang, Tak Ada Hak Syar’i bagi Partikelir
Seluruh kekayaan alam anugerah Allah yang terpendam dalam perut bumi yang memiliki deposit tak terbatas adalah hak milik bersama. Tidak boleh dijadikan hak milik negara. Walaupun demikian, negara diberi wewenang oleh Syara’ untuk mengelola demi kemaslahatan dan kesejahteraan umat manusia seluruhnya.Negara juga tidak boleh mengalihkan atau melimpahkan hak pengelolaannya kepada pihak manapun baik perorangan maupun korporasi.Semua Ulama Imam Madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali menyatakan pengalihan hak pengelolaan kepada pihak lain mengurangi hak bersama yang dimiliki oleh setiap orang. (Ibnu Qudamah, al-Mughni VIII/155, Wahbah az-Zuhaily , al-Fiqh al-Islamiy wa Adillatuh, V/451-457).Ada dua alasan kuat yang dikemukakan oleh para Ulama:Pertama, hadits yang disampaikan oleh Sahabat Abyadh bin Hammal bahwa dia meminta Rasulullah Saw untuk diberi hak pengolahan tambang garam di suatu lokasi yang ditunjukkannya. Rasulullah Saw semula memenuhi permintaannya, tetapi setelah mengetahui bahwa lokasi penambangan tersebut memiliki deposit garam yang besar maka dicabut kembali izin tersebut.عن ابيض بن حمال انه وفد الي رسول الله صلي الله عليه و سلم فاستقطعه الملح فقطع له، فلما ان ولي قال رجل من المجلس، أتدري ما قطعت له ؟ إنما قطعت له الماء العد ، قال : فانتزعه منه. رواه الترمذى و ابو داودRasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada sahabat Abyadh bin Hammal untuk menyerahkan kembali tambang garam di lokasi tersebut karena terdapat kandungan garam luar biasa bagaikan air yang mengalir. (HR. Tirmidzi No.1380, Abu Daud No.3064).Tindakan Rasulullah mengambil kembali tambang garam setelah Beliau mengetahui bahwa depositnya sangat banyak laksana air yang mengalir menunjukkan bahwa kepala negara tidak dibenarkan untuk melimpahkan pengolahannya kepada pihak swasta.Kedua, sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam:الناس شركاء في ثلاث ، في الماء و الكلأ و النار .Semua manusia mempunyai hak yang sama atas air, rumput, dan api. (HR. Ibnu Majah No.2472 dengan lafadz , “al-Muslimuuna” ).Imam Asy-Syaukani dalam kitabnya Nailul Authaar mengatakan, hadits ini menunjukkan bahwa semua manusia mempunyai hak yang sama atas sumber daya air. Juga sumber daya api berupa semua jenis tambang, batubara dan nikel, gas dan minyak bumi, emas dan intan serta jenis tambang lainnya termasuk garam di laut. Begitu pula rumput dan tempat tumbuhnya rumput seperti lembah, gunung , pulau dan tanah-tanah tak bertuan merupakan hak milik bersama (Nailul Authaar, V/365)Air merupakan salah satu kebutuhan vital hidup manusia. Oleh karena itu para Ulama sepakat bahwa setiap orang mempunyai hak intifa’ (mengambil manfaat) atas segala jenis air, baik sebagai hak syirb dan syafah (minum dan kebutuhan rumah tangga) maupun hak majra (irigasi).Hal ini untuk menjaga, jangan sampai terjadi, hanya sekadar untuk memenuhi kebutuhan air minum yang segar, rakyat harus mengorek kantongnya sebagai dampak dari swastanisasi sumber daya air.Karena swastanisasi sumber daya air dan komersialisasi air akan menghilangkan hak mendapatkan air secara bebas dari rakyat, yang seyogyanya setiap orang dapat dengan bebas mengkonsumsi air dan menggunakannya kapanpun dan dimanapun selama tidak bertentangan dengan ketentuan Syari’at agama.Wallahu a’lam bish-shawaab.KH Muhammad Abbas AulaKetua Komisi Fatwa MUI Kota Bogor periode 2005 – 2019
Suaraislam.id
Jangan Jadi Buzzer Israel!
Israel yang mayoritas orang Yahudi memang sangat biadab. Ribuan rakyat Palestina sudah menjadi korban pembunuhan. Dunia sudah mengutuk mereka tapi tak digubris. Wajar jika Allah SWT melaknati Bani Israel dengan menyebut monyet dan babi sebagaimana firmannya dalam surat al-Maidah: 60:مَنْ لَعَنَهُ اللَّهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيرَ“Orang yang dilaknat dan dimurkai Allah, di antara mereka ada yang dijadikan kera dan babi”Secara fisik mereka tetap manusia tidak berubah. Itu berarti, sebutan kera dan babi adalah bentuk umpatan kepada meraka yang dilaknat Allah. Ayat tersebut terkait dengan sikap dan perilaku Bani Israil. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam tafsir Ibnu Abi Hatim, sebagaimana yang dilansir oleh Dr. M. Nursalim dalam artikelnya, sebagai berikut :تفسير ابن أبي حاتم – (ج 23 / ص 27)عن ابن مسعود ، قال : سألنا رسول الله صلى الله عليه وسلم عن القردة والخنازير أهم من نسل اليهود ، فقال : « لا ، إن الله لم يلعن قوما قط فينسخهم ، فيكون لهم نسل ولكن هذا خلق كان ، فلما غضب الله على اليهود فمسخهم جعلهم مثلهم »“Dari Ibnu Mas’ud berkata, kami bertanya kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم tentang kera dan babi, apakah mereka dari keturunan Yahudi? Beliau menjawab: “Tidak, sesungguhnya Allah tidak melaknat suatu kaum kemudian mengubah bentuk mereka dan mereka memiliki keturunan, tetapi ini adalah ciptaan yang ada. Ketika Allah murka kepada orang Yahudi dan mengubah bentuk mereka, Dia menjadikan mereka seperti mereka (kera dan babi).”Jadi Allah SWT menyebut Bani Israel seperti kera dan babi itu kalimat ‘tasybih’ (perumpamaan) karena memang mereka ‘ndableg’ tak mau menghiraukan opini masyarakat dunia.Kafir HarbiKarena begitu biadabnya, maka zionis Israel itu adalah kafir harbi yakni orang kafir yang memerangi, memusuhi dan membunuh rakyat Palestina yang tak berdosa. Maka umat Islam untuk menghadapinya harus ‘jihad-qital’ yakni jihad perang. Kalau sekedar kutukan dan protes dari manapun tak digubris. Mau tidak mau negara-negara Islam harus sepakat dan serentak mengirimkan tentaranya untuk berjihad melawan musuh Allah dan musuh umat Islam.Haram Jadi BuzzerSatu ironi, ditengah bergabungnya saudara-saudara kita rakyat Pakestina, ada lima kader muda NU yang bertandang kesana bertemu Presiden zionis Israel dan berfoto bersama. Bahkan diduga kelima kader NU itu akan dijadikan buzzer mereka.Buzzer yang juga dikenal Hasbara adalah “menjelaskan” program hubungan masyarakat yang bertujuan menyebarkan informasi positif tentang Israel ke seluruh dunia. Itu sebabnya, mereka tak segan-segan berbohong dan memutar balikkan fakta. Hamas dan pejuang Palestina disebutnya teroris, begitu juga anak-anak Palestina , sebuah strategi perang yang licik.Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Sudarnoto Abdul Hakim, menyebut agen Israel sudah mulai bergerak di kampus dan masjid di Indonesia. Ia meminta masyarakat waspada.“Upaya zionis, agen-agen zionis Israel terus bergerak, karena itulah waspadalah jaga Negara Kesatuan Republik Indonesia, jaga martabat dan kedaulatan bangsa Indonesia dari pengkhianat perjuangan,” kata dia dalam kegiatan Sport Solidarity Day yang digelar di Patung Kuda, Jakarta Pusat, pada Ahad (KontenIslam.com, 21/07) lalu.1 2Laman berikutnya
Suaraislam.id
Jadilah Muslim yang Cerdas
Alhamdulillah, kini Indonesia banyak sarjananya, tentu mayoritas muslim. Di instansi pemerintah juga banyak yang bergelar sarjana. Di ormas-ormas Islam juga tidak sedikit yang bertitel sarjana plus kiai atau ustaz. Apalagi di lembaga pendidikan, sarjana, doktor bahkan profesor.Pertanyaannya, apakah yang sudah bergelar sarjana itu seorang muslim yang cerdas?Wabilkhusus, apakah lima kader muda NU yang juga sarjana yang berkunjung ke Israel yang bertemu presidennya dan berfoto bersama itu juga muslim yang cerdas?Padahal mereka tahu bahwa Israel adalah zionis biadab yang hingga kini tentaranya secara sadis membunuh rakyat Palestina yang tak berdosa itu.Kita memang tak tahu niat dan tujuan mereka berkunjung ke Israel. Apakah akan menjadi juru damai, cari panggung atau akan menjadi buzzer negara zionis itu. Wallahu a’lam.Padahal Allah SWT melarang ‘berkawan-setia’ dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagaimana firmanNya:يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi auliya bagimu; sebahagian mereka adalah auliya bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi auliya, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim.” (QS. Al-Maidah: 51)Auliya dalam ayat tersebut ada yang mengartikan ‘kawan setia’ dan ada yang mengartikan ‘pemimpin’.Negara Israel itu mayoritas penduduknya orang Yahudi. Dan Allah SWT melarangnya untuk ‘berkawan setia’ dengan mereka.Orang yang CerdasSiapakah yang dimaksud dengan orang yang cerdas? Apakah setiap orang yang bergelar sarjana atau doktor itu pasti orang yang cerdas? Simak hadits berikut:Sahabat Umar ibn Khattab, khalifah kedua setelah Abu Bakar As-Shiddiq, pernah berkata:أتيتُ النَّبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم عاشرَ عشرةٍ , فقال رجلٌ من الأنصارِ : من أكيَسُ النَّاسِ وأكرمُ النَّاسِ يا رسولَ اللهِ ؟ فقال : أكثرُهم ذِكرًا للموتِ وأشدُّهم استعدادًا له أولئك هم الأكياسُ ذهبوا بشرفِ الدُّنيا وكرامةِ الآخرةِ .“Bersama kesepuluh orang, aku menemui Nabi Saw lalu salah seorang di antara kami bertanya, ‘Siapa orang paling cerdas dan mulia wahai Rasulullah?’ Nabi menjawab, ‘Orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya, mereka itulah orang yang cerdas, mereka pergi dengan membawa kemuliaan dunia dan kehormatan akhirat’.” (Hadits riwayat Ibnu Majah).
Suaraislam.id
Memilih Persahabatan: Kunci Kebahagiaan Dunia dan Akhirat
Dalam perjalanan hidup, kita sering mendengar ungkapan “Temanmu adalah cerminan dirimu.” Ungkapan ini bukan sekadar kata-kata bijak tanpa makna, melainkan sebuah kebenaran yang telah dibuktikan oleh berbagai penelitian ilmiah dan ajaran agama. Persahabatan memiliki kekuatan luar biasa dalam membentuk siapa kita, mempengaruhi keputusan-keputusan penting dalam hidup, dan bahkan menentukan nasib kita di akhirat kelak.Dr. David McClellan, seorang peneliti dari Harvard University, selama 25 tahun melakukan studi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan seseorang. Temuannya mengejutkan sekaligus menegaskan apa yang telah lama kita yakini: hingga 99% kesuksesan seseorang ditentukan oleh apa yang ia sebut sebagai “kelompok referensi” – orang-orang yang paling sering kita asosiasikan dengan diri kita. McClellan menemukan bahwa mengubah kelompok referensi seseorang dapat sepenuhnya mengubah cara berpikir mereka.Temuan ini diperkuat oleh penelitian lain yang menunjukkan bahwa manusia menghabiskan sekitar 10% dari pemikirannya untuk membandingkan diri secara langsung dengan orang lain. Bayangkan, satu dari sepuluh pikiran kita digunakan untuk melihat diri kita dalam cermin sosial yang dibentuk oleh orang-orang di sekitar kita. Ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh lingkungan sosial terhadap pembentukan identitas dan pola pikir kita.Dalam konteks Islam, pentingnya memilih teman yang baik telah ditekankan sejak lama. Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud: “Seseorang itu mengikuti din (agama; tabiat; akhlaq) kawan dekatnya. Oleh karena itu, hendaknya seseorang di antara kalian memperhatikan siapa yang dia jadikan kawan dekat.” Hadits ini dengan jelas mengingatkan kita bahwa kita cenderung mengadopsi sifat, perilaku, dan nilai-nilai dari orang-orang terdekat kita.Lebih jauh lagi, dalam Al-Qur’an, Allah SWT menggambarkan betapa pentingnya persahabatan yang baik dan betapa berbahayanya persahabatan yang buruk. Dalam Surah Az-Zukhruf ayat 67, Allah berfirman: “Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” Ayat ini mengingatkan kita bahwa persahabatan yang tidak didasari oleh ketakwaan kepada Allah bisa berubah menjadi permusuhan di akhirat kelak.Namun, persahabatan yang dibangun atas dasar keimanan dan ketakwaan tidak hanya membawa kebaikan di dunia, tetapi juga akan menjadi penolong kita di akhirat. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda: “Seseorang akan bersama orang yang dicintainya (di akhirat kelak).” Hadits ini memberi harapan bahwa jika kita memilih untuk bersahabat dan mencintai orang-orang yang saleh, kita akan berkesempatan untuk bersama mereka di surga.Memilih persahabatan bukan hanya tentang menghindari pengaruh buruk, tetapi juga tentang secara aktif mencari dan membangun hubungan dengan orang-orang yang dapat mengangkat kita menjadi versi terbaik dari diri kita. Seperti yang dikatakan oleh Jim Rohn, seorang motivator terkenal, “Anda adalah rata-rata dari lima orang yang paling sering Anda habiskan waktu bersama.” Pernyataan ini menegaskan bahwa kualitas hidup kita sangat dipengaruhi oleh kualitas orang-orang di sekitar kita.Dalam memilih persahabatan, kita perlu mencari orang-orang yang memiliki visi dan nilai-nilai yang sejalan dengan kita. Sahabat yang baik adalah mereka yang mendorong kita untuk terus berkembang, yang mengingatkan kita ketika kita melakukan kesalahan, dan yang mendukung kita dalam mengejar impian-impian kita. Mereka adalah orang-orang yang membawa kita lebih dekat kepada Allah SWT dan membantu kita menjadi hamba-Nya yang lebih baik.Namun, memilih persahabatan yang baik bukanlah tugas yang mudah. Dalam dunia yang semakin terhubung namun paradoksnya juga semakin terisolasi secara emosional, menemukan sahabat sejati bisa menjadi tantangan tersendiri. Kita perlu aktif mencari dan membangun hubungan dengan orang-orang yang memiliki karakter dan nilai-nilai yang kita kagumi. Ini mungkin berarti keluar dari zona nyaman kita, bergabung dengan komunitas-komunitas yang positif, atau bahkan berani untuk memutuskan hubungan dengan orang-orang yang membawa pengaruh negatif dalam hidup kita.Sebagai penutup, mari kita renungkan sebuah doa yang indah: “Ya Allah, antarkanlah aku kepada orang yang dapat mengantarkan aku kepada-Mu, kumpulkanlah aku dengan orang yang dapat mengumpulkan aku dengan-Mu, dan mudahkanlah amalan saleh yang menjadikanku dekat kepada-Mu.” Doa ini mengingatkan kita bahwa tujuan utama dalam memilih persahabatan adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.Memilih persahabatan dengan bijak bukan hanya investasi untuk kebahagiaan dan kesuksesan di dunia, tetapi juga untuk keselamatan dan kebahagiaan kita di akhirat. Melalui persahabatan yang dilandasi keimanan dan ketakwaan, kita tidak hanya menemukan dukungan dan kebahagiaan di dunia, tetapi juga membangun jembatan menuju surga-Nya. Mari kita jadikan setiap persahabatan sebagai tangga menuju kedekatan dengan Allah SWT dan kebaikan yang abadi. (RM. 06/07/2024)Dr. Rahmat Mulyana, Dosen Institut Islam Tazkia
Suaraislam.id
Rahasia Umur 40 Tahun Menurut Islam
Kita sering mendengar istilah Life begins at 40. jika ditilik dari sisi psikologis, istilah life begins at 40 ini sesungguhnya kerap diucapkan sebagai bentuk dukungan atau semangat kepada orang yang sudah memasuki usia “kepala 4”. Namun, ungkapan ini juga sebagai gambaran bahwa seseorang di usia 40 tahun sudah memasuki jenjang yang stabil dan matang, baik secara emosional maupun finansial.Secara karakter sudah semakin menetap, semakin berakar, puguh dengan siapa (diri) mereka. Jadi tidak mudah diombang-ambingkan lagi. Pada usia dewasa 40-an, kondisi ini mulai bisa disebut stabil. Parameternya, mulai memiliki tabungan, jenjang karier yang tetap dan berkembang, juga relasi yang kokoh.Namun seseorang dengan usia 40an, dalam waktu bersamaan juga memiliki dua generasi yang menjadi tanggung jawabnya. Pertama, generasi di bawahnya, yakni anak-anak. Yang kedua adalah generasi di atasnya atau orangtua. Keduanya menuntut perhatian dari orang dewasa, seringkali masalah yang ada itu terjadi pada orang-orang di sekitar mereka, orangtuanya ternyata sakit-sakitan atau anaknya butuh biaya sekolah tinggi, sehingga perlu keputusan yang tepat dan matang.Dalam Islam, usia manusia diklasifikasikan menjadi 4 (empat) periode, yaitu 1) periode kanak kanak atau thufuliyah, 2) periode muda atau syabab, 3) periode dewasa atau kuhulah, dan 4) periode tua atau syaikhukhah. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menyebut periode kanak-kanak itu mulai lahir hingga baligh, muda mulai dari usia baligh sampai 40 tahun, dewasa usia 40 tahun sampai 60 tahun, dan usia tua dari 60-70 tahun.Usia 40 tahun dengan demikian adalah usia ketika manusia benar-benar meninggalkan masa mudanya dan beralih menapaki masa dewasa penuh yang disebut dengan usia dewasa madya (paruh baya) atau kuhulah. Hal ini sesuai dengan pendapat pakar psikologi seperti Elizabet B. Hurlock, penulis “developmental phycological” masa dewasa awal atau early adulthood terbentang sejak tercapainya kematangan secara hukum sampai kira-kira usia 40 tahun.Selanjutnya adalah masa setengah baya atau midle age yang umumnya dimulai pada usia 40 tahun dan berakhir pada usia 60 tahun. Dan akhirnya, masa tua atau old age dimulai sejak terakhirnya masa setengah baya sampai seseorang meninggal dunia. Nuansa kejiwaan yang paling menarik pada usia 40 tahun ini adalah meningkatnya minat seseorang terhadap agama (religiusitas dan spiritualisme) setelah pada masa-masa sebelumnya minat terhadap agama itu boleh jadi kecil sebagaimana diungkapkan oleh banyak pakar psikologi sebagai least religious period of life.Muslim dengan usia 40 tahun menurut konsep Al Qur’an dipandang sebagai orang Islam dengan usia dewasa dan istimewa. Teori manajemen, menyebut usia 40 tahun adalah batas usia produktif manusia. Teori psikologi, usia tersebut merupakan usia kematangan spiritual seorang manusia. Bahkan dalam hadits Rasulullah SAW yang dikutip oleh Imam Al-Ghazali. Manusia dengan usia 40 tahun dinilai memiliki kematangan mengolah dan mendayagunakan akal.Apresiasi Al-Qur’an tentang bahasan usia (umur) termaktub dalam surat Al-Ahqaf ayat 15 menyebutkan bahwa di usia tersebut seorang manusia harus mereview ulang (flash back) terhadap dirinya sendiri, orang tua dan bersyukur kepada Allah SWT. Dalam ayat tersebut kalimat yang mengandung pengertian dewasa adalah lafadz balagh al-Syuddah yang berarti “mencapai usia dewasa” dalam lisan Arab kata al-Asyuddah diartikan sebagai seseorang yang sudah banyak pengalaman dan pengetahuan. Al-Asyudda adalah jamak dari kata Syuddah yang memiliki arti yang mempunyai kekuatan dan kesabaran atau ketabahan.Mengacu pada pengertian di atas, maka istilah kedewasaan merupakan sebuah rentang waktu yang harus dilalui oleh seseorang hingga mencapai batas kekuatan fisik, kesempurnaan akal, maupun puncak ketabahan dan kematangan beragamanya. Dengan semakin meningkatnya taraf hidup dan semakin panjangnya usia rata-rata manusia saat ini, maka masa dewasa merupakan rentang waktu paling lama dalam kehidupan seseorang.Menurut M. Rohma Rozikin (2021), di usia 40 tahun biasanya muncul kebijaksanaan, mulai muncul kestabilan jiwa, dan mulai berkurang dorongan hawa nafsu. Di usia ini atau menjelang usia ini pula biasanya orang mulai mendapatkan ujian hebat sampai akhirnya dia bertobat, kembali kepada Allah SWT, fokus untuk akhirat, dan menyadari semua kepalsuan dunia. Di usia ini orang biasanya mulai bisa lebih dewasa, lebih bisa menyadari statusnya sebagai hamba Allah, dan lebih bisa menghayati makna penyembahan terhadap Allah. Ketika seseorang berusia 40 tahun maka Allah memberikan janji-Nya dalam Al-Qur’an yaitu kematangan.Maka hendaklah bersungguh-sungguh dalam hidup, menajamkan hikmah dan kebijaksanaan, membuang kejahilan, memperbanyak tobat dan lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Secara tegas dan berulang-ulang Alquran menjelaskan kepada manusia tentang proses penciptaannya dari awal hingga akhir.Kemudian Alquran menjelaskan tentang kewajiban yang harus dilakukan manusia kepada orangtua. Bahkan tidak cukup sampai disitu, Alquran juga memberikan penjelasan tentang apa yang akan dialami manusia sesudah kehidupan duniawi. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Ahqaf (46) Ayat 15 :وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ اِحْسَانًا ۗحَمَلَتْهُ اُمُّهٗ كُرْهًا وَّوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۗوَحَمْلُهٗ وَفِصٰلُهٗ ثَلٰثُوْنَ شَهْرًا ۗحَتّٰىٓ اِذَا بَلَغَ اَشُدَّهٗ وَبَلَغَ اَرْبَعِيْنَ سَنَةًۙ قَالَ رَبِّ اَوْزِعْنِيْٓ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضٰىهُ وَاَصْلِحْ لِيْ فِيْ ذُرِّيَّتِيْۗ اِنِّيْ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاِنِّيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ“Kami wasiatkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandung sampai menyapihnya itu selama tiga puluh bulan. Sehingga, apabila telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun, dia (anak itu) berkata, “Wahai Tuhanku, berilah petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dapat beramal saleh yang Engkau ridai, dan berikanlah kesalehan kepadaku hingga kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada-Mu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim.”1 2Laman berikutnya
Suaraislam.id
Bau Menyengat Politik Dinasti di Balik Putusan MA
Genderang pesta demokrasi kembali bertabuh. Usai Pilpres, Pilkada pun dimulai. Seakan mengulang kontroversi di Pilpres soal putusan MK tentang batas usia capres/cawapres. Kali ini MA mengeluarkan putusan yang mencabut batas usia kontestan Pilkada.Putusan MA itu menanggapi permohonan hak uji materi (HUM) yang dilayangkan oleh Partai Garuda terhadap Peraturan KPU Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pencalonan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota.Terbilang singkat, hanya dalam tempo tiga hari setelah diterimanya berkas HUM, keputusan sudah keluar. MA mengubah ketentuan syarat usia calon kepala daerah yang semula “terhitung sejak penetapan pasangan calon” yaitu pada 22 September 2024 menjadi “terhitung sejak pelantikan pasangan calon terpilih” yaitu diperkirakan awal 2025. Untuk usia terendahnya masih sama yaitu 30 tahun untuk tingkat provinsi dan 25 tahun tingkat kota/kabupaten (tirto.id, 02/06/2024).Serasa dejavu. Tak lama berselang kontroversi keputusan MK soal syarat usia capres/cawapres, kini MA pun utak-atik hal yang sama untuk calon kepala daerah. Bau menyengat politik dinasti pun menyeruak. Jika hasil putusan MK memuluskan Gibran si anak presiden menjadi cawapres. Maka putusan MA diduga kuat menjadi karpet merah bagi Kaesang, putra bungsu presiden menjadi kontestan di Pilkada 2024.Putusan MA ini menuai kritikan. Indonesia Corruption Watch (ICW) bersama Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK) menilai bahwa pertimbangan dan amar putusan MA ini bermasalah. Preseden buruk Pemilu 2024, berlanjut di Pilkada, demi kepentingan sejumlah pihak tertentu (okezone com, 02/06/2024).Peneliti dari Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Aisah Putri Budiarti merasa aneh dengan putusan MA ini. Mengapa harus direvisi saat proses menuju Pilkada 2024 sedang berlangsung? Mengapa caranya potong-potong kompas, tidak menempuh jalur revisi yang semestinya? Tidakkah ini mengindikasikan ada kepentingan politik kelompok tertentu?Hal senada diungkapkan oleh pakar hukum tata negara Bivitri Susanti. Bivitri adalah salah satu narasumber di film “Dirty Vote”, film yang viral jelang Pemilu 2024 lalu, mengungkap dugaan kecurangan Pemilu. Bivitri mengkritik penalaran hukum yang menurutnya tidak wajar dalam putusan MA, bahkan “sudah keluar dari tugas konstitusional MA“. (bbc.com, 02/06/2024).Kritik pedas dan tajam datang dari eks Menkopolhukam RI sekaligus mantan Ketua MK, Mahfud MD. Di akun YouTube pribadinya, Mahfud mengomentari cara berhukum negeri ini yang sudah rusak dan dirusak. “Teruskan saja, mumpung Anda masih punya posisi. Tapi suatu saat itu bisa memukul dirinya sendiri ketika orang lain menggunakan cara yang sama.”, lanjutnya. (kumparan.com, 05/06/2024).Apa yang disampaikan oleh Mahfud MD patut menjadi renungan kita. Supremasi hukum di negeri ini telah luluh lantak. Hukum bisa diutak-atik sesuai dengan kemauan pemangku kepentingan. Tak ada standar yang mampu mengembalikan hukum ke jalur yang benar. Sebab benar dan salah lagi-lagi diserahkan kepada manusia. Padahal kemampuan akal manusia terbatas.Demikian ketika kehidupan manusia diatur oleh sistem sekuler kapitalisme. Agama yang seharusnya menjadi standar, justru dijauhkan dan difitnah kolot. Manusia pun didaulat sebagai pembuat aturan dan hukum. Akibatnya, produk hukum buatan manusia akan sarat dengan kepentingan pribadinya.Sistem kapitalisme menjadikan materi dan segala kesenangan duniawi sebagai tujuan hidup. Alhasil, apapun akan dilakukan demi melanggengkan kekuasaan, meskipun harus mengangkangi hukum. Memang, empuknya kursi kekuasaan akan membuka kunci-kunci gudang kekayaan harta.Laksana hidup di hutan rimba jika sistem sekuler kapitalisme ini terus dipertahankan. Yang kuat dan berkuasa akan terus jemawa dan memainkan tentakel gurita kekuasaannya. Sementara yang lemah akan tersingkir bahkan terbuang hingga akhirnya mati. Sungguh, sistem ini tidak manusiawi.1 2Laman berikutnya
Suaraislam.id
Andai Ibnu Umar Mengadu ke Mahkamah Konstitusi
Ibnu Umar yang saya maksud adalah Abdullah bin Umar, putra Umar bin Khathab. Siapa yang diandaikan diadukan ke Mahkamah Konstitusi (MK)? Ya ayahnya sendiri, yakni Umar yang sekaligus kepala negara atau Amirul Mukminin saat itu. ‘Presiden’ dalam istilah sekarang.Apakah tepat pengandaian Ibnu Umar mengadukan Amirul Mukminin ke MK? Tentu saja tidak tepat. Sebab, dalam sistem pemerintahan Islam, jika rakyat ingin mengadukan kepala negara atau aparat negara lainnya terkait kebijakan, lembaga yang lebih tepat untuk menangani masalah itu adalah Mahkamah Mazalim. Demikian seperti ditulis Abdul Qadim Zallum dalam “Nizamul Hukmi fil Islam.”Tapi, saya sengaja menyebut MK, yang saat ini putusannya masih hangat. MK yang memutuskan Airlangga Hartarto dan Zulkifli Hasan tidak melanggar kampanye Pilpres, padahal kedua menteri itu “cetho welo-welo” menyebut bansos negara yang dibagikan kepada rakyat sebagai “bansos Jokowi”.MK pula yang telah melemahkan dalil penggugat bahwa Erick Thohir melanggar aturan pemilu dengan tidak cuti atau mengundurkan diri dari jabatan saat berkampanye untuk pasangan Prabowo-Gibran. Padahal rakyat tahu, dengan jabatan Menteri BUMN yang masih melekat lalu berkampanye untuk pasangan calon tertentu itu artinya ada penyelahgunaan fasilitas negara.MK pula yang telah memutuskan tidak adanya cawe-cawe Presiden dalam Pilpres 2024. Padahal Presiden Jokowi sendiri yang terang-terangan mengatakan dirinya akan cawe-cawe.Menurut MK, tidak ada bukti kuat bahwa pernyataan Presiden itu merupakan kehendak untuk ikut campur dalam penyelenggaraan Pilpres 2024 dengan menggunakan cara-cara di luar hukum dan di luar konstitusi.Menurut MK juga, tidak ada korelasi antara bentuk cawe-cawe dengan potensi perolehan suara salah satu pasangan calon presiden dan wakil presiden pada Pilpres 2024.Putusan-putusan MK ini, jika dikaitkan dengan kebijakan Amirul Mukminin Umar bin Khathab, semuanya bertentangan. Lho kok bisa?Adalah Umar bin Khathab, salah satu pemimpin dalam sejarah peradaban Islam yang meninggiutamakan adab atau etika dalam pemerintahan. Ia tidak hanya berpaku pada hukum: boleh atau tidak boleh, halal atau haram saja dalam pengambilan keputusan. Tetapi lebih dari itu.Coba perhatikan bagaimana pernyataan Umar kepada keluarganya. “Aku telah melarang rakyat untuk melakukan ini dan itu. Rakyat akan melihat tindak tanduk kalian sebagaimana seekor burung melihat sepotong daging. Bila kalian melanggar, maka mereka akan melanggar. Dan, bila kalian takut melakukannya, maka mereka juga akan takut melakukannya. Demi Allah, bila salah seorang di antara kalian diserahkan kepada saya karena ia melanggar apa yang sudah saya larang, maka saya akan melipatgandakan hukuman kepadanya, karena ia kerabat saya. Siapa di antara kalian yang ingin melanggar, silakan! Dan, siapa yang ingin mematuhinya, juga silakan.”Umar melarang anggota keluarganya memanfaatkan fasilitas-fasilitas umum yang dikhususkan negara bagi sekelompok rakyat. Sebab Umar khawatir bila anggota keluarganya mengkhususkan fasilitas tersebut untuk mereka.Umar juga tidak membiarkan putra-putrinya mendapatkan keistimewaan (privilege), memperoleh dan mengumpulkan harta dengan memanfaatkan kedudukan mereka sebagai putra seorang penguasa.
Suaraislam.id
Ramadhan akan Pergi, Akankah Berjumpa Lagi?
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah naik ke atas mimbar. Lalu beliau mengucapkan Amiin sebanyak tiga kali. Sebagian sahabat bertanya, “Engkau mengaminkan apa?” Kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memberikan jawabannya, salah satunya:وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ“Amat merugi/hina seseorang yang Ramadhan masuk padanya kemudian Ramadhan pergi sebelum diampuni dosanya.” (HR. al-Tirmidzi, Ahmad, al-Baihaqi, al-Thabrani, dan dishahihkan Al-Albani dalam Shahih al-Jaami’, no. 3510)Ya, orang yang merugi adalah mereka yang dosanya belum terampuni setelah Ramadhan berlalu. Mereka itu yang boleh jadi berpuasa dan qiyamnya, namun di saat yang sama tak mampu meninggalkan berkata dusta, berbuat nista, menyia-nyiakan waktu dan kesempatan serta yang semisalnya.Ramadhan pergi, tapi bukan kepergiannya yang kutakuti. Tapi setiap kebiasaan yang ada akankah sama? Ibadah yang mungkin berkurang, bukan pada bilangannya tapi kekhusyuannya. Sedekah yang mungkin berkurang, bukan pada jumlahnya tapi keikhlasannya. Akankah Kita bisa melewatinya?Di bulan Ramadhan waktu subuh terasa ringan dikerjakan, karena hanya berbeda beberapa menit saja setelah makan sahur. Waktu isya yang beriringan sebelum tarawih dilakukan. Lantunan ayat Al-qur’an yang terasa ringan diucapkan. Akankah sama setelah ramadhan ini?Tapi inilah ironi pasca Ramadhan, Subuh yang kadang hampir kesiangan, Isya yang kadang malas karena kelelahan, membaca Al-Qur’an yang dilakukan kadang-kadang, jamaah masjid yang hanya terhitung dengan jari tangan, puasa sunnah yang terhitung jarang. Sungguh seberat inikah usai kepergiannya? Satu bulan bersama, belasan bulan terlena. Bukankah setelah sebulan iman ditempa, menjadikan pribadi yang lebih baik lagi?Ya Allah tetapkanlah nikmat iman dan islam dihati kami. Sehatkan badan kami, sampaikan kami pada ramadhan ditahun mendatang. Hasbunallah wa ni’mal wakil, ni’mal maula wa ni’man nashir.Wallahu a’lamAbu MiqdamKomunitas Akhlaq Mulia