Tag:
Mohammed bin Salman
Hidayatullah.com
Media AS: Arab Saudi Tangkap Warganya yang Kritik Israel
Hidayatullah.com – Arab Saudi dilaporkan menindak keras warganya yang secara online mengekspresikan pandangan kritis terhadap genosida Israel di Gaza.
Klaim dalam laporan Bloomberg pada hari Rabu ini muncul ketika para pejabat AS menyatakan bahwa pembicaraan sedang berlangsung untuk kesepakatan normalisasi Saudi-Israel.
Menurut laporan tersebut, mengutip sejumlah sumber diplomatik yang tidak disebutkan namanya, mengabarkan penangkapan seorang eksekutif perusahaan yang terlibat Visi 2030, proyek besar Saudi yang dipelopori Putra Mahkota, Mohammed bin Salman.
Sumber-sumber yang mengetahui masalah ini mengatakan kepada Bloomberg bahwa orang tersebut ditangkap karena mengekspresikan pandangan “menghasut” tentang konflik Israel-Gaza saat ini.
Tahanan kedua adalah seorang tokoh media yang menurut laporan Bloomberg mengatakan bahwa “Israel tidak boleh dimaafkan”, dan tahanan lainnya adalah seseorang yang menyerukan pemboikotan restoran cepat saji AS di kerajaan.
Para aktivis Saudi mengatakan bahwa laporan tersebut menunjukkan bahwa prospek normalisasi dengan Israel telah menyebabkan penindasan yang lebih besar dalam masyarakat Saudi.
“Laporan ini mengungkap kebohongan seputar potensi normalisasi antara Arab Saudi dan Israel,” ujar Lina al-Hathloul, kepala pemantauan dan advokasi di kelompok hak asasi manusia ALQST, kepada Middle East Eye.
“Ini disebut-sebut sebagai perjanjian damai antara Israel dan negara-negara Arab. Tidak ada perang antara Arab Saudi dan Israel. Jadi apa yang kami lihat adalah bahwa alih-alih membawa perdamaian, hal itu kemungkinan akan membawa lebih banyak penangkapan dan pelecehan terhadap rakyat Saudi.”
Middle East Eye telah menghubungi kementerian luar negeri Arab Saudi untuk memberikan komentar namun belum menerima tanggapan hingga berita ini diterbitkan.
Pada tahun 2020 dan 2021, Israel mencapai kesepakatan normalisasi yang ditengahi oleh AS dengan Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan, dan Maroko.
Sejak saat itu, ada spekulasi yang terus berlanjut tentang kesepakatan serupa dengan Arab Saudi, sekutu utama AS.
Pada bulan Januari, Pangeran Khalid bin Bandar, duta besar Saudi di London, mengatakan bahwa kesepakatan normalisasi sudah “dekat” namun kerajaan ini menghentikan sementara pembicaraan yang ditengahi oleh AS setelah serangan mematikan ke Israel pada tanggal 7 Oktober oleh para pejuang yang dipimpin oleh Hamas.
Kementerian luar negeri Saudi mengatakan pada bulan Februari bahwa tidak ada normalisasi yang akan terjadi tanpa gencatan senjata dan kemajuan menuju kenegaraan Palestina.
Namun, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan minggu ini bahwa Washington dan Riyadh telah terlibat dalam diplomasi intensif selama sebulan terakhir untuk mencapai kesepakatan normalisasi.
“Pekerjaan yang telah dilakukan oleh Arab Saudi dan Amerika Serikat bersama-sama dalam hal kesepakatan kami sendiri, saya pikir, berpotensi sangat dekat dengan penyelesaian,” katanya di Forum Ekonomi Dunia di Riyadh pada hari Minggu.
Tindakan keras terhadap kritik
Tindakan keras seperti penangkapan dan penjara terhadap orang-orang yang melakukan kritik di media sosial telah menjadi praktik umum sejak MBS menjadi putra mahkota pada 2017.Dakwah Media BCA - GreenYuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/Arab Saudi tidak mengungkapkan jumlah mereka yang ditahan, dan tidak mengadili mereka di pengadilan biasa.
Para tahanan tersebut biasanya dihadapkan ke Pengadilan Kriminal Khusus yang terkenal kejam dan diadili di bawah undang-undang kontraterorisme, yang menurut kelompok HAM memungkinkan terjadinya pelanggaran berat terhadap hak untuk diadili secara bebas.
Mereka yang ditahan karena unggahan di media sosial termasuk instruktur kebugaran Manahel al-Otaibi, yang telah ditahan di penjara sejak November 2022 karena unggahan di media sosial yang mendukung kebebasan yang lebih besar bagi perempuan di kerajaan.
Mereka juga termasuk Manal al-Gafiri, seorang pelajar yang dipenjara 18 tahun karena mengunggah tweet yang mendukung tahanan politik di kerajaan.
Pada tahun 2022, seorang kandidat doktoral Universitas Leeds Salma al-Shehab dijatuhi hukuman 34 tahun penjara karena unggahan di media sosial yang menuntut hak asasi manusia.*
Arrahmah.id
Presiden Palestina Bertemu MBS di Riyadh, Ini yang Dibahas
RIYADH (Arrahmah.id) — Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) telah mengadakan pertemuan dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Seperti dilansir Al Arabiya (30/4/2024), kantor berita Saudi Press Agency (SPA) melaporkan pada Senin (29/4), bahwa MBS menegaskan kepada Abbas soal dukungan teguh Riyadh kepada rakyat Palestina sampai mereka mendapatkan hak-hak mereka. MBS, menurut SPA, […]
Arrahmah.id
MBS Larang Buka Puasa di Masjid Ketika Ramadhan, Kenapa?
RIYADH (Arrahmah.id) — Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed Bin Salman, telah mengeluarkan perintah yang melarang buka puasa di masjid-masjid Arab Saudi menjelang Ramadhan mendatang, yang untuk sementara dijadwalkan dimulai pada 11 Maret dan berakhir pada 9 April tahun ini. Instruksi yang dikeluarkan Kementerian Agama Islam Arab Saudi tertanggal 20 Februari 2024 itu menguraikan serangkaian instruksi […]
Arrahmah.id
Bahas Invasi Rusia, Presiden Ukraina Temui MBS di Riyadh
RIYADH (Arrahmah.id) — Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menemui Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) di Riyadh, hari Selasa (27/2/2024), untuk membahas invasi Rusia ke Ukraina yang sudah memasuki tahun ketiga. Melalui aplikasi Telegram, Zelenskyy mengatakan bahwa topik utama pertemuan itu adalah kerangka Formula Perdamaian Kyiv untuk mengakhiri invasi, serta dipulangkannya para tawanan dan […]
Hidayatullah.com
Dikawal Empat Jet Tempur Rusia, Putin Kunjungi Arab Saudi
Hidayatullah.com – Presiden Vladimir Putin dikawal empat jet tempur Rusia saat melakukan kunjungan ke Timur Tengah pada hari Rabu. Putin, yang jarang melakukan perjalanan ke luar negeri, mengunjungi dua negara yaitu Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UAE) untuk membahas minyak, Gaza, dan Ukraina menurut laporan Reuters.
Pertemuan Putin dengan sang Pangeran Arab Saudi, yang dikenal sebagai MBS, terjadi setelah harga minyak jatuh meskipun ada janji dari OPEC+, yang merupakan kelompok Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu-sekutunya yang dipimpin oleh Rusia, untuk memangkas produksi.
Pesawat kepala negara Kremlin diapit oleh jet-jet tempur Sukhoi-35S, yang diperlihatkan oleh Kementerian Pertahanan terbang di samping pesawat Ilyushin-96 dari Rusia ke Uni Emirat Arab.
Di Abu Dhabi, Presiden Sheikh Mohammed Bin Zayed Al Nahyan menyambut “teman baiknya” dan jet-jet UEA menyambut pemimpin Kremlin dengan terbang melintas di atas bendera Rusia.
“Hubungan kita, sebagian besar karena posisi Anda, telah mencapai tingkat yang sangat tinggi yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Putin kepadanya. “UEA adalah mitra dagang utama Rusia di dunia Arab.”.Delegasi Rusia terdiri dari para pejabat tinggi perminyakan, ekonomi, luar negeri, luar angkasa, dan energi nuklir.
Putin mengatakan Rusia dan UEA bekerja sama sebagai bagian dari OPEC+, yang anggotanya memompa lebih dari 40 persen minyak dunia, dan menambahkan bahwa mereka akan membahas konflik Israel-Palestina dan Ukraina.
Setelah UEA, Vladimir Putin melakukan perjalanan ke Arab Saudi untuk pertemuan tatap muka pertamanya dengan MBS sejak Oktober 2019. Kunjungan terakhirnya ke wilayah tersebut adalah pada Juli 2022, ketika ia bertemu dengan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, di Iran.
Tidak segera jelas apa yang akan dibicarakan Putin, yang jarang meninggalkan Rusia sejak dimulainya perang Ukraina, dengan Putra Mahkota eksportir minyak mentah terbesar di dunia itu.
Perjalanan untuk bertemu MBS, hanya beberapa hari setelah pertemuan penting OPEC+ ditunda, tampak terburu-buru. Salah satu sumber mengatakan kepada Reuters sebelumnya bahwa MBS memiliki rencana untuk mengunjungi Moskow.
Putin, yang terakhir kali mengunjungi kawasan ini pada pertengahan 2022, akan menjamu mitranya dari Iran, Ebrahim Raisi, di Moskow pada hari Kamis.
Putin dan MBS
Kremlin mengatakan bahwa selain minyak, Putin dan MBS akan membicarakan perang antara Israel dan Hamas, situasi di Suriah dan Yaman, dan isu-isu seperti memastikan stabilitas di Teluk, sementara seorang ajudan mengatakan bahwa Ukraina juga akan dibahas.
Putin dan MBS, yang bersama-sama mengendalikan seperlima dari minyak yang dipompa setiap hari, telah lama menikmati hubungan yang dekat, meskipun keduanya, kadang-kadang, dikucilkan oleh Barat.
Pada KTT G20 tahun 2018, hanya dua bulan setelah pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di konsulat Saudi, Putin dan MBS melakukan tos dan berjabat tangan sambil tersenyum.
MBS, 38 tahun, telah berusaha untuk menegaskan kembali Arab Saudi sebagai kekuatan regional yang tidak terlalu bergantung pada Amerika Serikat, yang memasok sebagian besar persenjataan ke Riyadh dan merupakan produsen minyak terbesar di dunia.
Putin, yang mengirim pasukan ke Ukraina pada Februari 2022, mengatakan bahwa Rusia terlibat dalam pertempuran eksistensial dengan Barat – dan telah merayu sekutu di seluruh Timur Tengah, Afrika, Amerika Latin, dan Asia, di tengah upaya Barat untuk mengisolasi Moskow.
Baik MBS maupun Putin, 71 tahun, menginginkan – dan membutuhkan – harga minyak yang tinggi – yang merupakan sumber kehidupan ekonomi mereka. Pertanyaan bagi keduanya adalah seberapa besar beban yang harus ditanggung masing-masing untuk menjaga harga tetap tinggi – dan bagaimana cara memverifikasi beban tersebut.
OPEC+
OPEC+, bulan lalu, menunda pertemuannya selama beberapa hari karena ketidaksepakatan mengenai tingkat produksi. Menteri Energi Saudi mengatakan bahwa OPEC+ juga menginginkan lebih banyak jaminan dari Moskow bahwa mereka akan memenuhi janjinya untuk mengurangi ekspor bahan bakar.
Hubungan antara Saudi dan Rusia di OPEC+ terkadang tidak nyaman dan kesepakatan pemangkasan hampir gagal pada Maret 2020, dengan pasar yang sudah terguncang oleh pandemi COVID.
Namun, keduanya berhasil memperbaiki hubungan mereka dalam beberapa minggu dan OPEC+ setuju untuk melakukan pemangkasan hampir 10 persen dari permintaan global.
Sejak perang pecah antara Israel dan Hamas pada bulan Oktober, Putin telah menganggap konflik tersebut sebagai kegagalan kebijakan AS di Timur Tengah dan telah membina hubungan dengan sekutu Arab dan Iran, serta kelompok Palestina.*