Tag:
militer
Arrahmah.id
Jenderal ‘Israel’ Ungkap Tingkat Krisis Militer di Gaza
GAZA (Arrahmah.id) – Para jenderal tinggi ‘Israel’ menganjurkan gencatan senjata di Gaza, bahkan jika itu berarti Hamas tetap berkuasa, New York Times melaporkan pada Selasa (2/7/2024). Sikap ini dilaporkan telah menciptakan keretakan antara militer dan Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu, yang menentang gencatan senjata yang akan memungkinkan Hamas bertahan dari perang. Para jenderal percaya bahwa […]
Mediaislam.id
Pakar Militer Ungkap 16 Ribu Tentara Israel Tewas dan Terluka Sejak 7 Oktober
Amman (Mediaislam.id) – Pakar militer Yordania, Nidal Abu Zeid mengungkapkan perkiraan jumlah korbas tewan dan terluka militer Zionis Israel di Gaza mencapai 16 ribu jiwa sejak agresi 7 Oktober 2023 lalu.
Bahkan, Abu Zeid menyebut besaran korban itu bisa mencapai 35 hingga 40 persen dari militer Zionis Israel.
“Opsi lain atas persentase kehilangan personel ini adalah menarik unit-unit yang terkena dampak dari operasi tersebut karena ini berarti mengekspos salah satu sayap kekuatan yang terjun dalam operasi,” katanya dikutip dari media Khaberni.
Abu Zeid menambahkan, sekitar 16.000 tentara Israel tewas atau terluka sejak dimulainya invasi darat, sementara tentara pendudukan Israel secara resmi hanya mengakui kematian sebanyak 663 tentara dan perwira sejak dimulainya invasi ke Jalur Gaza.
“Pertempuran baru-baru ini di Kamp Jabalia dan Rafah Barat, yang dimulai pada awal Mei lalu, meningkatkan tingkat korban dan jumlah tentara yang tewas dalam pertempuran tersebut dari 40 persen – 90 persen di antara tim tentara pendudukan yang berpartisipasi (terjun beroperasi),” katanya.
Abu Zeid mengindikasikan bahwa ada sekitar 1.000-1.500 korban di antara barisan tentara pendudukan Israel saja dalam pertempuran Jabalia dan timur Rafah.
Analisis ini bertepatan dengan pengumuman juru bicara militer Brigade Al-Qassam yang menyatakan petempur mereka menghabisi banyak tentara IDF.
Dia mengatakan, penggunaan brigade infanteri oleh tentara Israel yang berafiliasi dengan sebuah sekolah militer (individu yang sedang menjalani pelatihan) setelah penarikan Brigade Givati dari Rafah menegaskan adanya kerugian besar di antara jajaran tentara pendudukan.
Abu Zeid menambahkan kalau tentara Israel tidak lagi memiliki ‘kemewahan’ pilihan peralatan militer, sehingga menggunakan kendaraan tua setelah kehilangan banyak kendaraan yang tidak terpakai di perbatasan utara.
Abu Zeid memperkirakan jumlah korban tewas dan luka-luka dalam pertempuran Rafah yang sedang berlangsung berkisar antara 900 hingga 1.000 tentara IDF, baik tewas maupun terluka.
Prakiraan Abu Zaid itu merujuk paad banyaknya tank Merkava yang hangus kena bom atau rudal anti-tank dari milisi perlawanan.
Sebagai informasi, satu tank Merkava membawa 4 personel, dan terkadang jumlahnya mencapai 6 orang.
Sebuah laporan Ibrani menyatakan bahwa jumlah tank yang dimiliki tentara saat ini kurang dari setengah jumlah tank yang dimiliki sepuluh tahun yang lalu.
“Angka ini sedikit di atas’garis merah’ yang dibuat oleh Staf Umum Ketentaraan Israel > Bagi IDF anka ini adalah sangat kecil dibandingkan dengan tugas yang harus dihadapinya di berbagai bidang.
Analis militer Israel Yossi Yehoshua, seorang analis militer untuk surat kabar Yedioth Ahronoth, sebelumnya mengatakan kalau negaranya akan mengakhiri tahun 2024 ini dengan penonaktifan 12.000 personel militer akibat perang di Jalur Gaza.
Banyak Personel IDF Frustasi
Karena dihantui oleh kegagalan, banyak personel tentara Israel yang mengalami penurunan tajam dalam kemauan untuk mengabdi.
Sebuah survei baru yang diterbitkan oleh Ynet menunjukkan para perwira militer menghadapi kelelahan akibat perang, yang gagal mencapai tujuannya
Sebuah survei yang dilakukan oleh Direktorat Tenaga Kerja tentara Israel dan diterbitkan oleh Ynet pada tanggal 31 Mei menunjukkan adanya penurunan yang “mengkhawatirkan” dalam hal kesediaan para perwira untuk tetap terdaftar di militer Israel.
Menurut survei tersebut, hanya 42 persen yang menjawab positif ketika ditanya apakah mereka ingin terus bertugas di tentara Israel, dibandingkan dengan 49 persen pada Agustus tahun lalu.
Penurunan tersebut, yang terjadi setelah hampir delapan bulan perang di Gaza yang gagal mencapai tujuannya, “mengejutkan” para pejabat senior di angkatan bersenjata, kata Ynet.
“Penurunan motivasi ini didukung oleh faktor lain yang dicatat oleh Direktorat Tenaga Kerja: peningkatan jumlah perwira yang menghubungi departemen pensiun IDF selama perang,” tambah media Ibrani tersebut.
Dalam survei yang sama, petugas ditanya apakah mereka puas dengan gaji mereka. Hanya 30 persen yang memberikan tanggapan positif, dibandingkan dengan 60 persen sektor swasta yang memberikan tanggapan positif terhadap pertanyaan yang sama – yang menandakan “kemarahan dan frustrasi di kalangan anggota militer.”
Survei tersebut menegaskan bahwa para petugas kelelahan akibat perang dan frustrasi dengan dampaknya terhadap kehidupan keluarga mereka.
Baik laki-laki maupun perempuan di tentara mengeluh bahwa mereka tidak sering bertemu keluarga dan kompensasi yang tidak memadai, mengingat jam kerja yang panjang dan stres yang mereka hadapi.
Laporan ini juga mencatat bahwa faktor utama yang menyebabkan kurangnya kemauan mereka untuk terus mengabdi adalah “rasa gagal” yang mereka rasakan.
“Rasa kegagalan menghantui para petugas, dan mereka tidak ingin mengabdi di organisasi yang gagal,” tulis Ynet.
Survei tersebut dilakukan pada bulan yang sama ketika Haaretz melaporkan peningkatan kecenderungan bunuh diri di kalangan tentara. Dikatakan bahwa sepuluh tentara Israel telah melakukan bunuh diri sejak 7 Oktober.
Banyak pejabat yang menyatakan kekecewaannya atas kegagalan mencegah Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober. Bulan lalu, Kepala Direktorat Intelijen Militer Israel, Aharon Haliva, mengundurkan diri dari jabatannya akibat kegagalan tersebut.
Frustrasi terus meningkat sejak saat itu, karena hampir delapan bulan telah berlalu sejak dimulainya perang dan militer Israel masih belum mencapai tujuan yang dinyatakan untuk memberantas Hamas dan mengambil kembali tawanan mereka yang ditahan oleh kelompok perlawanan di Jalur Gaza.
sumber: khaberni/tribunnews
Suaraislam.id
Pakar Militer: 16 Ribu Tentara Israel Tewas dan Terluka di Gaza Sejak 7 Oktober
Amman (SI Online) – Pakar militer Yordania, Nidal Abu Zeid mengungkapkan perkiraan jumlah korbas tewan dan terluka militer Zionis Israel di Gaza mencapai 16 ribu jiwa sejak agresi 7 Oktober 2023 lalu.Bahkan, Abu Zeid menyebut besaran korban itu bisa mencapai 35 hingga 40 persen dari militer Zionis Israel.“Opsi lain atas persentase kehilangan personel ini adalah menarik unit-unit yang terkena dampak dari operasi tersebut karena ini berarti mengekspos salah satu sayap kekuatan yang terjun dalam operasi,” katanya dikutip dari media Khaberni.Abu Zeid menambahkan, sekitar 16.000 tentara Israel tewas atau terluka sejak dimulainya invasi darat, sementara tentara pendudukan Israel secara resmi hanya mengakui kematian sebanyak 663 tentara dan perwira sejak dimulainya invasi ke Jalur Gaza.“Pertempuran baru-baru ini di Kamp Jabalia dan Rafah Barat, yang dimulai pada awal Mei lalu, meningkatkan tingkat korban dan jumlah tentara yang tewas dalam pertempuran tersebut dari 40 persen – 90 persen di antara tim tentara pendudukan yang berpartisipasi (terjun beroperasi),” katanya.Abu Zeid mengindikasikan bahwa ada sekitar 1.000-1.500 korban di antara barisan tentara pendudukan Israel saja dalam pertempuran Jabalia dan timur Rafah.Analisis ini bertepatan dengan pengumuman juru bicara militer Brigade Al-Qassam yang menyatakan petempur mereka menghabisi banyak tentara IDF.Dia mengatakan, penggunaan brigade infanteri oleh tentara Israel yang berafiliasi dengan sebuah sekolah militer (individu yang sedang menjalani pelatihan) setelah penarikan Brigade Givati dari Rafah menegaskan adanya kerugian besar di antara jajaran tentara pendudukan.Abu Zeid menambahkan kalau tentara Israel tidak lagi memiliki ‘kemewahan’ pilihan peralatan militer, sehingga menggunakan kendaraan tua setelah kehilangan banyak kendaraan yang tidak terpakai di perbatasan utara.Abu Zeid memperkirakan jumlah korban tewas dan luka-luka dalam pertempuran Rafah yang sedang berlangsung berkisar antara 900 hingga 1.000 tentara IDF, baik tewas maupun terluka.Prakiraan Abu Zaid itu merujuk paad banyaknya tank Merkava yang hangus kena bom atau rudal anti-tank dari milisi perlawanan.Sebagai informasi, satu tank Merkava membawa 4 personel, dan terkadang jumlahnya mencapai 6 orang.Sebuah laporan Ibrani menyatakan bahwa jumlah tank yang dimiliki tentara saat ini kurang dari setengah jumlah tank yang dimiliki sepuluh tahun yang lalu.“Angka ini sedikit di atas’garis merah’ yang dibuat oleh Staf Umum Ketentaraan Israel > Bagi IDF anka ini adalah sangat kecil dibandingkan dengan tugas yang harus dihadapinya di berbagai bidang.Analis militer Israel Yossi Yehoshua, seorang analis militer untuk surat kabar Yedioth Ahronoth, sebelumnya mengatakan kalau negaranya akan mengakhiri tahun 2024 ini dengan penonaktifan 12.000 personel militer akibat perang di Jalur Gaza.Banyak Personel IDF FrustasiKarena dihantui oleh kegagalan, banyak personel tentara Israel yang mengalami penurunan tajam dalam kemauan untuk mengabdi.Sebuah survei baru yang diterbitkan oleh Ynet menunjukkan para perwira militer menghadapi kelelahan akibat perang, yang gagal mencapai tujuannyaSebuah survei yang dilakukan oleh Direktorat Tenaga Kerja tentara Israel dan diterbitkan oleh Ynet pada tanggal 31 Mei menunjukkan adanya penurunan yang “mengkhawatirkan” dalam hal kesediaan para perwira untuk tetap terdaftar di militer Israel.Menurut survei tersebut, hanya 42 persen yang menjawab positif ketika ditanya apakah mereka ingin terus bertugas di tentara Israel, dibandingkan dengan 49 persen pada Agustus tahun lalu.Penurunan tersebut, yang terjadi setelah hampir delapan bulan perang di Gaza yang gagal mencapai tujuannya, “mengejutkan” para pejabat senior di angkatan bersenjata, kata Ynet.“Penurunan motivasi ini didukung oleh faktor lain yang dicatat oleh Direktorat Tenaga Kerja: peningkatan jumlah perwira yang menghubungi departemen pensiun IDF selama perang,” tambah media Ibrani tersebut.Dalam survei yang sama, petugas ditanya apakah mereka puas dengan gaji mereka. Hanya 30 persen yang memberikan tanggapan positif, dibandingkan dengan 60 persen sektor swasta yang memberikan tanggapan positif terhadap pertanyaan yang sama – yang menandakan “kemarahan dan frustrasi di kalangan anggota militer.”Survei tersebut menegaskan bahwa para petugas kelelahan akibat perang dan frustrasi dengan dampaknya terhadap kehidupan keluarga mereka.Baik laki-laki maupun perempuan di tentara mengeluh bahwa mereka tidak sering bertemu keluarga dan kompensasi yang tidak memadai, mengingat jam kerja yang panjang dan stres yang mereka hadapi.Laporan ini juga mencatat bahwa faktor utama yang menyebabkan kurangnya kemauan mereka untuk terus mengabdi adalah “rasa gagal” yang mereka rasakan.“Rasa kegagalan menghantui para petugas, dan mereka tidak ingin mengabdi di organisasi yang gagal,” tulis Ynet.Survei tersebut dilakukan pada bulan yang sama ketika Haaretz melaporkan peningkatan kecenderungan bunuh diri di kalangan tentara. Dikatakan bahwa sepuluh tentara Israel telah melakukan bunuh diri sejak 7 Oktober.Banyak pejabat yang menyatakan kekecewaannya atas kegagalan mencegah Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober. Bulan lalu, Kepala Direktorat Intelijen Militer Israel, Aharon Haliva, mengundurkan diri dari jabatannya akibat kegagalan tersebut.Frustrasi terus meningkat sejak saat itu, karena hampir delapan bulan telah berlalu sejak dimulainya perang dan militer Israel masih belum mencapai tujuan yang dinyatakan untuk memberantas Hamas dan mengambil kembali tawanan mereka yang ditahan oleh kelompok perlawanan di Jalur Gaza.sumber: khaberni/tribunnews
Arrahmah.id
Militer Burkina Faso Perpanjang Lagi Masa Kekuasaaanya 5 Tahun
OUAGADOUGOU (Arrahmah.id) — Militer Burkina Faso yang berkuasa sejak 2022 akan memperpanjang kekuasaannya selama lima tahun lagi. Hal ini diungkapkan selama kesepakatan dialog nasional pada Sabtu (25/5/2024). Pemimpin junta miiter saat ini adalah Presiden Ibrahim Traore. Ketua dialog nasional Moussa Diallo mengatakan, ketika masa transisi berakhir, Traore dapat mencalonkan diri dalam pemilu. Dialog nasional digelar […]
Arrahmah.id
Belanja militer global mencapai rekor tertinggi pada 2023
(Arrahmah.id) – Pengeluaran militer global naik 6,8% ke level tertinggi dalam sejarah sebesar $2,44 triliun pada 2023, dibandingkan dengan tahun 2022, Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm mengatakan pada Senin (22/4/2024). Ini adalah kenaikan tahunan paling tajam sejak 2009, kata lembaga itu, menambahkan bahwa ini adalah kenaikan kesembilan berturut-turut. Sepuluh negara pembelanja terbesar adalah AS, Cina, […]
Arrahmah.id
Yahudi Ortodok Ancam Tinggalkan ‘Israel’ Bila Dipaksa Masuk Militer
TEL AVIV (Arrahmah.id) — Kepala Rabi Sephardic Israel Yitzhak Yosef mengungkapkan bahwa para pengikut Yahudi ultra-Ortodoks akan meninggalkan negara itu jika mereka dipaksa masuk militer, lapor media lokal. “Jika mereka memaksa kami untuk bergabung dengan militer, kami semua akan terbang ke luar negeri, membeli tiket, dan pergi,” ungkap Channel 12 pada Sabtu (9/3/2024) malam, mengutip […]
Suaraislam.id
Jelang Gencatan Senjata di Gaza, Dua Jubir Militer Israel Malah Mundur
<img width="650" height="433" src="http://muslimnews.id/wp-content/uploads/2024/03/idf-.jpeg" class="attachment-jannah-image-post size-jannah-image-post wp-post-image" alt data-main-img="1" decoding="async" fetchpriority="high" srcset="https://i0.wp.com/suaraislam.id/wp-content/uploads/2024/03/idf-.jpeg?w=650&ssl=1 650w, https://i0.wp.com/suaraislam.id/wp-content/uploads/2024/03/idf-.jpeg?resize=300%2C200&ssl=1 300w" sizes="(max-width: 650px) 100vw, 650px" data-attachment-id="85302" data-permalink="https://suaraislam.id/jelang-gencatan-senjata-di-gaza-dua-jubir-militer-israel-malah-mundur/idf/" data-orig-file="https://i0.wp.com/suaraislam.id/wp-content/uploads/2024/03/idf-.jpeg?fit=650%2C433&ssl=1" data-orig-size="650,433" data-comments-opened="0"...
Hidayatullah.com
Junta Myanmar Umumkan Wajib Militer, Para Pemuda Berbondong-Bondong Ajukan Visa Thailand
Hidayatullah.com – Sekitar 1.000an orang berbaris memadati kedutaan besar Thailand di Yangon untuk mendapatkan visa usai junta militer Myanmar mengatakan akan memberlakukan wajib militer.
Militer mengatakan akhir pekan lalu bahwa mereka akan memberlakukan undang-undang yang memungkinkan mereka untuk memanggil semua pria berusia 18-35 tahun dan wanita berusia 18-27 tahun untuk menjalani wajib militer setidaknya selama dua tahun. Rencana junta militer diumumkan di tengah upaya mereka memadamkan oposisi terhadap kudeta tahun 2021.
Junta menghadapi perlawanan bersenjata luas terhadap kekuasaannya tiga tahun setelah merebut kekuasaan dari pemerintah sipil terpilih dan baru-baru ini mengalami serangkaian kekalahan mengejutkan dari aliansi bersenjata kelompok etnis minoritas.
Kedutaan Besar Thailand di Yangon telah dibanjiri oleh para pemuda dan pemudi yang mencari visa untuk keluar dari Myanmar sejak pengumuman pada hari Sabtu lalu bahwa “Hukum Dinas Militer Rakyat” akan diberlakukan.
Pada hari Jumat, seorang wartawan kantor berita AFP melihat antrian antara 1.000 hingga 2.000 orang mengular di jalan-jalan dekat kedutaan di pusat kota Yangon – dibandingkan dengan kurang dari 100 orang sebelum pengumuman hari Sabtu.
Kedutaan mengatakan bahwa mereka mengeluarkan 400 tiket bernomor setiap hari untuk mengatur antrian.
Seorang mahasiswa, Aung Phyo, 20, mengatakan bahwa ia tiba di kedutaan pada pukul 8 malam pada hari Kamis dan tidur di dalam mobilnya sebelum mulai mengantri pada tengah malam.
“Kami harus menunggu selama tiga jam dan polisi membuka gerbang keamanan sekitar pukul 3 pagi dan kami harus berlari ke depan kedutaan untuk mencoba mendapatkan tempat untuk mendapatkan token,” katanya kepada AFP, dengan menggunakan nama samaran karena khawatir akan keselamatannya.
“Setelah kami mendapatkan token, orang-orang yang tidak mendapatkannya masih mengantri di depan kedutaan dengan harapan mereka akan memberikan tambahan.”
Undang-undang ini dibuat oleh junta sebelumnya pada tahun 2010 namun tidak pernah digunakan dan tidak jelas bagaimana undang-undang ini akan ditegakkan.
Tidak ada rincian yang diberikan tentang bagaimana mereka yang dipanggil akan bertugas, namun banyak anak muda yang tidak ingin menunggu dan mencari tahu.
“Saya akan pergi ke Bangkok dengan visa turis dan berharap untuk tinggal di sana untuk sementara waktu,” kata Aung Phyo.Dakwah Media BCA - Green.notice-box-green {
border: 2px solid #28a745; /* Green border color */
background-color: #d4edda; /* Light green background color */
padding: 15px;
margin: 20px;
border-radius: 8px;
font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */
text-align: center; /* Center the text */
}Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/“Saya belum memutuskan untuk bekerja atau belajar. Saya hanya ingin melarikan diri dari negara ini.”
Junta mengatakan bahwa mereka mengambil langkah-langkah untuk mempersenjatai milisi pro-militer saat mereka memerangi lawan-lawannya di seluruh negeri – baik “Pasukan Pertahanan Rakyat” yang anti-kudeta maupun kelompok-kelompok bersenjata yang telah lama ada yang berasal dari etnis minoritas.
Juru bicara Junta, Zaw Min Tun, mengatakan pada hari Sabtu bahwa sistem wajib militer diperlukan “karena situasi yang terjadi di negara kita”.
Lebih dari 4.500 orang telah terbunuh dalam tindakan keras militer terhadap perbedaan pendapat sejak kudeta pada Februari 2021 dan lebih dari 26.000 orang ditangkap, menurut kelompok pemantau lokal.*