Tag:
lailatul qadar
Hidayatullah.com
Ustaz Takdir Feriza Hasan, Juara I MTQ Internasional 2015 diundang Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyambut malam Lailatul Qadar di Turki
Hidayatullah.com—Ustaz Takdir Feriza Hasan, SPdI, Juara I MTQ Internasional 2015 diundang secara khusus oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk menyambut malam Lailatul Qadar di Masjid Istana Negara Turki, Ankara pada 23 Ramadan 1445 Hijriah atau 3 April 2024.
Kordinator Komunitas Persaudaraan Aceh Turki. Badaruddin Ahmad menjelaskan kepada media, sesuai surat undangan diterima dari Lembaga Keagamaan Kepresidenan Turki, Turkiye Diyanet Foundation tertanggal, 22 Maret 2024, Invitation Letter Qari Takdir Feriza Hasan.
Diyanet Foundationjuga akan mengundang qari asal AS. Mereka akan berada di Turki selama lima hari sejak 3-7 April 2024.
Kegiatan ini digelar di Masjid Istana Negara Kocatepe Ankara Turki dimana sebelumnya pada Ramadhan tahun 2016 sampai 2019, selama 4 tahun berturut-turut juga diundang khusus ke Masjid Istana Negara dan Masjid Raya di ibukota provinsi di negara tersebut.Dakwah Media BCA - Green.notice-box-green {
border: 2px solid #28a745; /* Green border color */
background-color: #d4edda; /* Light green background color */
padding: 15px;
margin: 20px;
border-radius: 8px;
font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */
text-align: center; /* Center the text */
}Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/Takdir Feriza Hasan diundang secara khusus Presiden Turki saat shalat Jumat perdana Masjid Hagia Sophia yang digelar pada 24 Juli 2020.
Ia diundang untuk membacakan ayat Al-Quran di Hagia Sophia. Saat itu, ia membacakan surat Fathir ayat 29-35 dengan merdu, dan menuai pujian dari berbagai pihak.*
Hidayatullah.com
5 Hal yang Dilakukan Rasulullah SAW di 10 Hari Terakhir Ramadhan
Hidayatullah.com – Sebagian umat Islam pasti sudah mengetahui bahwa sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan sangatlah istimewa. Inilah malam-malam yang dihabiskan oleh Nabi Muhammad SAW untuk beribadah. Di antara malam-malam ini adalah Lailatul Qadar – malam yang lebih diberkahi dari seribu bulan.
Beliau akan mengerahkan dirinya dalam ibadah selama sepuluh malam ini lebih banyak daripada malam-malam lainnya dalam setahun. Selain fokus beribadah, Rasulullah SAW pada 10 malam terakhir ini juga melakukan berbagai perbuatan baik.
Hal itu dijelaskan dalam dua Hadits yang diriwayatkan Aisyah, istri Rasulullah SAW.
“Selama sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, Nabi akan mengencangkan ikat pinggangnya dan menghabiskan malam itu dengan beribadah. Beliau juga membangunkan keluarganya.” (HR. Al Bukhari)
“Aku tidak pernah mengetahui Rasulullah membaca seluruh Al-Quran dalam satu malam, atau menghabiskan sepanjang malam dalam shalat hingga pagi, atau menghabiskan satu bulan penuh dalam puasa – kecuali di bulan Ramadhan.” (Ibnu Majah)
Namun, ibadah juga bukan satu-satunya yang Rasulullah SAW lakukan pada 10 malam terakhir. Rasulullah juga menghabiskan waktu untuk makan malam, makan sahur, dan kegiatan serupa lainnya.
Kami telah rangkumkan 5 hal yang Rasulullah SAW lakukan di 10 malam terakhir Ramadhan.Membangunkan KeluargaSelama sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, Nabi Muhammad akan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah di malam hari…
Menurut hadits yang diriwayatkan Aisyah di atas, kita mengetahui bahwa bahwa Nabi Muhammad biasa membangunkan keluarganya selama sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Memang, beliau biasa membangunkan istri-istrinya untuk shalat sepanjang tahun, tetapi itu agar mereka dapat shalat pada sebagian kecil malam.
Kita mengetahui hal ini, karena Ummu Salamah, istri Nabi, menceritakan bahwa Nabi membangunkannya pada suatu malam dan berkata:
“Maha Suci Allah. Apa yang telah diturunkan berupa cobaan pada malam ini? Apa yang telah diturunkan berupa harta, sehingga para penghuni kamar tidur terbangun? Ya Tuhan! Berpakaianlah kalian di dunia dengan telanjang di akhirat.” (HR. Al Bukhari)Mengerahkan Seluruh Kemampuan dalam BeribadahDalam hadits lain yang diriwayatkan Aisyah, Rasulullah SAW mengerahkan semua kemampuannya untuk beribadah di 10 malam terakhir Ramadhan.
“Nabi mengerahkan dirinya dalam beribadah selama sepuluh malam terakhir lebih banyak daripada waktu-waktu lainnya sepanjang tahun.” (Muslim)
Imam Al-Syafi’i pun menyatakan “Adalah sunnah bagi seseorang untuk mengerahkan upaya yang lebih besar dalam beribadah selama sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.”
Ketika Aisyah mengatakan kepada kita bahwa Nabi Muhammad akan “mengencangkan ikat pinggangnya”, dia berbicara secara kiasan. Ungkapan tersebut berarti untuk mengabdikan diri sepenuhnya dan sepenuh hati pada tugas yang ada.Mencari Lailatul QadarSalah satu keistimewaan terbesar dari sepuluh malam ini adalah salah satunya adalah Lailatul Qadar.
Ini adalah malam teragung dalam setahun – lebih baik dari seribu bulan. Ini berarti bahwa seorang Muslim dapat memperoleh lebih banyak pahala pada malam Lailatul Qadar daripada jika – di luar malam istimewa ini – ia beribadah kepada Tuhannya selama delapan puluh empat tahun berturut-turut. Ini adalah salah satu nikmat besar yang Allah berikan kepada umat Islam.
Imam Ibrahim Al-Nakha’i berkata:
“Amalan yang dilakukan pada malam ini lebih baik daripada amalan yang dilakukan secara konsisten selama seribu bulan.”
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi bersabda:
“Barangsiapa yang menghabiskan Lailatul Qadar dengan berdoa, beriman kepada Allah (SWT) dan mengharapkan pahala-Nya, maka akan diampuni semua dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Beriman kepada Allah”, dalam hadits ini, tidak hanya berarti percaya kepada Allah SWT, tetapi juga percaya kepada pahala yang dijanjikan kepada kita karena melaksanakan shalat pada malam ini.Lailatul Qadar jatuh pada salah satu malam ganjil.
Aisyah meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad bersabda:
“Carilah Lailatul Qadar pada malam-malam ganjil selama sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kemungkinan besar ini adalah salah satu dari tujuh malam ganjil terakhir. Ibnu Umar meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad bersabda:
“Carilah di sepuluh malam terakhir. Jika salah satu dari kalian merasa lemah atau tidak mampu melakukannya, maka setidaknya dia harus mencoba pada tujuh malam yang tersisa.” (HR. Muslim).
Kandidat yang paling mungkin untuk Lailatul Qadar adalah malam ke-27 Ramadhan. Hal ini ditunjukkan oleh pernyataan Ubay bin Ka`ab:
“Aku bersumpah demi Allah bahwa aku tahu malam apa itu. Itu adalah malam di mana Rasulullah saw. memerintahkan kita untuk beribadah. Itu adalah malam pada malam tanggal 27 Ramadhan. Tandanya adalah matahari akan terbit pada pagi hari itu dalam keadaan putih tanpa memancarkan sinarnya.” (H.R. Muslim).
Seorang Muslim perlu berusaha mencari malam yang istimewa ini dengan menghabiskan sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan dengan melakukan berbagai ibadah. Termasuk di antaranya adalah berdzikir, membaca Al-Quran, dan memohon ampunan Allah.
Ketika Nabi bersabda: “Carilah pada sepuluh malam terakhir”, beliau tidak bermaksud bahwa kita harus secara harfiah “mencari” tanda-tanda dan indikasi yang membedakan Lailatul Qadar dengan malam-malam lainnya. Hal-hal yang membedakan malam ini dengan malam-malam lainnya adalah bagian dari yang gaib.
Allah berfirman:
“Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al Quran) pada suatu malam yang diberkahi. Sesungguhnya Kami hendak memberi peringatan pada malam itu, dan pada malam itu dijelaskan segala sesuatu yang ghaib.” (Ad-Dukhan: 3-4)
Allah berfirman dalam Al-Quran:
“Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turunlah para malaikat dan Ruh dengan seizin Tuhannya dengan membawa berbagai macam ketetapan. (Malam itu) adalah malam yang penuh ketenangan sampai terbit fajar.” (Al-Qadr: 3-5)
Ini adalah cara-cara yang membuat Lailatul Qadar menjadi istimewa. Semua itu bukanlah sesuatu yang dapat kita lihat dengan mata kepala. Tidak ada seorang pun setelah Nabi yang dapat melihat para malaikat.I’tikafMelakukan I’tikaf di masjid adalah hal terbaik yang dapat kita lakukan selama sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Aisyah memberitahu kita:
Nabi biasa berdiam diri di masjid selama sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan hingga beliau wafat. Istri-istrinya terus melakukan kebiasaan ini setelah beliau wafat. (HR. Bukhari dan Muslim)Dakwah Media BCA - Green.notice-box-green {
border: 2px solid #28a745; /* Green border color */
background-color: #d4edda; /* Light green background color */
padding: 15px;
margin: 20px;
border-radius: 8px;
font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */
text-align: center; /* Center the text */
}Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/Praktik i’tikaf adalah tindakan yang sangat dianjurkan. I’tikaf didefinisikan sebagai berdiam diri di dalam masjid dengan tujuan untuk beribadah.
Tujuan dari i’tikaf adalah untuk mencurahkan hati seseorang secara eksklusif kepada Allah. Dan orang yang melakukan i’tikaf menjaga niat ini dalam pikirannya dan mencari berkah Allah. Dia tidak boleh melupakan alasan mengapa dia melakukan i’tikaf ini.
Orang yang melakukan i’tikaf tidak boleh keluar dari masjid kecuali untuk hal-hal yang sangat penting (seperti ke kamar mandi).
Selama berada di masjid, ia harus menyibukkan diri dengan mengingat Allah. Dia harus memastikan untuk melakukan zikir pagi dan petang dan zikir yang disyariatkan untuk shalat lima waktu. Dia harus melakukan semua salat sunnah. Dia harus membaca Al-Quran sebanyak yang dia bisa.
Dia harus menghabiskan lebih sedikit waktu untuk makan dan tidur sesedikit mungkin. Dia harus menghindari pembicaraan yang tidak perlu. Namun, ia harus terlibat dalam menasihati sesama Muslim dan memerintahkan mereka kepada kebenaran dan kesabaran.Menjadi DermawanDianjurkan bagi kita untuk menjadi lebih dermawan selama sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, tanpa menjadi boros atau pamer dalam memberi. Ibnu `Abbas meriwayatkan hal itu:
“Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan di antara semua orang dalam melakukan kebaikan, dan beliau paling dermawan selama bulan Ramadhan. Jibril biasa bertemu dengan beliau setiap tahun selama bulan Ramadhan, sehingga Nabi dapat membacakan Al-Quran kepadanya. Setiap kali Jibril bertemu dengan beliau, ia menjadi lebih dermawan daripada angin yang bermanfaat.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Imam Nawawi menyatakan:
“Kedermawanan dan tangan terbuka sangat dianjurkan di bulan Ramadan, terutama selama sepuluh malam terakhir. Dengan demikian, kita meniru teladan Rasulullah saw. dan juga para pendahulu kita yang saleh.
Bulan ini adalah bulan yang mulia, dan perbuatan baik yang dilakukan di bulan ini lebih diberkahi daripada di bulan-bulan lainnya.
Selain itu, pada bulan ini, orang-orang disibukkan dengan puasa dan ibadah, dan hal ini melalaikan mereka dari mata pencaharian mereka, sehingga mereka mungkin membutuhkan bantuan selama waktu ini.”
Hidayatullah.com
Berburu Lailatul Qadar, Apa Keutamaan dan Cirinya ?
Di malam Lailatul Qadar, para malaikat bersama malaikat Jibril turun dengan membawa rahmat dan berkah
Hidayatullah.com | MEJELANG berakhirnya Ramadhan banyak orang berburu Lailatur Qadar. Di bawah ini beberapa keutamaan Lailatur Qadar;
Pertama: Pada malam tersebut Al-Quran diturunkan pertama kali. Dalilnya adalah firman Allah SWT:
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْر
“Kami telah menurunkan Al-Quran ini pada malam ‘Lailatul Qadar’.” (QS:: Al-Qadar : 1).
Kedua: Beribadah pada malam Lailatul Qadar lebih baik dari pada beribadah seribu bulan yang di dalamnya tidak terdapat Lailatul Qadar. Sebagaimana firman Allah SWT:
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْر
“Lailatul Qadar lebih baik dari seribu bulan.” (QS: Al-Qadar: 3)
Para ulama berbeda pendapat tentang maksud ayat di atas, akan tetapi mayoritas ulama mengatakan bahwa amalan pada malam hari itu lebih baik dari amalan seribu malam yang tidak terdapat di dalamnya Lailatul Qadar.
Ketiga: Para malaikat bersama malaikat Jibril turun pada malam tersebut dengan membawa rahmat dan berkah. Sebagaimana firman Allah SWT:
تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ
“Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.” (QS: Al-Qadar: 4)
Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
إنها ليلة سابعة، أو تاسعة وعشرين، وإن الملائكة تلك الليلة في الأرض أكثر من عدد الحصى
“Sesungguhnya Lailatul Qadar itu akan turun pada malam 27 atau 29, dan sesungguhnya malaikat yang ada di muka bumi pada malam itu lebih banyak dari pada jumlah kerikil.” (Hadits Hasan, Riwayat Ibnu Huzaimah).
Keempat: Malam Lailatul Qadar adalah malam yang penuh kedamaian dan kesejahteraan bagi orang-orang beriman. Para malaikat pun memberikan salam kepada mereka sampai terbit fajar. Sebagaimana firman Allah SWT:
سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
“Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS: Al-Qadar: 5)
Kelima: Malam Lailatul Qadar adalah malam yang penuh berkah, sebagaimana firman Allah SWT:
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُّبَارَكَةٍ
“Kami telah menurunkan Al-Quran ini pada malam yang penuh berkah.” (QS: Ad-Dukhan: 2).
Keenam: Malam Lailatul Qadar adalah malam yang di dalamnya ditentukan takdir seluruh makhluk dalam satu tahun. Sebagaimana firman Allah SWT:
فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ
“Pada malam itu ditetapkan segala urusan yang penuh hikmah.” (QS: Ad-Dukhan: 3).
Ketujuh: Barangsiapa yang beribadah pada malam Lailatul Qadar dengan ikhlas dan keimanan, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lampau. Dalilnya adalah sabda Rasulullah ﷺ:
من قام ليلة القدر إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه
“Barangsiapa yang bangun (untuk beribadah) pada malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan keikhlasan, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lampau.” (HR Bukhari dan Muslim).
Dalil Malam Ganjil Bulan Ramadhan tentang Lailatul Qadar
Memang, ada dalil yang menjelaskan bahwa Lailatul Qadar itu jatuh pada malam-malam ganjil dari sepuluh terakhir bulan Ramadhan, yaitu sabda Rasulullah ﷺ
تحروا ليلة القدر في الوتر من العشر الأواخر من رمضان
“Carilah Lailatul Qadar pada malam ganjil dari sepuluh terkahir bulan Ramadhan.” (HR: Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain disebutkan:
التمسوها في العشر الأواخر من رمضان ليلة القدر في تاسعة تبقى ، في سابعة تبقى ، في خامسة تبقىDakwah Media BCA - Green.notice-box-green {
border: 2px solid #28a745; /* Green border color */
background-color: #d4edda; /* Light green background color */
padding: 15px;
margin: 20px;
border-radius: 8px;
font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */
text-align: center; /* Center the text */
}Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/“Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan, pada malam sembilan terakhir, pada malam tujuh terakhir, pada malam lima terakhir.” (HR Bukhari).
Maksud dari pada malam sembilan terakhir adalah malam dua puluh satu Ramadhan, dan maksud dari malam tujuh terakhir adalah malam duapuluh tiga Ramadhan, dan maksud dari malam lima Ramadhan terakhir adalah malam duapuluh.
عن عبادة بن الصامت أنه قال ( يا رسول الله ، أخبرنا عن ليلة القدر ؟ فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم : هي في رمضان ، التمسوها في العشر الأواخر ، فإنها وتر في إحدى و عشرين أو ثلاث و عشرين أو خمس و عشرين أو سبع و عشرين أو تسع و عشرين أو في آخر ليلة )
“Dari Ubadah bin Shamit bahwasanya ia berkata, ‘Wahai Rasulullah ﷺ, beritahukan kami tentang Lailatul Qadar!’ Rasulullah ﷺ menjawab, ‘Dia ada dalam bulan Ramadhan. Carilah pada sepuluh terakhir, karena dia terdapat pada malam ganjil, pada malam 21, atau 23, atau 25, atau 27, atau 29, atau di malam terakhir.” (Hadits Hasan, Riwayat Ahmad).*/Dr Ahmad Zain an-Najah, LC, MA, Pusat Kajian Fiqih Indonesia (PUSKAFI)
Suaraislam.id
Memburu Lailatul Qadar
Allah SWT berfirman:لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al Qadar 3).Ibnu Jarir dalam tafsirnya mengutip riwayat bahwa ada seorang lelaki Bani Israil yang setiap malam selalu shalat hingga pagi hari, kemudian pada siang hari ia selalu berjihad melawan musuh-musuh Allah hingga sore hari. Hal itu dia lakukan secara terus-menerus selama seribu bulan.Lalu Allah SWT menurunkan firmanNya: “Lailatul qadar (malam kemuliaan) itu lebih baik daripada seribu bulan” (QS. Al Qadar 3).Jadi beramal saleh pada malam kemuliaan di bulan Ramadhan itu pahalanya lebih baik dan lebih besar daripada pahala amalan orang Bani Israil tersebut (lihat Asbabun Nuzul Surat Al Qadar dalam Tafsir Jalalain).Pantaslah Rasul sangat menganjurkan umatnya untuk mendapatkan kebaikan pada malam itu dan memberikan warning kepada mereka agar jangan sampai menyia-nyiakannya.Rasul Saw bersabda: “Telah datang kepadamu bulan Ramadhan yang penuh berkah. Allah telah memfardhukan atasmu puasanya. Di dalamnya ada satu malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Barangsiapa tidak diberikan kebaikannya, maka sungguh dia tidak diberikan kebaikan.” (HR. An Nasai dari Abi Hurairah).I’tikaf di Sepuluh Malam TerakhirDiriwayatkan oleh Imam Malik dalam Al Muwaththa’ dari Abu Sa’id Al Khudri ujarnya: “Adalah Rasulullah Saw bersabda: ‘Barangsiapa turut beri’tikaf bersamaku, hendaklah ber-i’tikaf pada puluhan yang terakhir. Sungguh telah diperlihatkan kepadaku malam al qadar. Kemudian aku dijadikan lupa. Aku bersujud pada paginya di air dan tanah. Karena itu carilah dia di puluhan yang akhir, carilah dia di tiap-tiap malam yang ganjil’. Berkata Abu Sa’id: ‘Maka turunlah hujan pada malam itu, sedangkan masjid diatapi dengan daun korma dan meneteslah air ke lantai. Kedua mataku melihat Rasulullah kembali dari masjid, sedangkan pada dahinya nampak bekas air dan tanah, yaitu pada malam 21.”Dalam suatu hadits riwayat Muslim dari Ibnu Umar, bahwa Nabi Saw bersabda:اِلْتَمِسُوْهَا فِي الْعَشْرِاْلأَوَاخِرِفَإِنْ ضَعُفَ أَحَدُكُمْ أَوْعَجَزَ فَلاَيَغْلِبَنَّ عَلَى السَّبْعِ الْبَوَاقِي“Carilah lailatul qadar pada puluhan yang akhir, jika seseorang lemah mencari, maka janganlah kamu kalah dalam mencari pada tujuh yang terakhir.”Dari uraian-uraian di atas menunjukkan bahwa lailatul qadar tersembunyi pada sepuluh malam terakhir (asyril awakhir). Tentu ini ada hikmahnya.
Suaraislam.id
Keutamaan Lailatul Qadar
Allah SWT berfirman:اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ تَنَزَّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْۚ مِنْ كُلِّ اَمْرٍۛ سَلٰمٌ ۛهِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِ ࣖSesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahu-kah kamu apakah malam kemuliaan itu. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al Qadar 1-5).Tafsir AyatDalam Tafsir Jalalain diterangkan bahwa Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT sekaligus dari Lauhul Mahfuzh ke langit dunia pada lailatul Qadar, yakni malam kemuliaan yang agung.Ibnu Abbas r.a. dalam tafsirnya menerangkan bahwa dalam ayat ini Allah SWT berfirman: Kami menurunkan Jibril a.s. dengan membawa Al-Qur’an sekaligus ke langit dunia pada lailatu Qadar, yakni malam keputusan dan ketetapan serta malam yang diberkahi dengan ampunan dan rahmat. Setelah itu Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad Saw.As Shabuny dalam Shafwatut Tafaasiir menerangkan bahwa Surat Al Qadar adalah surat Makkiyyah, membicarakan tentang permulaan turunnya Al-Qur’anul Azhim, tentang keutamaan Lailatul Qadar atas hari-hari dan bulan-bulan yang lain sebagai pemuliaan atas turunnya Al-Qur’anul Mubin. Juga membahas tentang turunnya para malaikat pada malam itu hingga terbit fajar.Para ulama menerangkan bahwa dinamakan lailatul qadar karena keagungan dan kemuliaannya. Sedangkan yang dimaksud dengan turunnya Al-Qur’an adalah turunnya Al-Qur’an dari Lauhul Mahfuzh ke Baitul Izzah di langit dunia sekaligus kemudian Jibril menurunkannya ke bumi secara terpisah-pisah sesuai dengan peristiwa yang ada selama 23 tahun.Keutamaan Lailatul QadarAs-Shabuni dalam tafsirnya menerangkan bahwa pertanyaan dalam firman Allah SWT: wamaa adraakama laitul qadar? (Dan tahu-kah kamu apakah malam kemuliaan itu) merupakan pengagungan urusannya. Artinya, tahukah engkau wahai Muhammad Saw apa itu lailatul qadar yang mulia?Dalam hal ini Al Khazin yang dikutip As-Shabuni menerangkan seolah Allah SWT berfirman: Adakah sesuatu yang sampai kepada ilmumu tentang kemuliaan dan betapa keutamaannya. Lalu Allah merinci keutamaannya pada tiga hal:Pertama, Allah berfirman: Lailatu qadar khairun min alfi syahrin. Lailatul Qadar itu memiliki kemuliaan dan keutamaan yang lebih daripada ibadah selama seribu bulan. Karena dikhususkan pada malam itu turunnya Al-Qur’an Al Karim.Para mufassir mengatakan bahwa amal shalih pada lailatu qadar lebih baik daripada amal selama seribu bulan yang di dalamnya tidak ada lailatul qadar.Diriwayatkan bahwa ada seorang lelaki bersenjata yang berjihad selama seribu bulan. Maka hal itu mengagumkan Rasulullah Saw dan kaum muslimin. Lalu Rasulullah Saw berangan-angan untuk umatnya. Lalu beliau Saw berkata: Ya Rabb, engkau jadikan umatku paling pendek umurnya di antara umat-umat yang ada dan paling sedikit amalnya! Maka Allah SWT memberikan lailatul qadar dan berfirman: Lailatul Qadar lebih baik bagimu dan bagi umatmu daripada seribu bulan dimana lelaki itu berjihad. Mujahid berkata: Amal, berpuasa, dan melaksanakan qiyamul lail pada lailatul qadar lebih baik daripada seribu bulan. Inilah keutamaan pertama dari lailatul qadar.1 2Laman berikutnya
Suaraislam.id
Meraih Lailatul Qadar
Ramadan akan segera memasuki 10 hari terakhir atau Itqun minan nar yang berarti pembebasan dari api neraka.Fase ketiga bulan Ramadan ini sangat istimewa karena banyak keutamaan di dalamnya.Lailatul Qadar adalah salah satu malam yang berada di salah satu sepuluh malam terakhir dibukan ramadhan.Keutamaan malam ini sangat dahsyat, di dalam surat Al-Qadr mengisyaratkan bahwa malam Lailatul Qadar adalah malam seribu bulan. QS. Al-Qadr: Ayat 3لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ“Lailatulqadar itu lebih baik daripada seribu bulan.”Selain itu, 10 hari terakhir bulan Ramadan ini juga menjadi malam-malam yang ditunggu Rasulullah Saw.Oleh karena itu, pada 10 hari terakhir ini umat muslim dianjurkan untuk memperbanyak ibadah untuk menghidupkan malam Ramadan.Diriwayatkan dari Ibunda ‘Aisyah, “Ketika memasuki sepuluh akhir Ramadhan, Nabi fokus beribadah, mengisi malamnya dengan ibadah, dan membangunkan keluarganya untuk ikut ibadah,”Kemudian, apa saja amalan utama yang dapat kita lakukan untuk mendapatkan malam Lailatul Qadar?Yang pertama adalah beriktikaf, yaitu berdiam diri berdzikir di masjid atau musholla selama malam terakhir bulan ramadhan.Sesuai dengan kebiasaan Rasulullah ketika menghadapi sepuluh malam terakhir yang semakin mengencangkan ikat pinggangnya untuk beribadah kepada Allah.1 2Laman berikutnya
Islampos.com
Kapan Malam Lailatul Qadar?
RASULULLAH ﷺ pernah diberitahu waktu lailatul qadar oleh Allah dalam sebuah hadis yang shahih, Rasulullah ﷺ keluar pada malam lailatul qadar. Ketika ada dua orang sahabat yang tengah berdebat, beliau bersabda: “Aku keluar untuk mengabarkan kepada kalian tentang malam Lailatul Qadar. Namun, ada dua orang berdebat sehingga tidak dapat lagi diketahui kapannya. Mungkin ini lebih baik bagi kalian. Carilah di 9 (malam 9 terakhir, yakni malam ke-21), 7 (maksudnya malam ke-23), dan 5 ( malam ke-25).”
Akibat perdebatan itu,, tidak diketahui lagi waktu datangnya malam Lailatul Qadar. Hadis ini juga menjadi dalil bahwa rahmat Allah dapat terangkat gara-gara pertengkaran. Padahal, Nabi sebelumnya telah mengetahui Lailatul Qadar. Namun, setelah terjadinya pertengkaran, beliau menjadi lupa. Akhirnya, tidak diketahui kapan tepatnya Lailatul Qadar.
Terangkatnya lailatul qadar merupakan musibah. Akan tetapi, Nabi berkata: “Bisa jadi itu lebih baik bagi kalian”. Salah satu hikmah Allah menyembunyikan waktu Lailatul Qadar adalah agar kaum Muslimin beribadah kepada Allah pada seluruh 10 hari terakhir.
BACA JUGA: Lailatul Qadar Pertama
Hal ini karena seandainya lailatul qadar diketahui secara pasti, kebanyakan orang hanya bersemangat untuk beribadah pada malam tersebut saja. Padahal, banyaknya pahala bukan hanya pada malam lailatul qadar, melainkan seluruh malam pada bulan Ramadan, terutama 10 hari terakhir. Oleh karenanya, jika ada kabar bahwa malam ini atau malam itu adalah Lailatul Qadar, hal ini bertentangan dengan hikmah yang dikehendaki oleh Allah.
Foto: Pixabay
Nabi mengatakan: “Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari 10 malam terakhir pada bulan Ramadhan.”
Kepastian datangnya lailatul qadar pada malam ganjil yang ke berapa masih menimbulkan tanda tanya. Sebagian sahabat seperti Ubay bin Ka’ab pernah bersumpah tentang waktu malam Lailatul Qadar secara pasti.
Dari Ubay Bin Ka’ab, ia berkata mengenai malam Lailatul Qadar, “Demi Allah, aku sungguh mengetahui malam tersebut. Malam itu adalah malam yang Allah memerintahkan untuk menghidupkannya dengan salat malam, yaitu malam ke-27 dari bulan Ramadhan.”
Dalam hadis yang lain dari ‘Abdah dan Ashim Abi An-Nujud, mereka mendengar Zirr bin Hubaisy berkata, “Aku pernah bertanya kepada Ubay bin Ka’ab, aku berkata, sesungguhnya saudaramu Ibnu Mas’ud berkata, barang siapa mendirikan shalat malam selama setahun pasti akan mendapatkan Lailatul Qadar”, Ubay bin Ka’ab berkata, “Semoga Allah merahmatinya, beliau bermaksud agar orang-orang tidak bersandar (pada malam tertentu untuk mendapatkan Lailatul Qadar), walaupun beliau (Ibnu Mas’ud) sudah tahu bahwa malam Lailatul Qadar itu di bulan Ramadan, dan terdapat pada 10 malam terakhir, dan pada malam yang ke-27”. Kemudian Ubay bin Ka’ab bersumpah tanpa menyebutkan kata Insya Allah setelahnya, dan yakni bahwa malam itu adalah makna yang ke-27. Aku ( Zirr) berkata, “Dengan apa (sehingga) engkau berkata demikian, wahai Abul Munzir?” Beliau berkata, “Dengan tanda yang pernah Rasulullah ﷺ kabarkan kepada kami, yaitu malam terbit pada pagi harinya tanpa sinar yang terik.”
Ada riwayat-riwayat lain mengenai terjadinya malam Lailatul Qadar selain malam ke-27 Ramadhan. Salah satunya dalam hadis Abu Sa’id Al-Khudri bahwa malam Lailatul Qadar pernah terjadi di zaman Nabi pada malam ke-21.
Saat itu, Nabi berkata, “Dan sungguh aku telah diperlihatkan malam ini kapan Lailatul Qadar, lalu aku dilupakan. Maka, carilah lailatul qadar pada 10 malam terakhir dan carilah di setiap malam ganjil. Dan sungguh aku telah melihat (tatkala Lailatul Qadar) aku sujud di atas air dan becek.”
Abu Sa’id Al-Khudri berkata, “Maka muncullah tanda-tanda mau hujan di malam tersebut. Lalu, turunlah hujan. Lalu, hujan masuk melalui sela-sela atap masjid pada malam ke-21. Kemudian, aku melihat Rasulullah ﷺ dan melihat beliau selesai shalat Subuh. Wajah beliau penuh air dan becek.”
Foto: Unsplash
Inilah dalil bahwa lailatul qadar pernah terjadi pada malam ke-21 dan turun hujan ketika itu. Oleh karenanya, para ulama berbeda pendapat tentang waktu terjadinya Lailatul Qadar. Ulama Syafi’iyah berselisih menjadi dua pendapat.
BACA JUGA: Tanda-tanda Lailatul Qadar
Imam Syafi’i berpendapat bahwa lailatul qadar terdapat pada malam tertentu, yaitu di antara malam-malam ganjil pada 10 malam terakhir. Malam tersebut tidak pernah berpindah-pindah. Namun, sangat diharapkan bahwa malam tersebut adalah malam ke-21 atau ke-23. Adapun Al-Muzani (yang merupakan murid langsung Imam Syafi’i) berpendapat bahwa malam Lailatul Qadar berpindah-pindah dari satu tahun ke tahun yang lain. Inilah pendapat yang dikuatkan oleh An-Nawawi.
Pendapat kedua lebih kuat berdasarkan hadis-hadis, yaitu bahwa pada zaman Nabi pernah terjadi lailatul qadar pada malam ke-21 dan juga malam ke-27. Menurut An-Nawawi, pendapat inilah satu-satunya cara yang bisa mengompromikan hadis-hadis tersebut. Wallahu a’lam bis shawab.[]
SUMBER: PUSAT STUDI QURAN