Tag:

Kemanusiaan

Zionis Israel Bunuh 32.900 Warga Palestina di Gaza dan 196 Pekerja Kemanusiaan

Gaza (MediaIslam.id) – Warga Palestina yang tewas akibat serangan Israel di Jalur Gaza bertambah menjadi 32.916 orang sejak 7 Oktober lalu. Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza menambahkan, sekitar 75.494 orang lainnya juga terluka dalam serangan gencar Israel. “Setidaknya 71 orang tewas dan 102 lainnya terluka dalam serangan Israel selama 24 jam terakhir,” kata Kemenkes Palestina di Gaza, Selasa (02/04) lalu. “Banyak orang masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan dan tim penyelamat tidak dapat menjangkau mereka,” tambah otoritas Gaza. 196 Pekerja Kemanusiaan Terbunuh Bukan hanya warga sipil, Zionis Israel juga membunuh ratusan pekerja kemanusiaan di Gaza. Terbaru, Lembaga World Central Kitchen (WCK) mengkonfirmasi bahwa tujuh pekerja bantuan kemanusiaan mereka tewas dalam serangan Israel di Jalur Gaza pada Senin. “Tim WCK melakukan perjalanan di zona luar konflik dengan dua mobil lapis baja berlogo WCK dan sebuah kendaraan taktis ringan,” kata WCK dalam sebuah pernyataan, Selasa. Meski sudah melakukan koordinasi dengan tentara Israel, pihak WCK menambahkan bahwa konvoi tersebut diserang saat meninggalkan gudang Deir al-Balah, tempat tim tersebut menurunkan lebih dari 100 ton bantuan makanan kemanusiaan yang dibawa ke Gaza melalui jalur laut. “Ini bukan hanya serangan terhadap WCK, ini adalah serangan terhadap organisasi kemanusiaan yang muncul dalam situasi paling mengerikan di mana makanan digunakan sebagai senjata perang. Ini tidak bisa dimaafkan,” kata CEO World Central Kitchen Erin Gore. Tujuh orang yang tewas berasal dari Australia, Polandia, Inggris, berkewarganegaraan ganda AS dan Kanada, serta Palestina. Dengan adanya peristiwa tersebut, PBB mengatakan, “setidaknya 196 pekerja kemanusiaan telah terbunuh sejak Oktober” di Jalur Gaza. []

Ketum ARM HA-IPB: ‘Information is Aid’

Jakarta (SI Online) – Aksi Relawan Mandiri Himpunan Alumni IPB (ARM HA-IPB) menggelar “Media Gathering dan Buka Bersama” dengan puluhan jurnalis di Hotel Sofyan Cut Meutia, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, pada Jumat petang, 29 Maret 2024.Pertemuan ini juga dihadiri Ketua Umum HA-IPB Walneg S. Jas, sejumlah anggota Dewan Pembina dan Pengawas, jajaran pengurus, dan relawan ARM HA-IPB.Ketua Umum ARM HA-IPB Ahmad Husein, dalam pemaparan singkatnya mengungkapkan, jurnalis sekaligus organisasi media merupakan salah satu bagian utama dari komponen Pentaheliks dalam penanggulangan dan kesiapsiagaan bencana di Indonesia.“Informasi yang jurnalis sediakan bagi warga amat penting dalam rangka menyelamatkan nyawa dan mengurangi kerentanan masyarakat di daerah rawan dan terdampak bencana,” kata Husein.Dalam peristiwa bencana dan krisis kemanusiaan lainnya, kata Husein, media mengambil peran yang sangat penting mengingat komunitas yang terdampak membutuhkan informasi kritis.“Karena itu di tingkat global dikenal istilah ‘Information is Aid’ (Informasi adalah Bantuan) – merujuk pada peran informasi yang membantu masyarakat ketika menghadapi dan melewati bencana,” ujar Husein yang juga merupakan mantan wartawan di berbagai media nasional.“Mereka membutuhkan informasi, paralel dengan kebutuhan mereka terhadap air, obat-obatan, dan hunian yang layak serta aman,” lanjutnya.Menurut Husein, melalui informasi yang akurat dan tepat waktu, masyarakat dapat mengetahui bencana yang akan atau tengah terjadi, cara menghindari bahaya, lokasi bantuan, dan bagaimana berkoordinasi dengan pihak terkait, termasuk pemerintah.Husein yang lebih dari satu dekade berpengalaman dan bekerja di dunia kemanusiaan ini juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara media, pemerintah, masyarakat, akademisi, dan dunia usaha dalam upaya menyediakan informasi kebencanaan yang lebih akurat dan terpercaya.“Kolaborasi antara media, pemerintah, dan masyarakat sangat penting dalam menyebarkan informasi bencana yang akurat dan dapat dipercaya,” kata dia.Dia menjelaskan, media sebagai bagian dari pentaheliks penanggulangan dan kesiapsiagaan bencana memiliki peran penting dalam menyebarkan informasi tersebut kepada masyarakat luas, sehingga setiap informasi yang diproduksi haruslah akurat, jelas, dan mudah dipahami.Terkait dengan program rekrutmen relawan, khususnya alumni dari almamater IPB University, ARM HA-IPB melihat Generasi Z (Gen-Z) memiliki potensi besar untuk berperan aktif dalam kegiatan kemanusiaan.1 2Laman berikutnya

Gencatan Senjata Sementara, Truk Bantuan Mulai Memasuki Gaza

GAZA (jurnalislam.com)- Pada hari Rabu (22/11/2023), Hamas dan Israel mencapai kesepakatan gencatan senjata demi kemanusiaan selama empat hari di wilayah Gaza setelah mediasi yang dipimpin oleh Qatar. Gencatan senjata ini mengakhiri 46 hari pertempuran yang berdampak pada lebih dari 2,3 juta warga Palestina. Kedua belah pihak setuju untuk menghentikan pertempuran mulai pukul 07:00 hari Jum’at ini (24/11/2023). Truk bantuan dari Mesir juga telah memasuki Jalur Gaza beberapa jam setelah gencatan senjata dimulai.

Bantu Palestina, Lazismu Terus Galang Donasi Kemanusiaan

Jakarta (MediaIslam.id) – Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Sadaqah Muhammadiyah (Lazismu) terus menggalang donasi, dari baik perorangan, komunitas, organisasi maupun perusahaan, untuk membantu masyarakat Palestina. “Yang mampu menyumbang dalam bentuk materi, silakan berdonasi,” ujar Ketua Badan Pengurus Lazismu PP Muhammadiyah Ahmad Imam Mujadid Rais dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (08/11/2023), seperti dilansir ANTARA. Rais mengatakan Lazismu terus mendapatkan kepercayaan dari para donatur untuk menyalurkan bantuan bagi rakyat Palestina. Setelah bantuan tahap satu dikirimkan ke jalur Gaza awal November ini. Menurut dia tragedi kemanusiaan yang terjadi di Palestina telah menyita perhatian seluruh dunia. Hingga saat ini, Lazismu telah menyalurkan bantuan berupa RendangMu dan Family Kit kepada rakyat Palestina. “Kita tahu bersama beberapa waktu lalu Indonesia melakukan gerakan solidaritas di Jakarta yang juga dilakukan oleh masyarakat seluruh dunia sebagai bentuk solidaritas,” ujar Rais. Terbaru, Lazismu menerima donasi dari Danone Indonesia. Donasi tersebut akan dikirimkan ke Palestina dalam paket bantuan selanjutnya. Sementara itu, tim Muhammadiyah Aid berhasil mengirimkan bantuan kemanusiaan dari masyarakat Indonesia ke zona konflik Palestina-Israel. Awalnya, ada keraguan apakah bantuan tersebut akan sampai dengan selamat, mengingat situasi yang penuh risiko di wilayah tersebut. Namun, pada Selasa (7/11) Rahmawati Husein, anggota tim Muhammadiyah Aid, mengonfirmasi keberhasilan pengiriman bantuan tersebut. Bantuan tersebut tidak hanya berasal dari Muhammadiyah, tetapi juga disalurkan bersama Indonesian Humanitarian Alliance, yang bekerja sama dengan pemerintah untuk memastikan pengiriman bantuan ke zona konflik dapat dilakukan dengan aman. []

Zionisme Talmudian adalah Musuh Kemanusiaan

Memilih bertahan dan melawan adalah jalan juang satu-satunya, bukan hanya mempertahankan tanah air Palestina semata, tapi ada Masjid Suci Al Aqsha, dan juga menghilangkan musuh kemanusiaan agar tidak merusak dunia Oleh: Muhammad Syafii Kudo “Masyarakat goyim adalah segerombolan domba dan kita adalah serigala mereka. Anda tahu apa yang terjadi ketika serigala-serigala mendatangi gerombolan domba tersebut?” (Protokol Zionis No. 11, Pasal 4) Hidayatullah.com | SIAPAKAH Goyim (Gentile)? Tentu saja orang Non Yahudi. Dalam protokol Zionis No. 15 pasal 8 disebutkan bahwa orang-orang Non Yahudi (Goyim) adalah sapi perahan. ”...bahwa untuk mencapai suatu tujuan yang serius, jangan pernah berhenti kapan saja dan menghitung para korban yang berjatuhan demi tujuan tersebut .... Kita belum pernah menghitung para korban cikal bakal sapi goyim ini, walau kita telah banyak mengorbankan orang kita sendiri. Tapi untuk itu, kita sekarang sudah memberikan mereka suatu tempat di dunia yang tidak pernah mereka impikan sebelumnya. Jumlah para korban dari pihak kita yang secara perbandingan kecil telah menyelamatkan kebangsaan kita dari kehancuran.” (We Are Wolves; Terjemah Lengkap 24 Pasal Protocol of Zion, Pustaka Nauka: Jakarta, tahun 2002, hal 105). Jika menilik pernyataan di atas maka tidak heran jika ada pernyataan dari beberapa petinggi Zionis dalam agresi terhadap rakyat Gaza yang begitu menabrak batasan kemanusiaan serta melanggar aturan perang yang terikat peraturan Internasional. Seperti yang diucapkan oleh Menteri Pertahanan ‘Israel’, Yoav Gallant yang menghina pejuang Hamas dengan menyebut mereka sebagai binatang. Oleh karena itu, Zionis ‘Israel’ merasa perlu untuk melakukan tindakan yang sesuai untuk melawan binatang. “Kita sedang melawan binatang, maka kita bertindak yang sesuai saat melawan binatang,” katanya dikutip dari Al Arabiya, Senin (9/10/2023). Pernyataan fasis dan rasis itu kemudian ditindaklanjuti dengan memutus pasokan listrik, air, gas, distribusi makanan dan bahkan belakangan jaringan internet. Ini selayaknya hukuman kolektif bagi penduduk Gaza, meskipun dalam aturan perang internasional tidak boleh ada penyerangan terhadap warga sipil, fasilitas umum dan apapun yang tidak ada kaitannya dengan musuh yang dihadapi. Namun semua itu dilanggar oleh kolonial Zionis yang ironisnya didukung penuh oleh negara “tutor” demokrasi dan HAM dunia, Amerika Serikat, yang merupakan jongos paling setia. Apakah tindakan superior rasisme Zionis itu terbentuk di ruang hampa belaka tanpa ada landasan yang melatarbelakanginya? Sayangnya tidak. Di dalam Genesis disebutkan: “Pada hari itulah Tuhan mengadakan perjanjian dengan Abram serta berfirman : ‘Kepada keturunanmulah Aku berikan negeri ini, mulai dari sungai (Nil) Mesir sampai ke sungai yang besar itu, sungai Efrat.” (Genesis, 15:18). Landasan teologis (yang dibajak) inilah yang membuat kaum Zionis sangat militan dan konsisten selama ini dalam mewujudkan cita-cita besarnya yakni mendirikan Negara ‘Israel’ Raya, sebuah negara untuk kaum Yahudi yang mana pendirian negara tersebut mereka anggap sebagai mandat dari Tuhan kepada mereka yang merasa sebagai Bangsa Pilihan Tuhan di muka bumi. Cita-cita besar itu mereka tuangkan ke dalam nilai filosofi desain bendera kebangsaan mereka. Mengutip Intisari Online, perkembangan awal bendera ‘Israel’ merupakan bagian dari kemunculan Zionisme di akhir abad ke-19. Jacob Askowith dan putranya Charles merancang “bendera Yehuda,” yang dipajang pada tanggal 20 Juli 1891, di aula B’nai Zion Educational Society di Boston, Massachusetts, AS. Berdasarkan ṭallit tradisional, atau syal doa Yahudi , bendera itu berwarna putih dengan garis-garis biru sempit di dekat tepinya dan di tengahnya terdapat Perisai Daud berujung enam dengan kata Makabe dalam huruf-huruf biru. Isaac Harris dari Boston mempresentasikan gagasan bendera ini pada tahun 1897 kepada Kongres Zionis internasional pertama, dan yang lainnya, termasuk David Wolfsohn, muncul dengan desain serupa. Variasi digunakan oleh gerakan Zionis yakni Grup Brigade Yahudi tentara Inggris selama Perang Dunia II. Dan pada 29 November 1947, ketika orang-orang Yahudi ‘Israel’ turun ke jalan untuk merayakan resolusi pembagian Perserikatan Bangsa-Bangsa  (PBB), mereka mengibarkan bendera WZO dan menggunakannya sebagai simbol pemersatu. Bendera Zionis akhirnya dipajang di Palestina dan dikibarkan ketika ‘Israel’ memproklamasikan kemerdekaannya pada 14 Mei 1948. Pada 12 November tahun 1948, sebuah undang-undang yang diadopsi oleh Knesset, parlemen ‘Israel’, mulai berlaku mengakui spanduk Zionis sebagai bendera nasional resmi. (intisari.grid.id). Jika menilik penjelasan beberapa sumber yang “netral” disebutkan bahwa warna putih di bendera Zionis itu sebagai perlambang dari lambang cahaya, kejujuran, kesucian dan kedamaian. Sedangkan warna biru ditafsirkan sebagai lambang kepercayaan, kesetiaan, hikmat, keyakinan diri, kepandaian, iman, kebenaran, dan langit/surga. Namun bagi mereka yang selama ini mengikuti sepak terjang gerakan Zionis Internasional, tentu tahu bahwa tafsiran dari bendera Zionis tidaklah sesederhana itu. Bendera ‘Israel’ sebenarnya adalah simbolisasi rencana besar yang akan diwujudkan dengan segala cara oleh Zionis. Bintang David terletak persis di tengah, diapit garis biru di atas dan di bagian bawah bendera. Bintang David mengisyaratkan sebagai tanah untuk ‘Israel’ Raya. Garis biru di bagian atas bendera adalah simbolisasi sungai Eufrat yang berujung di bagian Barat kota Kufah, Iraq dan berakhir di pantai Teluk Persia. Sementara garis biru di bagian bawah menggambarkan Sungai Nil yang berada di Mesir.  Jadi bukan hanya Palestina yang akan menjadi sasaran negara Yahudi ini tapi juga sebagian besar negara-negara Arab di Timur Tengah. Inilah sebabnya melalui Amerika Serikat, ‘Israel’ sering ngotot dan berteriak untuk mewujudkan The New Map of Middle East (Peta Baru Timur Tengah). Mereka akan sekuat tenaga mewujudkan wajah baru wilayah dunia Islam dan akan mengubah peta Timur Tengah. Itu pula yang membuat salah seorang juru bicara Hamas di Gaza, Mahmud Zahar, pada tahun 2006 silam mengeluarkan statemen dan melakukan penolakan pada bendera ‘Israel’. Selepas memenangkan pemilihan umum di Palestina, Hamas segera menandaskan sikapnya. Tidak saja menolak ‘Israel’, tetapi juga sampai tuntutan-tuntutan detail seperti desakan bagi ‘Israel’ untuk mengubah bendera mereka. Menurut Hamas, dua garis biru pada bendera ‘Israel’ adalah simbol penjajahan.  Dengan dua garis biru itu ‘Israel’ menarik dan membentangkan wilayah penjajahannya dari sungai Eufrat sampai sungai Nil. (Herry Nurdi, Membongkar Rencana ‘Israel’ Raya, 2009). Peta Baru Timur Tengah (The New Map Of Middle East) inilah salah satu yang membuat HAMAS memutuskan melakukan serangan (amaliyah jihadiyah) pada 07 Oktober 2023 selain sebagai bentuk perlawanan terhadap blokade penjajah Zionis selama 16 tahun. Belakangan ditambah dengan makin kurang ajarnya Zionis dalam menodai kesucian Masjidil Aqsha dan membunuhi warga Palestina serta penggusuran paksa pemukiman warga Palestina untuk dijadikan pemukiman bagi warga Zionis ‘Israel’. Sebelumnya diberitakan bahwa Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu dengan jumawa memamerkan peta “Timur Tengah Baru” saat berpidato di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York pada Jumat (22/9/2023). Netanyahu menunjukkan peta berjudul “New Middle East” saat sedang membahas soal isu normalisasi dengan Arab Saudi. Dia mengatakan selama puluhan tahun ‘Israel’ dikelilingi dunia Arab yang bermusuhan.  Namun kini Netanyahu menyatakan bahwa  ‘Israel’, yang dibantu Amerika Serikat, telah berhasil menjalin hubungan diplomatik dengan negara Arab seperti Uni Emirat Arab, Sudan, hingga Bahrain. Menurutnya jika terjadi perdamaian antara Arab Saudi dan ‘Israel’ maka akan membawa kemungkinan kemakmuran dan perdamaian ke seluruh planet ini. Seluruh Timur Tengah juga akan berubah. Ia juga menggambarkan jalur yang dianggap akan bermanfaat jika ‘Israel’ menjalin hubungan dengan Saudi. Netanyahu menandai jalur tersebut dengan spidol merah dari Asia hingga ‘Israel’. Peta Baru Timur Tengah paparan Netanyahu tanpa pencantuman nama Palestina itu jelas merupakan manifestasi dari goal utama ‘Israel’ Raya yang berencana menguasai seluruh Timur Tengah. Mengapa Timur Tengah sangat penting bagi Zionis ‘Israel’? Sebab menurut Prof. Karl Ernst Haushofer, seorang Pakar Geopolitik berdarah Yahudi Jerman, ”Barangsiapa menguasai Timur Tengah, maka ia menguasai dunia. Dan barangsiapa yang menguasai Palestina, maka Ia telah menguasai jantung dunia.” Maka pernyataan seorang pendakwah salafi yang menyuruh penduduk Gaza agar hijrah adalah sebuah pernyataan yang agaknya ada kemiripan dengan kemauan Zionis ‘Israel’. Karena dengan mengosongkan Gaza maka tinggal selangkah lagi seluruh Palestina menjadi jajahannya sebab hanya Gaza lah yang selama ini jadi batu sandungan Zionis untuk mewujudkan Peta Baru Timur Tengah nya. Maka memilih bertahan dan melawan adalah jalan juang satu-satunya, bukan melulu untuk mempertahankan tanah air namun juga untuk mempertahankan identitas bangsa Arab Palestina yang selama ini ditunjuk sebagai penjaga Masjid Suci Al Aqsha. Dan Zionis ‘Israel’ paham betul karakter penduduk Gaza yang tangguh itu, sehingga tanpa membuang waktu semua fasilitas umum mereka musnahkan, mulai dari gedung sekolah, rumah sakit, Masjid, Gereja tua, hingga yang terbaru mereka jatuhkan 60 ton bom ke atas kamp pengungsian terbesar di Gaza, Jabaliya,  yang menewaskan hampir 200 an orang. Semua ini adalah bentuk kejahatan perang menurut Hukum Humaniter Internasional karena Zionis ‘Israel’ melakukan Indiscriminate Bombardment yang merujuk pada serangan tanpa pandang bulu. Dan ini membuktikan bahwa Zionis ‘Israel’ tidak kenal bahasa kemanusiaan. Ini sekaligus jawaban bagi sebuah tulisan di sebuah portal daring yang bertajuk “Simalakama di Jalur Gaza” yang ditulis oleh seorang kolumnis yang intinya mengangkat pembahasan sebuah pilihan yang sulit (simalakama) bagi warga Gaza bahwa saat mereka diam saja akan dibunuhi oleh Zionis namun saat melawan akan otomatis dicap sebagai pejuangme oleh Dunia Barat. ”Kemanusiaan dan perdamaian dunia harus dijadikan supremasi serta ruh dalam formula sistem hukum internasional, termasuk dalam mengambil kebijakan bagi dua bangsa ini. Untuk jangka pendek, gencatan senjata harus disegerakan guna mengedepankan jeda kemanusiaan,” tulisnya di laman detik.com. Pendapat kolumnis itu adalah sebuah harapan indah yang tentunya dikehendaki oleh seluruh pecinta kemanusiaan dan perdamaian. Namun harapan indah itu nyatanya selama ini hanya menjadi bunga kertas belaka sebab Zionis tidak pernah mengenal bahasa kemanusiaan.* Penulis peminat masalah sejarah

Alasan Kemanusiaan, Menlu RI Desak Agar Bahan Bakar Bisa Masuk Gaza

Jakarta (SI Online) – Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mendesak agar pasokan bahan bakar bisa masuk Gaza untuk operasional Rumah Sakit Indonesia yang digerakkan oleh relawan MER-C.“Dari komunikasi kita dengan relawan MER-C yang ada di lapangan, diperoleh informasi bahwa waktu yang tersisa adalah kurang lebih 48 jam sejak tadi pagi, sebelum generator utama (rumah sakit itu) mengalami shut down (mati),” kata Retno dalam konferensi pers di Jakarta pada Rabu (01/11/2023) seperti dilansir ANTARA.Oleh karena itu, Indonesia terus mengupayakan masuknya bahan bakar, air bersih, dan bahan pokok yang sangat diperlukan oleh penduduk Gaza di tengah pertempuran yang terus berlangsung antara Israel dan kelompok perlawanan Palestina Hamas.“Dengan situasi sekarang ini, kita intensifkan komunikasi agar bahan bakar dapat segera masuk ke Gaza dengan alasan kemanusiaan. Sekali lagi dengan alasan kemanusiaan,” ujar Retno.Kementerian Kesehatan Palestina merilis peringatan bahwa generator utama di dua rumah sakit di Gaza, yaitu RS Al Syifa Medical Complex dan RS Indonesia, akan mati jika tidak ada tambahan pasokan bahan bakar.Pasokan bahan bakar menjadi sangat penting agar kedua rumah sakit tersebut bisa terus beroperasi untuk merawat para korban konflik Israel-Palestina.“Desakan ini disampaikan agar bahan bakar bisa masuk untuk tujuan kemanusiaan, salah satunya untuk rumah sakit. Karena dalam hitungan jam, Gaza akan kehabisan bahan bakar dan rumah sakit tidak bisa berfungsi,” ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Lalu Muhamad Iqbal.Relawan organisasi kemanusiaan MER-C pada Selasa (31/10) mengabarkan bahwa militer Israel masih terus menyerang Jalur Gaza baik melalui laut, darat, maupun udara, di wilayah yang menjadi tempat tinggal mereka saat ini.Seorang relawan MER-C bernama Fikri Rofiul Haq menyebutkan militer Israel bahkan menargetkan bangunan-bangunan tempat tinggal yang berada tidak jauh dari rumah sakit.Menurut laporan warga setempat ada sebuah bangunan tempat tinggal yang hancur rata dengan tanah yang berjarak hanya ratusan meter dari rumah sakit sehingga menyebabkan puluhan warga mengungsi ke rumah sakit itu.Sampai saat ini sudah dua ribu warga Gaza mengungsi di RS Indonesia.1 2Laman berikutnya