Tag:
kecerdasan buatan
Hidayatullah.com
Agama-Agama Timur Ikut Menyerukan AI Beretika
Hidayatullah.com– Para pemimpin agama-agama Timur hari Rabu (10/7/2024) menandatangani sebuah kode yang diprakarsai Vatikan berisi seruan untuk pengembangan teknologi AI beretika, yang juga mencakup perusahaan-perusahaan teknologi besar, dalam sebuah acara yang digelar di kota Hiroshima, Jepang.
“Rome Call for AI Ethics” menyatakan teknologi kecerdasan buatan (AI) harus dikembangkan dengan prinsip-prinsip etika supaya bermanfaat bagi kemanusiaan, disebabkan dampaknya yang luas terhadap kehidupan manusia.
Dilansir AFP, lebih dari 12 tokoh berbagai agama dan aliran kepercayaan yang berakar di Asia – termasuk Buddhis , Shinto dan Sikh – berkumpul di Taman Perdamaian di Hiroshima, yang dulu hancur lebur setelah dijatuhi bom atom oleh Amerika Serikat pada 1945.
Perusahaan-perusahaan teknologi seperti IBM, Microsoft dan Cisco, serta tokoh agama dari Kristen, Islam dan Yahudi, sudah bergabung dengan seruan yang diluncurkan pada 2020 itu.
Para penandatangan seruan tersebut sepakat bahwa sistem AI tidak boleh mendiskriminasi siapapun, dan harus selalu ada orang yang bertanggung jawab di belakang mesin-mesin berteknologi AI.
Sistem AI harus dapat diandalkan, aman, lugas untuk dipahami, dan “tidak boleh mengikuti atau menciptakan bias”.
Di penghujung forum dua hari itu, presiden World Fellowship of Buddhists, tokoh-tokoh sekte Shinto dan sekjen Baha’i International Community termasuk yang ikut menandatangani seruan tersebut.
Bhai Sahib Bhai Mohinder Singh, ketua dari organisasi Sikh Guru Nanak Nishkam Sewak Jatha, mengatakan dalam acra tersebut bahwa “Rome Call for AI Ethics” diperlukan sebagai kontrol moral dalam pengembangan AI.*
Hidayatullah.com
Gunakan Teknologi AI Guru Olahraga di Amerika Fitnah Kepala Sekolah
Hidayatullah.com– Seorang guru olahraga di Maryland, Amerika Serikat, dijerat dakwaan menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk melancarkan fitnah terhadap kepala sekolah tempatnya bekerja.
Pihak berwenang, hari Kamis (25/4/2024), mengatakan Dazhon Darien memalsukan suara kepala sekolah Pikesville pada bulan Januari, menyusul pembicaraan bahwa kontrak kerjanya tidak akan diperpanjang.
Polisi mengatakan kepala sekolah mengeluhkan kinerja Darien, termasuk tuduhan bahwa guru itu menggunakan dana sekolah untuk membayar teman satu kamarnya, yang kasusnya sudah ditangani pihak berwenang.
Menurut berkas dakwaan yang dimasukkan ke pengadilan oleh Kepolisian Baltimore, dengan bantuan teknologi kloning Darien membuat rekaman suara palsu berisi ocehan keluhan kepala sekolah tentang para siswa berkulit hitam dan kemampuan akademik mereka. Rekaman palsu itu juga berisi komentar rasis terhadap individu-individu berlatar belakang Yahudi dan tentang dua guru “yang seharusnya tidak pernah diberi kontrak kerja”.
Dengan cepat rekaman palsu itu menyebar di media sosial dan mengundang hujan kecaman, sampai-sampai kepala sekolah itu diminta cuti kerja.
Rekaman palsu itu juga mengundang komentar kebencian di media sosial dan telepon resepsionis sekolah terus berdering tanpa henti. Aktivitas sekolah terganggu untuk beberapa waktu, dan sebagian staf sekolah merasa tidak aman, lansir Associated Press Kamis.(25/4/2024).
Darien, 31, menghadapi sejumlah dakwaan antara lain pencurian, mengganggu aktivitas sekolah, menguntit dan melakukan tindakan pembalasan terhadap seorang saksi.Dakwah Media BCA - Green.notice-box-green {
border: 2px solid #28a745; /* Green border color */
background-color: #d4edda; /* Light green background color */
padding: 15px;
margin: 20px;
border-radius: 8px;
font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */
text-align: center; /* Center the text */
}Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/Data pengadilan yang bisa diakses secara online tidak menyebutkan nama pengacara yang mendampingi Darien, yang bisa mewakilinya untuk menjawab pertanyaan seputar kasusnya.
Pihak berwenang hari Kamis mengatakan dia ditahan di sebuah penjara setempat dan bisa dikeluarkan dari tahanan dengan uang jaminan $5.000.*
Arrahmah.id
“Israel” gunakan WA untuk membunuh warga Palestina di Gaza melalui sitem AI
GAZA (Arrahmah.id) – Pembunuhan warga Palestina di Gaza oleh “Israel” melalui sistem penargetan kecerdasan buatan (AI) telah dibantu oleh platform perpesanan WhatsApp milik Meta, sebuah laporan mengungkapkan. Awal bulan ini, laporan-laporan mengungkapkan bahwa “Israel” menggunakan sistem bantuan kecerdasan buatan yang disebut ‘Lavender’ untuk mengidentifikasi para tersangka militan di Jalur Gaza sebelum menargetkan dan menyerang mereka, […]
Arrahmah.id
Saking Menakutkannya, ‘Israel’ Pelajari Cara Berpikir Pemimpin Hamas Gunakan AI
TEL AVIV (Arrahmah.id) — Tokoh pemimpin kelompok perlawanan Hamas,Yahya Sinwar benar-benar menjadi sosok yang ‘menghantui’ kehidupan warga pendudukan Israel saat ini. Orang nomor satu buruan tentara IDF yang memimpin gerakan pembebasan Palestina di Jalur Gaza itu bahkan diteliti cara berpikirnya menggunakan metode komputerisasi canggih berbasis AI (kecerdasan buatan). Kajian digital ini dilakukan Universitas Reichman Israel […]
Hidayatullah.com
‘Israel’ Pakai AI Pendeteksi Wajah untuk Culik Warga Palestina
Hidayatullah.com – Teknologi pendeteksi wajah canggih menjadi perangkat utama Israel untuk menculik dan memenjarakan sejumlah warga Palestina di Gaza.
Ribuan orang dilaporkan hilang di Gaza sejak dimulainya perang darat Israel pada akhir Oktober.
Sebuah laporan pada tanggal 27 Maret dari The New York Times (NYT) merinci kasus penyair Palestina Mosab Abu Toha – yang sama sekali tidak berafiliasi dengan Hamas – yang diculik, ditutup matanya, dan diseret menjauh dari anaknya oleh tentara Israel dalam waktu kurang dari satu jam setelah berjalan melewati sebuah pos pemeriksaan di Jalur Gaza.
“Abu Toha berjalan ke dalam jangkauan kamera yang tertanam dengan teknologi pengenal wajah,” kata sumber intelijen Israel yang menolak namanya disebutkan kepada media. Setelah diidentifikasi, sebuah program kecerdasan buatan (AI) menemukannya dalam daftar orang yang “dicari” oleh Israel.
Dia adalah salah satu dari “ratusan” orang Palestina yang telah menjadi korban penculikan dengan metode ini, sumber tersebut menegaskan. Para pejabat mengatakan bahwa teknologi ini digunakan untuk mencari tahanan Israel yang ditawan oleh Hamas.
Namun ribuan warga sipil Palestina, banyak yang tidak memiliki hubungan dengan perlawanan, telah hilang tanpa jejak.
“Seorang remaja penjual rokok. Seorang penyanyi yang sedang naik daun. Seorang insinyur di pabrik pembotolan lokal … termasuk di antara ribuan orang yang dilaporkan hilang di Gaza,” menurut laporan The Washington Post pada pertengahan Maret lalu.
Mereka dan banyak orang lainnya diyakini telah hilang di pos-pos pemeriksaan Israel. Menurut ICRC, lebih dari 5.000 orang hilang di Jalur Gaza.
Bulan lalu, Masyarakat Tahanan Palestina (PPS) memperingatkan bahwa Israel berulang kali melakukan “kejahatan penghilangan paksa”.
“Hingga saat ini, penjajah menolak untuk mengungkapkan informasi yang jelas tentang nasib para tahanan Gaza, meskipun organisasi-organisasi hak asasi manusia internasional telah berulang kali menyerukan untuk menghentikan kejahatan ini,” kata PPS.
Israel telah meningkatkan penggunaan teknologi canggih seperti AI, terutama untuk menghasilkan ribuan target untuk diserang dalam perang genosida di jalur tersebut.
Namun, Tel Aviv telah menggunakan teknologi tersebut sejak jauh sebelum perang di Gaza, terutama untuk mengkonsolidasikan pendudukannya di Tepi Barat.Dakwah Media BCA - Green.notice-box-green {
border: 2px solid #28a745; /* Green border color */
background-color: #d4edda; /* Light green background color */
padding: 15px;
margin: 20px;
border-radius: 8px;
font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */
text-align: center; /* Center the text */
}Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/Penggunaan pengenalan wajah telah meningkat secara signifikan tahun lalu dengan penggunaan sistem yang dikenal sebagai Red Wolf, yang bertujuan untuk membatasi dan mengawasi pergerakan Palestina di Tepi Barat.
“Baik di Hebron maupun di Yerusalem Timur yang diduduki, teknologi pengenal wajah mendukung jaringan kamera CCTV yang padat untuk mengawasi warga Palestina secara terus-menerus… pengawasan ini merupakan bagian dari upaya yang disengaja oleh pihak berwenang Israel untuk menciptakan lingkungan yang tidak bersahabat dan memaksa bagi warga Palestina,” menurut laporan Amnesty International pada Mei 2023.*
Hidayatullah.com
Penduduknya Malas Nikah, Jepang Gunakan Kecerdasan Buatan
Hidayatullah.com—Jepang memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) guna membalikkan tren warganya yang menikah di usia senja atau menghindari pernikahan, seiring dengan meningkatnya depopulasi di seluruh negeri.
Perlu diketahui, isu kelahiran anak di Jepang terus menjadi sorotan sebab banyak generasi muda enggan menikah dan punya anak.
Persoalan demografi menjadi hal serius di Jepang, menjadikan tingkat kelahiran negara itu menurun sementara populasi menua terus bertambah.
Baru-baru ini pihak berwenang berusaha menyelenggarakan acara perjodohan atau konkatsu tradisional dengan penyaringan melalui kecerdasan buatan (AI) untuk mengetahui kompatibilitas antar calon mitra.
Mereka mengatakan hal itu terkadang menyebabkan orang-orang yang tidak pernah membayangkan bisa bersama untuk menikah.
Bahkan pemerintah pusat kini memberikan dukungannya terhadap langkah-langkah yang sejalan dengan kemajuan depopulasi di seluruh negeri.
Subsidi untuk acara perjodohan AI yang diselenggarakan publik bahkan telah diperluas sejak tahun fiskal 2021.
Menurut Badan Anak dan Keluarga, 31 dari 47 prefektur di Jepang menawarkan layanan perjodohan AI untuk menemukan pasangan menikah pada akhir Maret tahun lalu, dan Pemerintah Metropolitan Tokyo bergabung dengan mereka pada bulan Desember.
Khawatir dengan menurunnya angka kelahiran dan populasi menua, Prefektur Ehime telah menggunakan data besar untuk mencocokkan orang-orang dengan calon mitra.
Sistem prefektur merekomendasikan pasangan berdasarkan informasi pribadi yang terdaftar di pusat dukungan pernikahan dan riwayat penelusuran internet dari orang yang mencari pasangan.
“Tujuan dari program ini adalah untuk memperluas wawasan masyarakat sehingga mereka tidak sebatas memikirkan institusi akademis apa yang dimasuki atau usia mereka,” kata Hirotake Iwamaru, seorang konselor di pusat tersebut. Sekitar 90 pasangan menikah setiap tahun dengan dukungan dari pusat tersebut.
Prefektur Tochigi menggunakan sistem yang sama. Katsuji Katayanagi, dari pusat dukungan pernikahannya.
“Kaum muda cenderung menyerahkan urusannya kepada orang lain, jadi menurut saya kita perlu, sesekali, meminta data besar untuk merekomendasikan pasangan,” kata kata Hirotake Iwamaru.
Di sistem lain, pengguna menjawab lebih dari 100 pertanyaan, berdasarkan AI yang menganalisis kualitas yang dicari seseorang dari calon pasangan dan sebaliknya sebelum memperkenalkan calon pasangan.
Di Prefektur Saitama, tempat sistem ini diperkenalkan pada tahun 2018, terdapat 139 pasangan yang telah menikah pada akhir November tahun lalu.
Beberapa pasangan mengaku bertemu dengan seseorang yang mungkin tidak mereka pilih sendiri, dan seorang pejabat prefektur mengatakan bahwa sistem tersebut “menyediakan berbagai pertemuan.”
Prefektur Shiga meluncurkan pusat dukungan pernikahan online pada tahun 2022, yang dipicu oleh pandemi virus corona, dan menggunakan sistem yang serupa dengan yang diadopsi oleh Prefektur Saitama.
Hingga akhir Januari, 13 pasangan telah memutuskan untuk menikah melalui support center. Enam di antaranya bekerja sama dengan mitra yang diperkenalkan oleh AI.Dakwah Media BCA - Green.notice-box-green {
border: 2px solid #28a745; /* Green border color */
background-color: #d4edda; /* Light green background color */
padding: 15px;
margin: 20px;
border-radius: 8px;
font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */
text-align: center; /* Center the text */
}Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/Seorang wanita berusia 30-an yang akan menikah dengan pasangan yang ditemuinya melalui layanan AI, mengatakan, “Saya sempat merasa keberatan dan cemas dalam menggunakan sistem ini pada awalnya, namun saya senang memiliki keberanian untuk mendaftar.”
Mayu Komori, kepala administrator biro anak dan remaja di prefektur Shiga, menyarankan agar mereka yang mendaftar untuk layanan ini serius untuk menikah, mengingat biaya pendaftaran yang tidak terlalu murah sebesar ¥15.000 ($100) untuk dua tahun.
“Banyak orang juga merasa yakin karena ini dijalankan oleh pemerintah prefektur,” tambah Komori.
Takeaki Uno, seorang profesor teori algoritma di Institut Informatika Nasional yang terlibat dalam pengembangan sistem di Prefektur Ehime, mengatakan penggunaan AI dalam layanan perjodohan memperluas jangkauan mitra potensial.
“Dari segi efektivitas biaya, lebih mudah digunakan dibandingkan swasta, dan memberikan keuntungan bagi banyak orang,” ujarnya.*
Hidayatullah.com
Pendukung ‘Israel’ Gunakan Teknologi AI Arahkan Warganet Mendukung Kejahatannya
Hidayatullah.com—Pendukung penjajah ‘Israel’ mencoba membanjiri media sosial dengan propaganda sambil mengatasi konten pro-Palestina dengan bantuan teknologi kecerdasan buatan (AI), demikian lapor Washington.
Para ahli menyebut taktik tersebut sebagai ‘kampanye propaganda yang dipimpin warga’, mengingat penggunaan alat tersebut tidak melanggar aturan platform terhadap ‘perilaku tidak autentik terkoordinasi’.
Ketika perang di Gaza berkecamuk, dan kedua belah pihak berjuang untuk mendapatkan dukungan dan perhatian publik. Namun pendukung penjajah ‘Israel’ menggunakan alat yang memungkinkan mereka melaporkan secara massal konten pro-Palestina dengan alas an “melanggar aturan platform” tersebut.
Alat ini juga menghasilkan tanggapan yang disarankan oleh AI terhadap postingan online, sehingga memungkinkan pengguna membanjiri komentar postingan pro-Palestina dengan pesan pro-Israel.
Hal ini mengacu pada postingan yang tampaknya berasal dari orang-orang yang tidak terhubung satu sama lain. Namun sebenarnya merupakan hasil upaya terorganisir, biasanya melalui akun otomatis.
Para peneliti juga percaya bahwa tidak mungkin mengetahui komentar mana yang dibuat melalui alat ini, karena tidak ada cara untuk secara terbuka melacak perilaku pribadi pengguna di berbagai aplikasi.
Operator media sosial perlu merancang metode untuk mengidentifikasi penggunanya, hal ini sulit dilakukan karena aplikasi (sistem AI) berjalan di platform mereka dan bukan milik perusahaan media sosial tersebut.
Jika aplikasi tersebut diterbitkan sendiri, mereka pasti melanggar aturan yang melarang perilaku ilegal. Namun, aplikasi pihak ketiga yang meminta pengguna sah untuk melaporkan konten, tidak dikenakan hukuman yang ditentukan.
Beberapa pengguna mengklaim bahwa setelah postingan Instagram dan TikTok mereka ditampilkan, postingan tersebut akan dihapus atau dihapus, sehingga kurang dapat diakses oleh publik.
Pembuat konten Palestina bernama Nys mengungkapkan bahwa setiap postingannya di akun TikTok akan dibanjiri komentar pro-Israe’ yang mungkin dihasilkan oleh AI.
“Biasanya kalau saya melakuan siaran atau memposting, segera dihapus setelah dilaporkan sebagai perundungan atau ujaran kebencian,” ujarnya. “Sementara saya tidak menggunakan ujaran kebencian… Saya hanya mengomentari semua yang terjadi di Palestina,” tambah dia.
Pembuat konten lainnya, Laura Chung, mengatakan setelah membuat konten pro-Palestina yang viral, akun TikTok miliknya diblokir pada Desember lalu. “Saya yakin aplikasi inilah yang membuat saya dilarang dari TikTok,” katanya.
Sementara itu, mantan penasihat kebijakan siber di Departemen Pertahanan dan rekan senior di Laboratorium Penelitian Forensik Digital Dewan Atlantik, Emerson T Brooking mengakui berbagai organisasi melakukan propaganda pro-Israel yang sangat bias.
“Hal ini ada karena ada kementerian di ‘Israel’ yang mendukung alat ini dan mendorong penggunaannya,” katanya.
Para ahli yang mempelajari komunikasi online mengatakan meluasnya penggunaan alat-alat tersebut mempengaruhi diskusi online mengenai perang dan membuka era baru kampanye propaganda seperti ini.
“Bekerja dengan cara yang diatur dapat melanggar, namun dengan cepat menjadi area abu-abu, dan itulah sebabnya aplikasi ini ada,” kata Nora Benavidez, penasihat senior dan Direktur Keadilan Digital dan Hak-Hak Sipil di Free Press, sebuah organisasi non-partisan yang mencantumkan daftar perusahaannya. bertujuan untuk melindungi kebebasan berekspresi dan kebebasan sipil.
Joan Donovan, pakar disinformasi terkemuka dan asisten profesor jurnalisme di Universitas Boston, mengatakan bahwa aplikasi-aplsikasi seperti ini merupakan perkembangan baru dalam perang propaganda yang dilakukan di internet mengenai serangan Israel di Gaza dan bahwa perusahaan media sosial perlu menemukan cara untuk memantaunya penggunaannya.
“Media sosial adalah medan peperangan, tidak hanya bagi pasukan siber, namun juga bagi batalyon warga yang dipersenjatai dengan bot yang disempurnakan dengan AI dan kemampuan untuk menghasilkan postingan unik tanpa akhir yang menghindari alat moderasi konten saat ini,” katanya.
“Adalah kewajiban bagi perusahaan teknologi untuk melakukan pembelaan terhadap pelanggaran semacam itu,” tambah dia.
Salah satu aplikasi yang terkait langsung dengan pendudukan dan penjajahan ‘Israel’, Moovers, yang memungkinkan penggunanya “mendukung ‘Israel’ satu klik pada satu waktu.
Aplikasi ini memungkinkan pengguna bereaksi secara besar-besaran terhadap konten pro-Palestina dan melaporkannya untuk ditinjau atau memberikan komentar. Moover juga memungkinkan tanggapan ‘pro-Israel’ yang telah dirancang sebelumnya untuk bertindak serupa.
Pada awal Desember, perwakilan dari Leaders, sebuah perusahaan pemasaran influencer ‘Israel’ yang berbasis di Tel Aviv, mulai menghubungi para pembuat konten di Amerika Serikat, menawarkan pembayaran kepada mereka untuk mempromosikan Moovers kepada pemirsa mereka di Instagram.
Dalam email yang dilihat oleh The Washington Post, perwakilan dari Leaders memuji konten di aplikasi Moovers sebagai “didukung oleh Badan Periklanan Pemerintah Israel.”
Words of Iron, aplikasi pro-Israel lainnya yang mengumpulkan konten anti-’Israel’ dan menawarkan cara sekali klik untuk meningkatkan suara ‘Israel’ di media sosial.
Aplikasi tersebut, yang mendorong pengguna media sosial untuk melaporkan postingan influencer dan pengacara Rosy Pirani setelah menyebut Yesus Palestina pada Hari Natal, telah menghapus postingannya dari bagian Jelajahi, tidak tersedia untuk non-pengikut, dan tidak dapat menghasilkan uang.Dakwah Media BCA - Green.notice-box-green {
border: 2px solid #28a745; /* Green border color */
background-color: #d4edda; /* Light green background color */
padding: 15px;
margin: 20px;
border-radius: 8px;
font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */
text-align: center; /* Center the text */
}Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/“Situs-situs seperti Words of Iron menakut-nakuti para pembuat konten untuk berbicara tentang Palestina. Mereka menanamkan ketakutan dalam kebebasan berpendapat dan itulah yang ingin mereka lakukan,” kata Pirani.
Ameer Al-Khatahtbeh, seorang jurnalis Muslim dan pendiri perusahaan media independen yang mengoperasikan akun Instagram @Muslim dan @Muslimnews, dengan total 6 juta pengikut di Instagram saja, mengatakan dia mencurigai aplikasi tersebut telah digunakan untuk menargetkan postingannya.
“Segera setelah kami memposting sesuatu, pesan-pesan yang tampak seperti bot membanjiri komentar dalam 10 menit pertama,” kata Al-Khatahtbeh, sambil mencatat bahwa pengikutnya kemungkinan besar bukan sumber komentar tersebut.
“Kami menghadapi peringatan penghapusan akun setiap hari,” katanya, menggambarkan lingkungan di mana ia “berusaha keras” untuk tidak melanggar pedoman komunitas situs web.
Leslie Priscilla, pembuat konten yang menjalankan akun Instagram @Latinxparenting, dengan hampir 200.000 pengikut, mengatakan dia telah mengubah bahasa dalam keterangan unggahannya untuk menghindari deteksi oleh aplikasi buatan pendukung ‘Israel’ semacam ini.
Alih-alih menulis “Palestina”, ia menggunakan emoji semangka, dan alih-alih menulis “Gaza”, ia menulis G@z@.
‘Israel’, yang industri teknologinya bernilai $82 miliar dan dianggap sebagai pemimpin global dalam pengembangan teknologi, telah bekerja selama bertahun-tahun untuk mengarahkan diskusi secara online agar lebih kebijakan-kebijakan dan segala kejahatannya.
Pada tahun 2017, Menteri Urusan Strategis ‘Israel’, Gilad Erdan meluncurkan kampanye online yang disebut 4IL (Untuk Israel) untuk meningkatkan dukungan media sosial terhadap ‘Israel’.*
Hidayatullah.com
Merusak Jurnalisme Berkualitas, The New York Times Gugat OpenAI dan Microsoft
Hidayatullah.com—Organisasi media AS The New York Times (TNYT) pada hari Rabu (28/1/2/2023), menggugat OpenAI dan Microsoft, mengklaim perangkat lunak AI itu telah menggunakan jutaan artikel surat kabar tanpa izin untuk membangun model kecerdasan buatan (AI) mereka dengan “menyalin dan menggunakan jutaan” artikelnya.
TNYT mengklaim kedua perusahaan tersebut mendukung ChatGPT dan Copilot, yang “dapat menghasilkan keluaran yang membacakan konten TNYT kata demi kata, merangkumnya dengan cermat, dan meniru gaya ekspresifnya.”
Hal ini, kata media tersebut telah “merusak dan melemahkan” hubungan TNYT dengan pembaca, sekaligus menghilangkan “langganan, lisensi, iklan, dan pendapatan afiliasi” demikian tuduh kanal media tersebut.
OpenAI adalah pengembang chatbot AI, ChatGPT, dan Microsoft adalah mitra bisnisnya.
Surat kabar terkemuka Amerika Serikat (AS) yang berusia 172 tahun itu mengajukan gugatan tersebut ke Pengadilan Federal Manhattan AS pada Rabu (27/12/2023).
Pengaduan itu menyebutkan kedua perusahaan tersebut secara tidak sah menyalin dan menggunakan “karya unik yang bernilai” dari surat kabar tersebut, yang menyebabkan “kerugian secara undang-undang dan kerugian aktual senilai miliaran dolar”.
Diketahui, perusahaan AI telah melatih Chatbots AI Generatif dan telah menarik miliaran dolar dalam investasi. Investor telah mengklaim bahwa nilai investasi OpenAI saat ini berada pada tingkat lebih dari US $ 80 miliar.
Sementara itu beberapa penulis dan novelis terkemuka termasuk David Baldacci, Jonathan Franzen, John Grisham dan Scott Turow juga telah menggugat OpenAI dan Microsoft di Pengadilan Manhattan atas klaim sistem AI mungkin telah dikooptasi bersama puluhan ribu buku mereka.
Juli lalu, komedian Sarah Silverman dan penulis lain menggugat OpenAI dan platform Meta di San Francisco karena telah “menelan” karya mereka, termasuk buku Silverman yang diterbitkan pada 2010 berjudul ‘The Bedwetter’.
TNYT mengatakan perilaku seperti itu mengancam jurnalisme berkualitas tinggi dengan mengurangi kebutuhan pembaca untuk mengunjungi situs webnya, mengurangi lalu lintas dan berpotensi mengurangi pendapatan iklan dan langganan.*