Tag:
katolik
Hidayatullah.com
Paus Fransiskus Kritik Kedua Capres Amerika Serikat
Hidayatullah.com– Paus Fransiskus, hari Jumat (13/9/2024), mengkritik dua calon presiden Amerika Serikat yang akan maju dalam pemilihan bulan November, Donald Trump dan Kamala Harris.Paus Fransiskus mengkritik Donald Trump atas rencananya untuk mendeportasi jutaan imigran dan Kamala Harris atas pendiriannya yang mendukung hak aborsi.
Ketika ditanya oleh awak media di atas pesawat tentang pemilihan presiden AS dalam penerbangannya kembali ke Roma dari Singapura, Paus mengatakan bahwa tidak menyambut kedatangan para migran adalah dosa “berat”, dan dia menyamakan aborsi dengan “pembunuhan”.
Meskipun Paus tidak menggunakan nama Trump dan Harris, ia merujuk secara khusus pada kebijakan dan jenis kelamin mereka. Meskipun mengkritik kedua kandidat, ia mengatakan umat Katolik harus memberikan suaranya dalam pemilihan presiden Amerika Serikat bulan November, lansir Reuters.
“Tidak memilih itu buruk,” kata Paus berusia 87 tahun itu. “Itu tidak baik. Anda harus memilih.”
“Anda harus memilih kejahatan yang lebih kecil,” imbuhnya. “Siapa yang lebih kecil kejahatannya? Wanita itu, atau pria itu? Saya tidak tahu. Setiap orang, dalam hati nurani, [harus] berpikir dan melakukan ini.”
Lebih lanjut dia berkata, “Baik mereka yang mengusir para migran, maupun mereka yang membunuh anak-anak…, keduanya menentang kehidupan.”
Paus menyebut imigrasi sebagai “hak”, dengan mengutip Bibel yang menyebut anak yatim, janda, dan orang asing sebagai tiga jenis orang yang harus diperhatikan oleh masyarakat. “Tidak menyambut para migran adalah dosa,” kata Paus. “Dosa besar,” tegasnya.
Fransiskus mengatakan aborsi “adalah membunuh manusia”. Ia mengatakan tidak ada alasan untuk melakukan aborsi.
“Itu adalah pembunuhan,” katanya. “Tentang hal-hal ini kita harus berbicara dengan jelas. Tidak ada ‘tetapi’ atau ‘bagaimanapun’.”
Trump dalam kampanye berjanji untuk menindak tegas imigrasi ilegal dan mendeportasi jutaan imigran yang sudah berada di AS jika terpilih kembali sebagai presiden. Ia juga menolak untuk mengesampingkan kemungkinan membangun kamp tahanan bagi imigran tak berdokumen.
Harris berjanji untuk menandatangani undang-undang apa pun yang disahkan oleh Kongres untuk memulihkan hak aborsi, yang dibatalkan oleh Mahkamah Agung AS dalam keputusan Dobbs tahun 2022.
Fransiskus, pemimpin sekitar 1,4 miliar umat Katolik di seluruh dunia, biasanya berhati-hati dalam memberikan komentar politik. Namun, dia kerap mengkritik pedas kebijakan pro-aborsi yang bertentangan dengan ajaran Katolik.
Ia juga sebelumnya mengkritik retorika anti-imigran Trump. Selama pemilihan umum 2016, dia mengatakan pandang-pandangan Trump “tidak sesuai dengan ajaran Kristen”.
Umat Katolik Amerika, yang jumlahnya sekitar 52 jutai, sering dianggap sebagai pemilih penentu yang suaranya dibutuhkan untuk kemenangan seorang kandidat. Di beberapa negara bagian yang menjadi medan pertempuran sengit, seperti Pennsylvania dan Wisconsin, lebih dari 20% penduduk dewasa beragama Katolik.*
Hidayatullah.com
Uskup Agung Italia Pengkritik Paus Fransiskus Dikucilkan Vatikan
Hidayatullah.com– Carlo Maria Vigano, seorang uskup agung di Italia yang dikenal sebagai pengkritik vokal Paus Fransiskus, telah dikucilkan oleh Tahta Suci Vatikan.
Carlo Maria Vigano dinyatakan bersalah melakukan schism – yang artinya dia dianggap telah menyimpang dari ajaran Gereja Katolik – setelah bertahun-tahun berselisih pendapat dengan Paus Fransiskus.
Rohaniwan ultra-konservatif Katolik berusia 83 tahun itu sebelumnya menyerukan supaya Paus Fransiskus turun tahta, menuduhnya sesat dan mengkritik pendirian Fransiskus terkait imigrasi, perubahan iklim dan pasangan homoseksual.
Vigano merupakan seorang rohaniwan senior Gereja Katolik, pernah menjabat sebagai utusan diplomatik Vatikan di Washington dari 2011 sampai 2016.
Pada 2018 dia menyembunyikan diri setelah menuding Paus Fransiskus mengetahui perihal kejahatan seksual yang dilakukan oleh seorang kardinal Amerika Serikat tetapi bersikap diam dan tidak mengambil tindakan. Vatikan membantah tuduhan itu.
Seiring dengan waktu, Vigano kerap menyuarakan komentar sejalan dengan kaum conspiracy theorists Amerika Serikat, menolak vaksin Covid dan pemikiran lain yang serupa dengan mereka.
Hari Jumat (5/7/2024), kantor doktrinal Vatikan mengatakan penolakan Vigano untuk tunduk kepada Paus Fransiskus tampak jelas dari komentar-komentarnya yang diungkapkan ke publik.
Vatikan dalam pernyataannya menyatakan bahwa Carlo Maria Vigano sudah dinyatakan bersalah melakukan pelanggaran berupa schism dan dia sudah dikucilkan – atau disingkirkan dari gereja.
Uskup Agung Vigano didakwa melakukan schism dan menyangkal legitimasi Paus Fransiskus bulan lalu. Saat itu, dia menulis di platform X bahwa dia menganggap dakwaan itu sebagai “suatu kehormatan”.
“Saya menyangkal, menolak, dan mengutuk skandal, kesalahan, dan ajaran-ajaran sesat Jorge Mario Bergoglio,” kata Vigano, menyebut nama asli Paus asal Argentina itu.
Tahun lalu, Paus Fransiskus mengambil tindakan terhadap seorang rohaniwan ultra-konservatif lainnya, memecat Uskup Joseph E Strickland dari Texas, karena dia menolak mengundurkan diri menyusul investigasi oleh Vatikan.*
Hidayatullah.com
Pendeta Prancis Terpidana Pedofilia Ditemukan Tak Bernyawa di Rumahnya
Hidayatullah.com– Bernard Preynat, pendeta Prancis terpidana pedofilia yang didepak dari kependetaan, hari Ahad (23/6/2024) ditemukan tidak bernyawa di rumahnya di dekat Lyon.
Preynat divonis bersalah pada 2020 dalam kasus pencabulan anak di bawah umur dan dijatuhi hukuman lima tahun penjara.
Dilansir AFP Senin (24/06/2024), Preynat dikeluarkan dari penjara beberapa pekan lalu dan ditempatkan dalam tahanan rumah dengan alat pemantau elektronik terpasang di pergelangan kakinya dengan alasan kesehatan. Preynat, 79, ditemukan meninggal dunia di kamar mandi rumahnya di Saint-Étienne.
Pihak kejaksaan sudah memulai penyelidikan terhadap kematiannya, meskipun apabila tidak ada hal yang mencurigakan ditemukan pada jasadnya, lapor stasiun televisi BFM. Laporannya akan disampaikan dalam beberapa hari oleh petugas forensik.
Preynat divonis bersalah dalam beberapa dakwaan serangan seksual terhadap anak berusia antara 7 dan 15 tahun pada 1971 sampai 1991. Tindakan bejatnya itu ditutup-tutupi oleh pihak hierarki gereja selama bertahun-tahun.
Dia baru dipecat oleh gereja pada tahun 2019, pada tahun yang sama ketika Kardinal Philippe Barbarin dihukum karena tidak melaporkan kejahatan seksual yang dilakukan Preynat, yang ketahuinya.
Barbarin berhasil meloloskan diri dari hukuman di persidangan banding.
Di persidangan, Preynat mengakui serangan seksual terhadap anak-anak yang dilakukannya dan meminta maaf kepada 9 korban yang bersaksi di persidangan. Banyak korban Preynat lain tidak dapat diproses kasusnya disebabkan adanya statuta limitasi yang menyatakan kasus sudah kadaluarsa.
Oleh Pengadilan Gerejawi Lyon Preynat diperintahkan untuk membayar kompensasi kepada para korban.*
Hidayatullah.com
Paus Fransiskus Bilang di Gereja Katolik Sudah Terlalu Banyak Pria Gay
Hidayatullah.com– Pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma Paus Fransiskus diduga menggunakan istilah yang berkonotasi keji untuk menyebut kaum homoseksual ketika mengatakan di lingkungan Gereja Katolik “sudah terlalu banyak pria gay”.
Ketika ditanya dalam acara Italian Bishops’ Conference apakah pria gay sekarang diperbolehkan untuk mengikuti pelatihan kependetaan selama mereka menjalani selibasi, Paus Fransiskus menjawab tidak boleh.
Dia kemudian berbicara lebih lanjut dalam bahasa Italia bahwa di lingkungan Gereja “sudah dipenuhi hawa (udara)” frociaggine, para pria penyuka sesama jenis.
Namun, penggunaan kata frociaggine ini yang dipermasalahkan, karena berkonotasi sangat melecehkan untuk menyebut kaum gay.
Meskipun pertemuan itu dilakukan secara tertutup, komentar Paus Fransiskus itu pertama kali dilaporkan oleh situs web tabloid Dagospia, lansir BBC Selasa (28/5/2024).
Sejumlah media Italia lain kemudian mengkonfirmasi kata-kata yang diutarakan Paus Fransiskus itu dengan mengutip sejumlah sumber.
Sebagian kalangan dikabarkan sangat terkejut dengan pilihan kata yang dipakai Paus Fransiskus tersebut.
Namun, para pendukungnya yang berbahasa Spanyol mengatakan bahwa Paus terkadang memang melakukan kesalahan ketika bertutur dalam bahasa Italia, dan tidak sadar kata-kata yang digunakannya kemungkinan menyinggung sebagian kalangan, meskipun dia dulu dibesarkan dalam keluarga berbahasa Italia di Argentina.
Masalahnya, sejumlah media juga melaporkan bahwa Paus Fransiskus juga mengatakan bahwa orang-orang gay perlu didepak keluar dari seminari tidak peduli mereka “melakukan kecenderungan seksualnya” atau tidak.
Vatikan belum memberikan komentar terhadap kabar ini, lansir BBC.*
Hidayatullah.com
Bekas Pendeta Katolik Prancis Mengaku Mencabuli Empat Anak Lelaki
Hidayatullah.com– Olivier de Scitivaux de Greische, seorang bekas pendeta Katolik berusia 64 tahun, dijatuhi hukuman penjara 17 tahun setelah mengaku pernah memperkosa dan melakukan serangan seksual terhadap empat anak lelaki dalam kurun sepuluh tahun di era 1990-an dan 2000-an.
Dilansir RFI, pengadilan pidana di Paris hari Sabtu (25/5/2024) menyatakan bersalah de Scitivaux de Greische, bekas pendeta senior di Keuskupan Orléans, dalam dakwaan pemerkosaan dn serangan seksual. Dia diharuskan menjalani hukuman penjara sedikitnya 10 tahun.
Dalam persidangan tertutup hari Jumat, beks pendeta Katolik itu – yang dikembalikan statusnya sebagai orang awam atas permintaannya sendiri – mengakui semuanya “tanpa bantahan”.
“Saya mengakuinya, karena saya harus menggunakan kata-kata, sentuhan, rabaan, fellatio (stimulasi oral terhadap kelamin lelaki), penetrasi digital dan penetrasi penis, untuk semua tindakan itu,” katanya di persidangan.
Selain dihukum penjara, bekas pendeta itu juga ditempatkan dalam supervisi sosio-yudisial, kewajiban untuk mengikuti terapi dan dilarang terlibat dalam aktivitas profesional maupun sukarela yang di dalamnya terdapat kontak dengan anak-anak.
Untuk pertama kalinya, terdakwa mengaku memperkosa dan melakukan serangan seksual terhadap dua korban lain paling dini tahun 1982, tetapi dia tidak dapat dipidanakan karena peristiwanya sudah terjadi lama dan melewati statuta limitasi alias kasusnya dianggap kadaluarsa menurut hukum.
Damien Brossier, pengacara de Scitivaux de Greische, meminta kepada pengadilan supaya kliennya dihukum ringan, dengan alasan dia tidak lagi berbahaya.
Olivier de Scitivaux de Greische ditahbiskan menjadi pendeta pada 1989 ketika berusia 29.l tahun.
Dia kemudian menjalin hubungan akrab dengan orangtua para korban – tiga abang-beradik – dan kerap mengunjungi rumah mereka atas kehendak sendiri dan menginap di kamar anak tertua, yang dicabulinya sejak berusia 9 tahun.
“Olivier de Scitivaux adalah gangrene (penyakit), karena dia berada di mana-mana di keluarga itu,” kata Clémence Lemarchand, pengacara yang mewakili salah satu korban.
Pemerkosaan dan serangan seksual itu terjadi di rumah anak-anak tersebut sementara orangtuanya tidur, di tempat tinggal Scitivaux, pondok musim dingin, serta perkemahan musim panas.
Ketiga abang-beradik itu, dan seorang temannya, menceritakan di persidangan serangan seksual yang mereka alami, mengatakan bahwa kala itu masing-masing tidak mengetahui jika lainnya juga menjadi korban.
“Lihat dari dekat tangannya,” kata korban termuda di antara abang-beradik itu, “ejakulasi pertama saya berada di tangannya, tangan yang membagikan Perjamuan Kudus.”
Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa ada masa beberapa bulan di mana pendeta itu memanggilnya “setiap pekan, setiap hari, setiap malam” dan “ada kalanya dia menggunakan alat-alat di tubuh saya” atau “dia mencukur (rambut/bulu) saya”.
“Apabila anak satunya tidak ada (tidak bisa), maka ada anak kedua atau ketiga,” kata de Scitivaux de Greische said, merujuk korban abang-beradik itu yang kini berusia 40-an tahun.
Pada tahun 2021, sebuah laporan tentang kasus-kasus seksual di lingkungan Gereja Katolik Prancis menemukan bahwa 216.000 anak di bawah umur menjadi korban pencabulan dari tahun 1950 hingga 2020. Sebuah komisi independen mengatakan hal itu adalah fenomena yang sangat besar yang ditutupi secara sistematis selama puluhan tahun oleh pihak gereja dari level bawah sampai atas.*
Hidayatullah.com
Paus Fransiskus: Ideologi Gender Bahaya Paling Buruk
Hidayatullah.com—Paus Fransiskus mengutuk teori gender sebagai “ideologi jelek di zaman kita”, dan memperingatkan bahwa penghapusan perbedaan gender merupakan ancaman bagi kemanusiaan, ujarnya dikutip laman vaticannews.va.
Hal itu diungkapkan pemimpin Kristen Katolik itu pada simposium internasional ‘Pria-Wanita: Citra Tuhan’ di Vatikan, Jumat lalu. Menurutnya, ideologi gender telah menghilangkan semua perbedaan yang menjadikan umat manusia menjadi unik.
Menurut Paus, ideologi gender adalah ideologi jelek karena menghapus semua perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Menghilangkan perbedaan ini “berarti menghapus kemanusiaan. Sebaliknya, laki-laki dan perempuan berada dalam ‘ketegangan’ yang bermanfaat,” katanya.
“Pertemuan ini penting untuk dilakukan, pertemuan antara laki-laki dan perempuan, karena yang paling jelek saat ini, bahaya yang paling buruk adalah ideologi gender yang tidak mengakui perbedaan, dengan argumen ‘tidak mengakui perbedaan berarti menghapus kemanusiaan’,” kata Paus berusia 87 tahun itu dikutip RT.
Pernyataan Paus tersebut disampaikan dengan merujuk pada novel distopia, “Lord of the World” yang diterbitkan pada tahun 1907 oleh seorang pendeta Katolik.
Komentar tersebut dipandang bertentangan dengan keputusan Vatikan baru-baru ini yang mengizinkan pemberkatan pasangan sesama jenis yang dianggap sebagian pihak bertujuan untuk membuat gereja, yang menerapkan larangan ketat terhadap pernikahan sesama jenis, dan lebih terbuka terhadap komunitas LGBTQ.
Paus asal Argentina ini telah berulang kali menentang teori gender, yang juga disebut ideologi gender, yang berpandangan bahwa seseorang tidak harus mengikuti gender yang dimiliki sejak lahir, dan bahwa gender dianggap produk dari norma-norma masyarakat, bukan faktor biologis.
Kongres ini diselenggarakan oleh Kardinal Marc Ouellet, Prefek Dikasteri untuk Para Uskup, bersama dengan Pusat Penelitian dan Antropologi Panggilan (CRAV) dan merupakan tindak lanjut dari Simposium tahun 2022 sebelumnya yang didedikasikan untuk teologi imamat.
Saat memperkenalkan pidatonya, Paus sempat mengatakan masih menderita flu dan meminta asistennya Monsinyur Filippo Ciampanelli membacakan untuknya.
“Pria dan wanita diciptakan oleh Tuhan dan merupakan gambar Sang Pencipta; yaitu, mereka membawa dalam diri mereka keinginan akan keabadian dan kebahagiaan yang telah ditaburkan oleh Tuhan sendiri di dalam hati mereka dan yang harus mereka wujudkan melalui panggilan khusus,” tulisnya.Dakwah Media BCA - Green.notice-box-green {
border: 2px solid #28a745; /* Green border color */
background-color: #d4edda; /* Light green background color */
padding: 15px;
margin: 20px;
border-radius: 8px;
font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */
text-align: center; /* Center the text */
}Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/“Kita dipanggil menuju kebahagiaan, menuju kepenuhan hidup, menuju sesuatu yang besar yang telah ditakdirkan Tuhan untuk kita.”
“Kita adalah bagian dari rencana cinta, dan kita diundang untuk keluar dari diri kita sendiri dan mewujudkannya, untuk diri kita sendiri dan orang lain,” tulis Paus.”
Sebelumnya, tahun 2019, Vatikan menerbitkan dokumen pendidikan yang dimaksudkan untuk membantu guru sekolah Katolik melawan gagasan yang “menyangkal perbedaan alami antara laki-laki dan perempuan”.*
Hidayatullah.com
Mencabuli Anak-anak Inuit Pendeta Oblat Maria Imakulata ini Sampai Tua Tak Kunjung Dipecat
Hidayatullah.com– Sementara para negosiator sedang berunding untuk mewujudkan gencatan senjata antara Hama dan Israel di Gaza, pemukim Yahudi di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Zionis mengaku takut daerah tempat mereka akan menjadi ajang peperangan pasukan Israel dengan Hizbullah Libanon.
Sementara peperangan berkobar di Gaza, Hizbullah Libanon dan pasukan Zionis saling melempar serangan hampir setiap hari.
Israel memperingatkan Hizbullah agar berhenti dan menuntut penarikan pasukan mereka dari area utara Sungai Litani di Libanon, sekitar 30 kilometer jauhnya dari perbatasan yang dikawal patroli pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan pekan ini bahwa gencatan senjata dengan Gaza tidak akan menghentikan operasi pasukan Israel di utara – perbatasan dengan Libanon.
Hari Senin pekan ini, untuk pertam kalinya dalam kurun beberapa tahun, pasukan Israel melancarkan serangan atas kota Baalbek, sekitar 100 kilometer dari perbatasan utara wilayah pendudukan Zionis.
Pasukan Hizbullah membalas serangan itu dengan menghujani roket ke bagian utara dari wilayah pendudukan Israel.
Ditza Alon dan suaminya Arye, pasangan suami-isteri warga Israel yang tinggal di daerah Dataran Tinggi Golan, mengaku takut apabila pecah peperangan dengan Hizbullah, meskipun mereka memaklumi jika itu terjadi.
Ditza mengatakan bahwa dirinya memperkirakan begitu pasukan Israel usai bertempur di Gaza, pasti akan ada keributan di utara.
Arye mengatakan bahwa perang dengan Hizbullah pasti akan terjadi, hanya tinggal menunggu waktu, dan menurutnya peperangan itu perlu terjadi.
“Kami yakin peperangan akan terjadi karena Hizbullah sama dengan Hamas, mereka seperti saudara,” katanya kepada jurnalis AFP yang menemuinya di kawasan cagar alam Nahal Orvim di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel, sekitar 10 kilometer dari perbatasan dengan Libanon.
Apabila Hizbullah tidak didorong menjauhi Sungai Litani, maka “apa yang terjadi di Gaza” akan terjadi pula di bagian utara, “mungkin tidak besok, tetapi lima atau 10 tahun lagi”, kata Arye seperti dikutip AFP (29/2/2024).
“Kami memahami bahwa apabila tidak terjadi perang … maka apa yang terjadi di Gaza akan terulang lagi,” kata Ditza, merujuk pada serangan Hamas awal Oktober 2023 atas wilayah pemukiman Yahudi dekat Gaza.
“Di sisi lain, kami tahu apabila terjadi perang… maka akan ada perang besar dan banyak prajurit dan warga sipil yang mati,” imbuhnya.Dakwah Media BCA - Green.notice-box-green {
border: 2px solid #28a745; /* Green border color */
background-color: #d4edda; /* Light green background color */
padding: 15px;
margin: 20px;
border-radius: 8px;
font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */
text-align: center; /* Center the text */
}Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/Gallant, dalam kunjungannya ke pasukan Israel yang ditempatkan di utara pekan ini, mengatakan gencatan senjata di Gaza tidak akan menyurutkan tekad Israel untuk mengusir Hizbullah dari selatan Libanon.
Gallant tidak mengindahkan seruan Amerika Serikat dan Prancis yang mendesak agar pertikaian di kawasan itu diselesaikan lewat perundingan.
“Kami akan melakukannya dengan kekuatan senjata,” tegas Gallant.
Amir Avivi, seorang pensiunan brigadir jenderal tentara Israel, juga mengatakan gencatan senjata di Gaza tidak akan mengubah apapun.
“Mereka mungkin akan menghormati gencatan senjata itu, tetapi kami tidak akan menghormati gencatan senjata dengan Hizbullah,” katanya kepada AFP.
Setelah Rafah di selatan Gaza, Avivi mengatakan, target selanjutnya dari pasukan Israel adlah Hizbullah.*
Hidayatullah.com
Uskup Christopher Saunders Didakwa Pemerkosaan di Australia
Hidayatullah.com– Uskup Australia Christopher Saunders didakwa dengan tuduhan pemerkosaan dan sejumlah kejahatan seksual lain yang terjadi di masa lampau termasuk pedofilia.
Rohaniwan Katolik berusia 74 tahun itu ditangkap hari Rabu (21/2/2024) di Broome, setelah dilakukan investigasi paralel yang diperintahkan oleh kepolisian di wilayah Western Australia dan Paus Fransiskus.
Saunders telah memberi isyarat bahwa dia akan membantah semua dakwaan.
Saunders saat ini sudah dikenai tuduhan dua kasus pemerkosaan, 14 serangan seksual, serta tiga dakwaan perbuatan cabul terhadap anak yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki otoritas atau kekuasaan.
Kejahatan-kejahatan seksual itu terjadi di sejumlah kota kecil di wilayah Western Australia Broome, Kununurra dan perkampungan Aborigin Kalumburu antara tahun 2008 dan 2014.
Hari Kamis (22/4/2024) dia dibebaskan dari tahanan dengan uang jaminan dan diperintahkan untuk tetap tinggal di rumahnya sampai persidangan dimulai pada bulan Juni, lapor Australian Broadcasting Corporation seperti dilansir BBC.
Dalam sebuah pernyataan hari Kamis, Australian Catholic Bishops Conference berjanji akan bekerja sama dengan pihak kepolisian.
“Adalah benar dan patut, serta memang diperlukan, bahwa semua tuduhan itu diselidiki secara menyeluruh,” kata Uskup Agung Perth Timothy Costelloe.
Pertama kali ditahbis sebagai rohaniwan Katolik pada 1976, Saunders menghabiskan sebagian besar masa karirnya di daerah terpencil Kimberley, wilayah paling pojok di barat laut wilayah Western Australia. Dia kemudian diangkat menjadi uskup Broome pada 1996.
Luas wilayah kerja keuskupannya sekitar 770.000 km persegi – areanya kira-kira setara dengan luas wilayah negara Turki – dan sebagiannya merupakan daerah paling terpencil.
Dikenal sebagai sosok yang pandai bersosialisasi dan mengayomi, Saunders kerap mendampingi anak-anak muda berkemah dan pergi memancing. Dia merupakan tokoh dan dan dianggap panutan dalam masyarakat, bahkan ada minuman bir yang diberi nama dengan mengambil namanya.
Tuduhan seksual pertama kali dilayangkan pada tahun 2020, tetapi penyelidikan oleh kepolisian yang kala itu masih tahap awal tidak ditindaklanjuti dan bahkan ditutup tanpa ada tuduhan sama sekali.Dakwah Media BCA - Green.notice-box-green {
border: 2px solid #28a745; /* Green border color */
background-color: #d4edda; /* Light green background color */
padding: 15px;
margin: 20px;
border-radius: 8px;
font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */
text-align: center; /* Center the text */
}Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/Saunders secara sukarela mengundurkan diri dari jabatannya sebagai uskup Broome pada tahun 2020, tetapi tetap mendapatkan status uskup emeritus.
Namun, setelah Paus Fransiskus mengeluarkan perintah pada tahun 2019 supaya kasus-kasus seksual yang melibatkan rohaniwan dan pejabat tinggi Gereja Katolik di seluruh dunia yang terjadi di masa lalu diselidiki kembali, yang dikenal sebagai Vos Estis Lux Mundi, pihak kepolisian bergerak untuk memulai penyelidikan baru.
Selain mendiang Kardinal George Pell, yang sempat dipenjara meskipun kemudian dicabut kasusnya, Saunders merupakan pemuka Katolik dengan jabatan paling senior di Australia yang pernah dijerat dakwaan pedofilia.*