Tag:

JIC

JIC Akan Terbitkan Jurnal Islam dan Peradaban

Jakarta (MediaIslam.id) – Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (PPPIJ) atau yang akrab disebut Jakarta İslamic Centre (JIC) akan menerbitkan jurnal tentang Islam dan Peradaban. Sebagai langkah awal untuk mewujudkan rencana tersebut, JIC menggelar Focus Group Discussion (FGD) bersama sejumlah ahli di Kawasan Kwitang, Senen, Jakarta Pusat, pada Rabu, 22 Mei 2024. Kepala Pusat PPIJ Dr KH Didi Supandi, Lc, MA., mengatakan, penerbitan jurnal Islam dan Peradaban merupakan hal utama dan penting yang akan dilakukannya. Ia bahkan menergetkan, pada tahun ini dapat menerbitkan dua kali jurnal tersebut, pada pertengahan dan akhir tahun. “Pengembangan riset ilmu pengetahuan harus terus dilakukan,” ungkap Kiai Didi saat menyampaikan pidato pembukaan FGD. Bagi JIC, kata Kiai Didi, penerbitan jurnal ini merupakan langkah lanjut setelah mendapatkan ISO 9001: 2015 dalam manajemen mutu skala internasional dan telah dilakukan kerja sama antara JIC dengan berbagai perguruan tinggi di dalam dan luar negeri. Kiai Didi juga menegaskan, pentingnya jurnal sebagai kontribusi pada ilmu pengetahuan dan riset bukan hanya untuk kebutuhan lembaga. Namun juga untuk kebutuhan nasional dan internasional. Kabag Mental dan Spritual Biro Dikmental Provinsi DKI Jakarta H. Aceng Zaini yang hadir sekaligus membuka FGD mengatakan, pihaknya akan terus mendukung program-program yang dilaksanakan JIC. Cara mendukungnya, kata Aceng, adalah dengan terus meningkatkan alokasi dana hibah untuk JIC. Hal itu dilakukan agar lembaga ini terus berkreasi meningkatkan program dan mengembangkan peradaban Islam di Jakarta. “Kami berpikir JIC itu bukan hanya masjid, tetapi juga pusat peradaban,” kata dia. FGD Jurnal Islam dan Peradaban menghadirkan dua narasumber utama, yakni dosen Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Dr. Rihlah Nur Aulia dan dosen UIN Syarif Hidayatullah Afried Lazuardi. []

Pengantar Kitab Takhrij Hadits Durrah Al-Nasihin

Puji dan syukur selalu kita panjatkan ke hadirat Allah SWT., Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Saw, para keluarga, para sahabat dan para pengikutnya hingga hari Kiamat. Al-Qur’an adalah kitab hidayah yang diturunkan untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan (QS. Ibrahim [14]:1) melalui kitab suci Al-Qur’an manusia diharapkan dapat menemukan jalan keluar dan penyelesaian dari berbagai problem yang mereka hadapi (QS. Al-Baqarah [2]: 213). Oleh sebab itu, Al-Qur’an perlu dipelajari dan dipahami (QS. Shaad [38]: 29) agar petunjuk-petunjuk Allah SWT bisa mengantarkan manusia kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Memahami Al-Qur’an tentu membutuhkan penjelasan dan penafsiran. Kebutuhan terhadap penjelasan ini mendesak, mengingat petunjuk Al-Qur’an datang dalam bentuk redaksi yang beragam. Ada ayat-ayat yang datang dengan redaksi yang jelas maknanya dan rinci, ada pula ayat yang samar dan global, ada ayat yang hukumnya bersifat mutlak tetapi ada juga yang bersifat muqayyad. Ada juga ayat yang sifatnya ‘aam dan ada juga yang khos. Rasulullah Saw, sebagai penerima Al-Qur’an (QS. Al-Nahl [16]: 89) mengemban amanah untuk menyampaikan apa yang diterimanya kepada umatnya (QS. Al-Maidah [5]: 67) sebagaimana Rasulullah saw juga diperintahkan untuk menjelaskan kandungan Al-Qur’an kepada umat-Nya (QS. Al-Nahl [16]: 44). Al-Qur’an menegaskan pentingnya melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Rasul dan meninggalkan apa yang dilarangnya sebagaimana firman Allah (QS. Al Hasyr [59]: 7). Karena posisi Rasul seperti tersebut di atas, maka ketaatan kepada Rasul menjadi syarat bagi ketaatan kepada Allah (QS. Al-Nisa’ [4]: 80). Dengan demikian penjelasan Nabi Muhammad saw, terhadap Al-Qur’an tidak dapat dipisahkan dari pemahaman ayat-ayat Al-Qur’an. Dari sini mutlak perlu untuk memperhatikan penjelasan Nabi saw, dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an. Penjelasan atau penafsiran Nabi terhadap ayat-ayat Al-Qur’an didefinisikan oleh para ulama dengan hadis dan sunnah, yaitu yang dinisbahkan kepada Nabi Muhammad saw, baik berupa perbuatan, ucapan maupun ketetapan Nabi saw. Layak diperhatikan, meskipun hadis merupakan sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur’an namun berbeda dengan Al-Qur’an yang kebenarannya sudah dapat dipastikan. Status kebenaran hadis yang direkam oleh ratusan kitab hadis masih perlu dikaji ulang, karena tidak semua hadis berkualitas ṣaḥih. Ada hadis yang berkualitas hasan dan daif. Bahkan banyak juga hadis yang palsu. Salah satu kitab hadis yang menjadi objek penelitian kali ini adalah kitab hadis Durrah al-Naṣihin, karya ‘Uthman bin Hasan al-Khubawi (w. 1241 H/1824 M). Pengarang kitab Durrah al-Nasihin (selanjutnya disebut D.N. saja) ialah ‘Uthman bin Has bin Ahmad al-Shakir al-Khubawi al-Rumi al-Hanafi. Ia hidup di zaman Dinasti ‘Uthmani pada akhir abad ke 12 Hijriyah dan awal abad ke 13 Hijriyah. Sayangnya, tidak banyak kitab biografi dan ensiklopedia yang membahas riwayatnya. Bahkan tidak ada satu kitabpun yang secara langsung menyebutkan tahun kelahirannya. Kitab Dhurratun Al-Nashihin ini merupakan salah satu kitab yang sangat terkenal di dunia Islam karena telah diterbitkan di Turki, Mesir dan India. Kitab ini juga telah tersebar luas di Indonesia, serta menjadi rujukan utama di 23 pesantren/pondok. Kitab ini juga telah dicetak berpulang kali dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dalam 7 (tujuh) versi penerjemahan yang berbeda. More pages: 1 2 3 4

Jakarta Islamic Center Gelar Bincang Buku “Takhrij Hadits Durratun Nasihin”

Jakarta (SI Online) – Mengisi Ramadhan 1445 Hijriyah, Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta atau Jakarta Islamic Center (JIC) menggelar bincang buku “Takhrij Hadits Durratun Nasihin” karya almaghfurlah Dr KH A. Lutfi Fathullah, MA.Kegiatan ini merupakan hasil kerja sama JIC dengan Baznas Bazis DKI Jakarta. Dan secara kebetulan, saat wafatnya di era pandemi Covid-19 pada pertengahan 2021 lalu, Kiai Lutfi Fathullah sedang menjabat sebagai Ketua Baznas Bazis DKI Jakarta.Buku yang diterbitkan PPIJ pada 2023 ini sejatinya merupakan disertasi Kiai Luthfi di Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) pada 1998 silam.Hadir dalam bincang buku tersebut Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah sekaligus mantan Menteri Agama Prof. Dr. KH. Said Aqil Husien Al Munawwar, MA., Ketua Baznas Bazis DKI Jakarta Dr. KH. Akhmad H. Abubakar, MM, Wakil Kepala Pusat PPIJ Dr. KH. Didi Supandi, Lc, MA., dan Dosen Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Syarif Hidayatullah sekaligus Anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Dr. Hj. Faizah Ali Sibromalisi, MA.Habib Said Husein Al Munawar, dalam ceramahnya yang cukup panjang memaparkan tentang dasar-dasar ilmu Hadits. Alumni Universitas Ummul Qura’ Mekkah dan Universitas Islam Madinah itu bagai menyampaikan kuliah Pengantar Ilmu Hadits.Terkait dengan penulis buku, yakni Kiai Lutfi, Habib Said Husein mengaku terus berinteraksi dengan almaghfurlah sampai ketika ia kritis karena Covid-19. “Saat sakit kena Covid, beliau masih kirim pesan kepada saya,” kata dia.Guru Besar bidang Fiqh dan Ushul Fiqh yang juga seorang qari’ dan penghafal Qur’an ini juga bersaksi bahwa Kiai Lutfi adalah orang yang sangat serius dalam pencarian perawi hadits. “Ini kelebihan beliau,” kata dia.Sementara, salah satu ulama perempuan Indonesia, Dr. Hj. Faizah Ali Sibromalisi, MA, mengatakan kitab “Durratun Nasihin” yang menjadi objek penelitian Kiai Lutfi masih terbuka untuk dikaji kembali. Menurutnya, penilaian para ahli hadits terhadap sebuah hadits memungkinkan terjadi perbedaan.“Adanya kemungkinan pendapat penulis berbeda dengan pendapat para pakar Hadis lainnya merupakan suatu keniscayaan yang tidak dapat dihindarkan,” kata dia.Sebagai informasi, kitab “Durratun Nasihin” adalah salah satu kitab yang cukup populer di kalangan pesantren di Indonesia. Kitab ini merupakan karya ‘Utsman bin Hasan al-Khubawi (wafat 1241H/1824 M). Al-Khubawi merupakan ulama yang hidup di era Turki Utsmani.Kitab ini populer karena telah diterbitkan di Turki, Mesir dan India. Di Indonesia, Durratun Nasihin menjadi kitab rujukan utama di sekitar 23 pesantren. Kitab ini juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dalam tujuh versi penerjemahan yang berbeda.Dalam disertasinya, Kiai Lutfi menyimpulkan, dalam kita tersebut terdapat 839 hadis. Dari jumlah tersebut, berdasarkan takhrij yang ia lakukan 216 hadis (25,74%) merupakan hadis sahih.1 2Laman berikutnya

Pantauan Hilal di Pulau Karya Terhalang Awan Tebal dan Asap Terbakarnya Speedboat

<img width="650" height="376" src="http://muslimnews.id/wp-content/uploads/2024/03/jic-rukyat.jpg" class="attachment-jannah-image-post size-jannah-image-post wp-post-image" alt data-main-img="1" decoding="async" fetchpriority="high" srcset="https://i0.wp.com/suaraislam.id/wp-content/uploads/2024/03/jic-rukyat.jpg?w=650&ssl=1 650w, https://i0.wp.com/suaraislam.id/wp-content/uploads/2024/03/jic-rukyat.jpg?resize=300%2C174&ssl=1 300w" sizes="(max-width: 650px) 100vw, 650px" data-attachment-id="85427" data-permalink="https://suaraislam.id/pantauan-hilal-di-pulau-karya-terhalang-awan-tebal-dan-asap-terbakarnya-speedboat/jic-rukyat/" data-orig-file="https://i0.wp.com/suaraislam.id/wp-content/uploads/2024/03/jic-rukyat.jpg?fit=650%2C376&ssl=1" data-orig-size="650,376" data-comments-opened="0"...

Jadi Tonggak Sejarah, Perpustakaan JIC Raih Akreditasi A

Jakarta (SI Online) – Terlaksananya proses akreditasi Perpustakaan Jakarta Islamic Centre, Wakil Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (PPIJ) mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah terlibat.“Terima kasih atas pelaksanaan akreditasi perpustakaan Jakarta Islamic Centre yang merupakan perpustakaan khusus tempat ibadah terutama usaha dari teman-teman yang khusus mengelola perpustakaan Jakarta Islamic Centre,” ujar Dr. KH Didi Supandi, MA di Perpustakaan JIC, Senin (19/2/2024).Kiai Didi juga berterima kasih kepada Pemda DKI Jakarta terutama dari dinas perpustakaan yang telah membimbing, membina, dan mendampingi kegiatan akreditasi sehingga mendapatkan hasil yang memuaskan.“Semula mendapatkan nilai C dan sekarang Alhamdulillah mendapat nilai A dengan nilai 94,74,” terang Kiai Didi.“Dan terima kasih juga kepada Renda Kris Artha, M.Si, Direktorat Standarisasi Akreditasi asesor dari Perpustakaan Nasional karena telah memberikan waktu dan yang telah memberikan nilai secara objektif,” tambahnya.Kiai Didi berharap perpustakaan JIC lebih dapat meningkatkan pelayanan yang lebih baik lagi kedepannya sehingga bisa memberikan manfaat yang lebih lagi kepada umat di DKI Jakarta khususnya dan Indonesia secara umumnya.Kiai Didi mengatakan, hari ini menjadi tonggak sejarah, dimana JIC terus melakukan pembinaan-pembinaan di sektor yang menjadi tanggung jawab pengelolaan manajemen yang ada dilingkungan Jakarta Islamic Centre yang merupakan kepanjangan dari kebijakan Provinsi DKI Jakarta.“Terima kasih juga kepada PJ Gubernur Bapak Heru yang juga terus mendukung kegiatan-kegiatan yang ada di Jakarta Islamic Centre yang salah satu dari lembaga yang menerima dana hibah yang merupakan amanah yang manfaatnya itu untuk masyarakat di lingkungan DKI Jakarta,” terangnya.“Kami akan menjaga amanah atas terbitnya akreditas ini dalam bentuk peningkatan pelayanan yang jauh lebih baik lagi dan terus akan melakukan evaluasi,” pungkasnya.Senada dengan Dr. KH Didi Supandi, MA, H. Tatang Ketua Kelompok Bidang Kebudayaan, Perpustakaan, dan Arsip Pemprov DKI Jakarta Hari ini adalah sejarah buat kita dalam perjalanan panjang Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta.“Alhamdulillah hari ini kita telah menyaksikan proses akreditasi yang sudah kita tunggu-tunggu, prosesnya panjang, kalau sekarang kita telah dapat pengakuan yang membanggakan sekaligus langsung memuaskan ini perjalanan yang tidak dilakukan secara singkat,” katanya. [ ]

Festival Maulid Nusantara di JIC Resmi Ditutup, Berikut Para Pemenang Lombanya

Jakarta (MediaIslam.id) – Festival Maulid Nusantara (FMN) 2023 yang digelar Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (PPIJ) atau Jakarta Islamic Centre (JIC) resmi ditutup. Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari, dibuka pada Jumat (15/12) secara resmi dinyatakan usai pada Ahad (17/12/2023) di Ruang Teater Gedung JIC, Koja, Jakarta Utara. Penutupan FMN 2023 dilakukan dengan sejumlah rangkaian acara menarik. Di antaranya pembacaan Maulid Barzanji oleh Sayyidul Qoulnain, Ceramah Maulid Nabi oleh Habib Nabil Al Musawa serta penampilan stand up comedy oleh Ucak Limo dan Aziz Gagap. Hiburan musik shalawat dibawakan oleh Alma Esbeye. Kepala Divisi Sosial Budaya dan Ekonomi Syariah PPIJ KH Edi Sukardi mengatakan, peringatan Maulid Nabi di Indonesia sejatinya tidaklah mengenal waktu. Bahkan di Jakarta, pembacaan Maulid dilakukan hampir setiap hari. Baca juga: Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta Gelar Festival Maulid Nusantara “Khitanan maulid, mau pergi umroh maulid, mau pergi haji maulid, pokoknya kumpul-kumpul (baca) maulid. Tiap malam Jumat maulid, pengajian juga maulid,” kata Kiai Edi. Kepala Divisi Sosial Budaya dan Ekonomi Syariah PPIJ KH Edi Sukardi. Esensinya, lanjut Kiai Edi, yang diperingati bukan hanya kelahiran Nabi Saw melainkan juga ajaran yang beliau bawa yang harus dikaji dan amalkan, “Nabi meninggalkan dua pusaka, Kitabullah dan Sunnah Rasulullah (Hadits). Inilah warisan nabi yang harus kita jaga dan pelihara. Apa yang diperintahkan kita amalkan,” kata dia. Peringatan Maulid yang dilakukan oleh JIC, kata dia, dikemas dengan budaya masing-masing daerah. Karena itu lahirlah gagasan Festival Maulid Nusantara. Dalam puncak penutupan, panitia juga mengumumkan sejumlah pemenang lomba dalam rangkaian FMN. Lomba yang digelar antara lain Lomba Teatrikal Sirah Nabawiyah, Lomba Kreasi Hidangan Maulid Nusantara, dan Lomba Kreasi Barzanji. More pages: 1 2

Festival Maulid Nusantara 2023 JIC Usai, Ini Para Pemenang Lombanya

Jakarta (SI Online) – Festival Maulid Nusantara (FMN) 2023 yang digelar Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (PPIJ) atau Jakarta Islamic Centre (JIC) resmi usai.Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari, dibuka pada Jumat (15/12) secara resmi ditutup pada Ahad (17/12/2023) di Ruang Teater Gedung JIC, Koja, Jakarta Utara.Penutupan FMN 2023 dilakukan dengan sejumlah rangkaian acara menarik. Di antaranya pembacaan Maulid Barzanji oleh Sayyidul Qoulnain, Ceramah Maulid Nabi oleh Habib Nabil Al Musawa serta penampilan stand up comedy oleh Ucak Limo dan Aziz Gagap. Hiburan musik shalawat dibawakan oleh Alma Esbeye.Baca juga: Jakarta Islamic Center Gelar Festival Maulid NusantaraKepala Divisi Sosial Budaya dan Ekonomi Syariah PPIJ KH Edi Sukardi mengatakan, peringatan Maulid Nabi di Indonesia sejatinya tidaklah mengenal waktu. Bahkan di Jakarta, pembacaan Maulid dilakukan hampir setiap hari.“Khitanan maulid, mau pergi umroh maulid, mau pergi haji maulid, pokoknya kumpul-kumpul (baca) maulid. Tiap malam Jumat maulid, pengajian juga maulid,” kata Kiai Edi.Kepala Divisi Sosial Budaya dan Ekonomi Syariah PPIJ KH Edi Sukardi.Esensinya, lanjut Kiai Edi, yang diperingati bukan hanya kelahiran Nabi Saw melainkan juga ajaran yang beliau bawa yang harus dikaji dan amalkan,“Nabi meninggalkan dua pusaka, Kitabullah dan Sunnah Rasulullah (Hadits). Inilah warisan nabi yang harus kita jaga dan pelihara. Apa yang diperintahkan kita amalkan,” kata dia.Peringatan Maulid yang dilakukan oleh JIC, kata dia, dikemas dengan budaya masing-masing daerah. Karena itu lahirlah gagasan Festival Maulid Nusantara.Dalam puncak penutupan, panitia juga mengumumkan sejumlah pemenang lomba dalam rangkaian FMN.Lomba yang digelar antara lain Lomba Teatrikal Sirah Nabawiyah, Lomba Kreasi Hidangan Maulid Nusantara, dan Lomba Kreasi Barzanji.Pemenang lomba teatrikal sirah nabawi adalah Teater Air (Juara 1), Teater Sempurna (Juara 2) dan Teater ITC (Juara 3).Lomba kreasi hidangan maulid nusantara dimenangkan: Komunitas ODOJ (Juara 1), Komunitas Tahsin JIC (Juara 2), Jejaka Tua (Juara 3) dan Majelis Taklim LBIQ (Juara Harapan 1).Sedangkan para pemanang lomba kreasi Barzanji adalah Sayyidul Qoulnain (Juara 1), Darul Falah (Juara 2) dan ODOJ. []

PPIJ Gelar FGD Penguatan Manajemen Zakat di Era Digital

Jakarta (SI Online) – Dalam rangka penguatan Lembaga Amil Zakat, Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (PPIJ) atau Jakarta Islamic Centre (JIC) menggelar Focus Group Discussion (FGD) yang mengangkat tema Manajemen Zakat dan Pemberdayaan Umat di Era Digital.Kadiv Sosial Budaya dan Ekonomi Syariah DR. Edi Sukardi mengatakan bahwa pelaksanaan FGD ini dalam rangka menggali ilmu dari lembaga-lembaga pengumpul zakat yang sudah berpengalan.“Terus terang saja LAZ kami baru akan dikembangkan lebih luas, karena selama ini kami memang baru menghimpun dari dalam saja, sementara kaum dhuafa cukup banyak di lingkungan PPIJ,” terangnya di Hotel Mercure Ancol Jakarta Utara, Kamis (30/11/2023).Kiai Edi menjelaskan bahwa hasil pengumpulan zakat yang selama ini dihimpun dan dikelola PPIJ telah dimanfaatkan seluas-luasnya selain penyantunan yatim dan dhuafa yang rutin dilakukan.“Ada pembinaan untuk daur ulang barang-barang bekas, kemudian diadakan pelatihan membuat roti, dan baru saja kami lakukan pelatihan merias yang kami harapkan bisa menjadi bekal buat mereka,” terangnya.Kiai Edi berharap dalam kegiatan FGD Manajemen Zakat dan Pemberdayaan Umat di Era Digital ini, LAZ PPIJ dapat lebih berdaya guna untuk kepentingan dakwah dan pemberdayaan kaum dhuafa.“Sehingga mereka tidak melulu menjadi mustahik, mereka kedepan harus bisa menjadi muzakki,” pungkasnya.Sementara itu Wakil Kepala Pusat PPIJ DR. KH Didi Supandi mengatakan bahwa yang menjadi landasan FGD pada hari ini adalah bertukar pandangan dan pengalaman yang tujuannya untuk kebaikan keumatan.“Mudah-mudah perserta aktif FGD ini dapat memberikan masukan dan pengalaman-pengalamanya sehingga lebih menguatkan keberadaan ziswaf Islamic Centre,” ujarnya.“Bagaimana kita mau menguatkan umat kalau lembaganya tidak lebih power full, maka penguatan kelembagaan menjadi suatu keharusan,” tukasnya.Hadir dalam Focus Group Discussion Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta diantaranya, H. Faisal Qosim, MA (Direktur Pengumpulan Zakat Baznas RI), H. Muhammad Sobirin (Direktur Program Rumah Zakat Indonesia), DR. KH Didi Supandi, MA (Wakil Kepala Pusat PPIJ), Ustaz Herlan Intanpura (Kadiv Takmir PPIJ), Ustaz M. Zein. M.Si (Kadiv Informasi dan Penyiaran PPIJ), Ustaz Sukri Kardjono (Kadiv Umum). [ ]