Tag:

industri halal

PM Malaysia: Banyak Pemimpin Dunia Dukung Industri Halal

Kuala Lumpur (MediaIslam.id) – Perdana Menteri Malaysia Datuk Anwar Ibrahim mengungkapkan, saat ini banyak pemimpin dunia memberi perhatian khusus pada industri halal. Anwar mengatakan, negara-negara di seluruh dunia, khususnya di Timur Tengah, ASEAN, China, dan Eropa, mendukung pengembangan industri halal. Saat membuka Pameran Halal Internasional Malaysia (Malaysia International Halal Showcase/MIHAS) 2024 di Kuala Lumpur pada Selasa (17/09), Anwar bercerita dirinya bertemu dengan Vladimir Putin di Vladivostok. Presiden Rusia itu ternyata juga menyampaikan dukungan untuk pengembangan industri halal. Menurut Anwar, dunia juga mengakui upaya Malaysia dalam mempromosikan, mengupayakan kerja sama, dan meningkatkan kolaborasi dalam industri halal. Dia mengeklaim bahwa Malaysia masih memimpin dalam sertifikasi halal dan kiprahnya sudah dikenal di tingkat internasional. Menurut Anwar, sejumlah negara dan kawasan menekankan perlunya sertifikasi halal. Dia berharap Malaysia tidak hanya menawarkan kerja sama dalam sertifikasi tetapi juga perdagangan halal. Pameran halal MIHAS 2024, yang digelar oleh Badan Pengembangan Perdagangan Luar Negeri Malaysia (MATRADE) di Kuala Lumpur, menargetkan 40.000 pengunjung. Pameran itu telah melibatkan 17.000 pembeli dan penjual asing dengan total penjualan sekitar 25 miliar ringgit Malaysia (sekitar Rp88,7 triliun). Sementara itu, Menteri Investasi, Perdagangan, dan Industri Malaysia Tengku Zafrul Aziz mengatakan MIHAS telah diakui sebagai ​​​​​​​salah satu pameran dagang internasional yang diakui oleh Persatuan Industri Pameran Global (UFI) dan diakui sebagai pameran perdagangan halal terbesar di dunia. Sejak digelar pertama kali pada 2004, pameran itu telah menarik sekitar 500.000 pengunjung dan mengangkat nama Malaysia di pentas global, kata Zafrul. Tahun ini, MIHAS mengangkat tema “Globalizing Halal Innovations” dan menargetkan transaksi senilai RM3,5 miliar (sekitar Rp12,4 triliun). Pameran tahunan itu berlangsung pada 17-20 September. []

Gaya Hidup Halal Kini juga Disukai Masyarakat Non-Muslim

Hidayatullah.com—Sebagian orang menganggap gaya hidup halal hanya milik kaum Muslim, padahal saat ini trendnya sudah berubah, semua orang kini menyukai gaya hidup Muslim, meski dia non-Muslim (nonis).“Sektor halal industri kini menjadi tumpuan banyak negara Muslim maupun Non-Muslim untuk menguatkan perekonomian negaranya pasca pandemi global,” kata Dr Sapta Nirwandar, Ketua Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC), kemarin. Sapta menjelaskan saat ini banyak konsumen non-muslim memilih mempraktikkan gaya hidup halal, kerena terbukti produk dari industri halal terjamin aman, bersih, dan baik. Sapta berbicara saat Bincang Hangat Halal Tourism dihadapan komunitas wartawan terdiri dari Persaudaraan Jurnalis Muslim Indonesia (PJMI) dan Forum Dialog Pariwisata Halal (FDP Halal). Sementara Menparekraf Sandiaga Uno hanya mengirimkan video tapping menyambut kegiatan yang diinisiasi oleh pemerti wisata halal, Hilda Ansariah Sabri. Sapta Nirwandar menjelaskan bahwa dalam hal halal industri maka dari sektor kosmetik saja bisa memiliki turunan hingga 65 item produk. Oleh karena itu penjelasan mengenai halal industri ini bisa panjang karena 65 item produk itu baru dari satu sektor kosmetik yang dipakai wanita untuk perawatan dari kaki hingga ujung rambut dan semuanya yang dibutuhkan pasar dunia saat ini adalah bersertifikasi halal. Sektor halal industri Halal industri sendiri mencakup keuangan Islam, pharmacy, food, kosmetik, modest fashion, media dan rekreasi serta halal tourism. Jadi halal tourism pbagian dari 7 sektor halal industri yang terkait dengan praktik Islam yang dikenal sebagai kepatuhan terhadap halal, tambahnya. Negara -negara non-muslim terutama pasca Covid-19 aktif menjaring wisman muslim di dunia yang populasinya mencapai 2. 2 miliar maupun pasar dari non muslim dengan menciptakan kebutuhan pasar yang besar ini. Di sektor halal tourism atau wisata halal populerlah produk paket-paket Muslim Friendly Tourism (Ramah Muslim). “Negara non-Muslim justru menjadi pemasok terbesar untuk kebutuhan food & beverage atau makanan dan minuman halal kebutuhan umat Muslim seperti daging sapi dan ayam. Di sektor wisata halal, negara Jepang, Thailand, Taiwan justru sukses menjual paket wisata halal,” ungkap pria yang pernah menjadi Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kabinet Indonesia Bersatu II periode 2011-2014 ini. Menurut Sapta RI jangan ikut-ikutan memasarkan paket wisata halal dengan sebutan Muslim Friendly Tourism karena definisinya merujuk pada penyediaan fasilitas dan layanan yang disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan Muslim, namun tak sepenuhnya mengikuti pedoman halal sesuai dengan kaidah agama Islam. Muslim Friendly tujuan utamanya adalah untuk membuat lingkungan yang lebih ramah dan nyaman bagi wisatawan Muslim tanpa memastikan semua aspek benar-benar halal. Memang fasilitas seperti makanan halal, tempat ibadah, dan informasi tentang arah kiblat biasanya disediakan. Namun, tempat-tempat ini mungkin juga menawarkan opsi non-halal atau tidak memisahkan makanan halal dan non-halal dalam penyajiannya untuk tourism. Sebuah restoran mungkin menyediakan makanan halal tetapi juga menjual alkohol, atau hotel mungkin tidak sepenuhnya mematuhi standar syariah dalam operasionalnya. “Ironisnya Indonesia dengan penduduk mayaroritas Muslim terbesar di dunia justru belum banyak yang menjadikan halal sebagai brand dan pelaku pariwisata maupun pemerintahnya banyak memakai istilah produknya sebagai Muslim Friendly Destination,” katanya. Seharusnya dengan konsep halal tourism, semua fasilitas dan layanan, mulai dari makanan hingga akomodasi dan kegiatan, diatur agar sepenuhnya memenuhi standar halal. Ini termasuk makanan yang disiapkan dan disajikan dengan metode yang sesuai syariah. Menjawab pertanyaan para peserta soal produk halal tourism sebaiknya memakai label apa, Sapta Nirwandar menjelaskan Pemerintah Daerah maupun para pelaku pariwisata saatnya bersatu dalam menggunakan label produk wisata halal (halal tourism) dan mengikuti standar SMIIC dari OKI. “Indonesia negara anggota OKI, kami merintis standarisasi HTS justru saat konfrensi OKI di Jakarta tahun 2014 saat saya masih menjadi Wamen Kemenparekraf. Berhubung atasan-atasan saya di Kemenparekraf seperti I Gede Ardika, Jero Wacik, Mari Pangestu adalah non-Muslim sehingga acara-acara OKI saya yang menghadiri dan mewakili serta berkontribusi pada hasil-hasil pertemuan termasuk HTS,” tegas Sapta.*

Indonesia dan Malaysia Kerja Sama Bilateral Bidang Keuangan Syariah

Hidayatullah.com—Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati mengajak Malaysia untuk memperkuat kerja sama bilateral pada bidang keuangan syariah. Hal itu ia sampaikan saat melakukan pertemuan dengan Menteri Keuangan Kedua Malaysia Datuk Seri Amir Hamzah Azizan di Washington D.C., Amerika Serikat, Rabu (17/4) waktu setempat. “Kami berbincang mengenai penguatan hubungan bilateral antarkedua negara, khususnya dalam mengarungi masa-masa penuh tantangan di tengah gejolak peningkatan tensi geopolitik. Salah satu bidang yang terus diperkuat adalah keuangan syariah,” kata Sri Mulyani dalam keterangannya di Jakarta, Kamis. Menkeu Sri Mulyani mengatakan hubungan Indonesia dan Malaysia sebagai negara tetangga telah terjalin begitu erat selama ini, mulai dari dekatnya jalinan kekerabatan, kerja sama ekonomi, hingga kolaborasi di bidang kepabeanan dan cukai. Untuk itu, kedua pihak bertemu untuk berbincang mengenai penguatan hubungan bilateral kedua negara. Ia juga menyampaikan pentingnya kolaborasi dan kerja sama teknis dalam mendukung pesatnya pertumbuhan industri halal. Ia mengharapkan sektor perdagangan makanan dan minuman halal bisa semakin meningkat dengan ditandatanganinya memorandum of understanding (MoU) antarkedua negara di bidang rekognisi sertifikat halal beberapa waktu lalu. Dalam kesempatan itu, ia juga menyampaikan selamat kepada Datuk Seri Amir Hamzah Azizan yang baru dilantik sebagai Menteri Keuangan Kedua Malaysia pada Desember 2023. Menkeu Sri Mulyani pun turut menegaskan dukungannya pada ASEAN Chairmanship 2025 yang diselenggarakan di Malaysia. “Saya pastikan Indonesia akan mendukung penuh dan siap menyukseskan agenda penting tersebut. Dengan kerja sama apik, kita terus kuatkan posisi ASEAN sebagai the bright spot, the shining region,” kata Sri Mulyani. Menkeu Sri Mulyani akan menghadiri IMF Spring Meetings di Washington, D.C.Dakwah Media BCA - Green.notice-box-green { border: 2px solid #28a745; /* Green border color */ background-color: #d4edda; /* Light green background color */ padding: 15px; margin: 20px; border-radius: 8px; font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */ text-align: center; /* Center the text */ }Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/Menkeu mengaku akan berbicara mengenai kondisi perekonomian global, regional, maupun nasional yang berubah begitu cepat dan volatil selama beberapa hari ke depan dengan adanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan juga di berbagai belahan dunia yang dampaknya yang sangat besar bagi perekonomian global, baik dari sisi harga komoditas, nilai tukar, tingkat inflasi, hingga suku bunga global.* Baca juga: Revisi Qanun Aceh tentang Lembaga Keuangan Syariah Berlanjut,  DPRA Bentuk Tim

Kunjungan Wapres di Selandia Baru Bisa Berdampak Prospek Produk Halal

Hidayatullah.com—Indonesia melalui Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin tengah menggarap prospek produk halal di Selandia Baru melalui hubungan diplomasi dua negara. Demikian dikatakan Masduki Baidlowi, Juru Bicara Ma’ruf Amin. “Nilai perdagangan antara Indonesia dengan Selandia Baru itu 50 persen dari nilai-nilai perdagangan yang berhubungan dengan masalah halal,” kata Masduki di Bandara Internasional Auckland, Selandia Baru, seperti dikutip Antara, Senin (26/2/2024). Ia mengatakan Indonesia-Selandia Baru telah menjalin hubungan dagang produk halal berupa ekspor hasil pertanian hingga daging sapi. Selain itu, kata Masduki, banyak komunitas Muslim tumbuh di Selandia Baru, sehingga membutuhkan jaminan produk halal menggunakan sertifikasi dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Untuk itu, kata dia, Ma’ruf Amin Wakil Presiden (Wapres) RI melakukan kunjungan kerja ke Selandia Baru pada 25 Februari hingga 2 Maret 2024, dalam rangka melanjutkan diplomasi halal bagi warga dunia. Kunjungan kerja itu difokuskan di dua kota Selandia Baru, yakni Wellington dan Auckland untuk menemui sejumlah pejabat penting seperti Christopher Luxon Perdana Menteri Selandia Baru, dan Winston Peters Wakil Perdana Menteri untuk berdiplomasi. “Ada konsistensi kunjungan Wapres Ma’ruf Amin ke berbagai negara selama ini, sebelumnya ke beberapa negara Eropa dan sekarang ke Selandia Baru. Konsistensi itu adalah cita-cita mengenai bagaimana agar Indonesia menjadi bagian penting hak halal dunia,” ujar Masduki. Untuk diketahui Ma’ruf Amin melakukan kunjungan pertamanya ke Negeri Kiwi. Wapres beserta rombongan mendarat di Auckland dan disambut oleh Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI untuk Selandia Baru merangkap Samoa, Kerajaan Tonga, Kepulauan Cook, dan Niue Fientje Maritje Suebu dan Atase Pertahanan RI di Wellington Kolonel Chb. Herwanto Setyono.Dakwah Media BCA - Green.notice-box-green { border: 2px solid #28a745; /* Green border color */ background-color: #d4edda; /* Light green background color */ padding: 15px; margin: 20px; border-radius: 8px; font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */ text-align: center; /* Center the text */ }Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/Wapres akan bertemu dengan Perdana Menteri Selandia Baru Rt Hon Christopher Luxon, Wakil Perdana Menteri Rt Hon Winston Peters dan bertemu sejumlah tokoh penting lainnya. Selain beberapa melakukan pertemuan, Wapres juga diagendakan memberikan kuliah umum tentang Kerukunan antara Umat Beragama di Victory University, Wellington, pada Rabu (28/02/2024).*

Nilai Perdagangan Produk Halal Dunia 2025 Diyakini Capai Rp 110 Quadriliun

HIdayatullah.com – Arab Saudi, mulai Selasa (23/01), menggelar Makkah Halal Forum yang akan membahas berbagai isu dan topik berkaitan dengan sektor halal dunia, termasuk isu sertifikasi dan standar halal. Forum selama tiga hari ini diselenggarakan di Makkah Chamber for Exhibitions and Events Center, di bawah pengawasan Menteri Perdagangan Dr. Majed Al-Qasabi. Forum yang mengusung slogan “Kreativitas dalam industri halal” ini diselenggarakan oleh Manafea dan Islamic Chamber for Halal Services (ICHS). Hal ini merupakan kemitraan strategis dengan Organisasi Standar, Metrologi, dan Kualitas Saudi serta Otoritas Makanan dan Obat-obatan Saudi, dengan partisipasi Kamar Dagang Makkah dan Kamar Dagang dan Pengembangan Islam. Melalui lebih dari 10 sesi diskusi dan 250 pertemuan, forum ini membahas berbagai isu dan topik yang berkaitan dengan sektor industri halal di dunia, termasuk isu sertifikasi dan standar halal, standar dan kerangka peraturan terbaru untuk memastikan keamanan dan keaslian produk dan layanan halal, di samping industri makanan halal dan mengeksplorasi tren, inovasi, dan praktik terbaik di sektor ini, termasuk manajemen rantai pasokan, kontrol kualitas, keamanan pangan, dan memenuhi preferensi konsumen yang beragam. Melansir Saudi Gazette pada Selasa (23/01/2024), sektor industri halal mengalami tren peningkatan dengan meningkatnya permintaan produk halal dari negara-negara Muslim dan non-Muslim. Sektor industri halal di dunia dianggap sebagai salah satu sektor ekonomi yang paling menjanjikan, karena laporan tentang realitas ekonomi Islam global memperkirakan bahwa pengeluaran konsumen untuk produk halal di seluruh dunia akan mencapai $ 2,4 triliun pada tahun 2024, sementara permintaan untuk produk dan layanan halal meningkat, tidak hanya oleh konsumen Muslim, tetapi juga non-Muslim yang juga didorong oleh asosiasinya dengan makanan yang aman dan sehat. Pasar halal global mengalami pertumbuhan yang signifikan, karena volume pertumbuhan di pasar ini diperkirakan akan mencapai $7,7 triliun (setara Rp 110 Quadriliun) pada tahun 2025, dengan sektor keuangan syariah memimpin, diikuti oleh sektor makanan dan minuman, farmasi, obat-obatan, persiapan medis, kesehatan, dan kosmetik, perjalanan dan pariwisata, serta produk dan layanan industri halal lainnya. Berkenaan dengan pendidikan dan kesehatan, laporan ekonomi baru-baru ini juga memperkirakan pasar ekonomi halal akan meningkat selama dekade ini dari $ 2,30 triliun pada tahun 2020 menjadi $ 4,96 triliun pada tahun 2030 dan ini menyiratkan peningkatan hingga 115 persen dalam waktu 10 tahun.Dakwah Media BCA - Green.notice-box-green { border: 2px solid #28a745; /* Green border color */ background-color: #d4edda; /* Light green background color */ padding: 15px; margin: 20px; border-radius: 8px; font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */ text-align: center; /* Center the text */ }Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/Arab Saudi, yang merupakan salah satu negara terdepan dalam industri halal di dunia, bertujuan untuk memperkuat posisinya di jantung industri halal global, dengan berinisiatif, melalui Dana Investasi Publik, untuk mendirikan perusahaan yang berspesialisasi dalam “mengembangkan produk halal” pada tahun 2022. Selain itu, Saudi juga mendirikan pusat produk halal yang berafiliasi dengan Otoritas Makanan dan Obat-obatan, yang menjalankan peran pengawasan untuk memastikan bahwa daging dan unggas disembelih dan disimpan sesuai dengan apa yang ditetapkan sesuai syariah. Otoritas ini juga mengkhususkan diri dalam memastikan bahwa makanan, kosmetik, dan peralatan medis diproduksi dengan cara yang memastikan bahwa mereka bebas dari persiapan apa pun yang melanggar hukum Islam.*