Tag:

imam

Kondisi Dhaka Memanas, Polisi Bangladesh Seret Paksa Imam yang Sedang Menyalatkan Jenazah

DHAKA (Arrahmah.id) — Beredar viral video seorang imam shalat jenazah diseret polisi Bangladesh ketika sedang memimpin shalat jenazah di ibukota Bangladesh, Dhaka. Dilansir Daily Sun (17/7/2024), kejadian itu terjadi saat imam memimpin shalat jenazah untuk para mahasiswa yang dibunuh oleh aktivis Liga Chhatra, sayap pelajar dari partai berkuasa Liga Awami. Pada Rabu sekitar pukul 16.00, […]

Ceramahnya Bikin Prancis Marah Izin Bermukim Imam Asal Tunisia Dicabut

Hidayatullah.com– Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin meminta agar izin bermukim seorang imam asal Tunisia dicabut, setelah pihak berwenang mendapatkan laporan tentang isi ceramahnya yang dinilai anti-Prancis. Menteri Dalam Negeri mengatakan bahwa Mahjoub Mahjoubi, imam di daerah Bagnols-sur-Céze, dekat Avignon, bagian selatan Prancis, akan dideportasi, lansir Radio France Internationale Senin (19/2/2024). “Saya sudah meminta agar izin bermukimnya dicabut sebagai persiapan untuk pendeportasiannya,” kata Darmanin lewat media sosial X hari Ahad, seraya menambahkan bahwa tidak ada seruan kebencian yang akan dibiarkan begitu saja. Pihak berwenang di daerah Gard, di mana Mahjoubli berdakwah, diberitahu perihal ceramah-ceramah dan pernyataannya yang anti-Prancis, lapor kanal televisi BFM. Dalam sebuah rekaman video yang beredar luas di media sosial, Mahjoubli, seorang anggota organisasi Muslim setempat, mengatakan bahwa bendera Prancis memiliki “nilai-nilai iblis”. Dia mengatakan bendera Prancis lebih didahulukan dari hukum Allah, dan dimaksudkan untuk memecah belah Muslim. “Bendera-bendera iblis ini tidak ada artinya bagi Allah,” kata Mahjoubli, menurut laporan RFI. Dalam wawancara dengan koran lokal, Mahjoubli mengatakan dirinya menyesali pilihan kata yang dipergunakan dalam ceramah tersebut, yang menurutnya dimaksudkan untuk menjelaskan perihal hari kiamat dan bukan ditujukan untuk menentang Prancis. “Itu maksudnya untuk mengingatkan kaum Muslim di masjid tentang perlunya persatuan di bawah satu otoritas (kekuasaan),” katanya.Dakwah Media BCA - Green.notice-box-green { border: 2px solid #28a745; /* Green border color */ background-color: #d4edda; /* Light green background color */ padding: 15px; margin: 20px; border-radius: 8px; font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */ text-align: center; /* Center the text */ }Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/“Kata-kata itu dimaksudkan ketika berbicara tentang sepakbola, ketika [kompetisi sepakbola] piala Afrika digelar, tentang perlunya untuk tidak saling gontok-gontokan di belakang bendera [negara asal] masing-masing,” imbuhnya. Satu jam sebelum pengumuman perintah deportasi itu, Darmanin menulis bahwa aparat keamanan sedang menggalakkan upaya memerangi radikalisme dan politik Islam, dan atas permintaan Presiden Emmanuel Macron telah mendeportasi 26 persen lebih banyak tahun lalu dibandingkan dengan tahun 2022.*

Seorang Imam Masjid di Amerika Serikat Wafat Usai Ditembak

Hidayatullah.com – Seorang imam masjid di Newark, negara bagian New Jersey, Amerika Serikat, menghembuskan nafas terakhirnya usai ditembak orang tak dikenal, lapor pihak berwenang setempat. Jaksa Agung New Jersey Matt Platkin mengatakan pada hari Rabu bahwa kematian Imam Hassan Sharif akan dirasakan di seluruh negara bagian dan kota, dan menambahkan bahwa tidak ada bukti yang mengindikasikan bahwa penembakan tersebut dilatarbelakangi oleh bias anti-Muslim. Hassan Syarif tersebut sedang berada di dalam kendaraannya ketika ditembak beberapa kali di dekat masjid, kata Jaksa Penuntut Essex County, Ted Stephens, dalam sebuah konferensi pers.Kepolisian berusaha untuk mengidentifikasi dan menangkap pelaku penembakan. Mereka juga mengaku belum mengetahui motif di balik pembunuhan pemuka agama Islam tersebut, namun gubernur berjanji akan melakukan apa saja yang mungkin untuk melindungi rumah ibadah. Imam Hassan ditembak setelah pukul 6 pagi di luar masjid Masjid-Muhammad-Newark, Direktur Keamanan Publik Newark Fritz Frage mengatakan dalam sebuah pernyataan melalui email. Korban dibawa ke Rumah Sakit Universitas terdekat dalam kondisi kritis, kata pihak berwenang, tetapi kemudian meninggal karena luka-lukanya. Baca juga: Meningkatnya Islamofobia di Thailand di Tengah Serangan ‘Israel’ Ke Gaza Frage mengatakan bahwa penembakan tersebut sedang diselidiki, dan tidak ada informasi lain yang tersedia. “Pada saat komunitas Muslim prihatin dengan meningkatnya insiden bias dan kejahatan, saya ingin meyakinkan komunitas Muslim dan orang-orang dari semua agama bahwa kami akan melakukan segala daya kami untuk menjaga semua warga tetap aman, terutama di dalam atau di dekat rumah ibadah kami,” demikian pernyataan Gubernur Phil Murphy. Islamofobia di Amerika Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) cabang New Jersey, organisasi hak-hak sipil Muslim terbesar di Amerika, mengatakan bahwa mereka sedang mengumpulkan informasi dan mendesak masyarakat untuk menghubungi polisi setempat. “Kami sangat prihatin dengan kejadian ini dan berdoa untuk kesembuhan imam tersebut,” ujar juru bicara CAIR-NJ, Dina Sayedahmed, dalam sebuah pernyataan. Serangan Islamofobia di Amerika Serikat telah meningkat sejak dimulainya perang brutal “Israel” di Gaza yang terkepung, di mana “Israel” telah menewaskan sedikitnya 22.313 warga Palestina dan melukai 57.296 orang ketika membombardir kota-kota besar dan kecil serta kamp-kamp pengungsi di daerah kantung tersebut. Pada bulan Oktober, Wadea Al-Fayoume, 6 tahun, seorang anak laki-laki Muslim, ditikam hingga tewas dalam sebuah serangan yang menargetkan dia dan ibunya karena agama mereka dan sebagai tanggapan atas perang “Israel” yang sedang berlangsung di Gaza.* Baca juga: Mantan Penasihat Obama: Meski Kami Bunuh 4.000 Anak-Anak Palestina, Itu Tidak Cukup

Imam Ditembak Brutal di Dalam Masjid New Jersey, Jaksa Putuskan Bukan Terorisme

NEW YORK (Arrahmah.id) — Seorang imam ditembak hingga tewas di luar sebuah masjid di Newark dekat New York, Amerika Serikat (AS), pada Rabu (3/1/20234). Jaksa Negara Bagian New Jersey melaporkan imam bernama Hassan Sharif itu ditembak beberapa kali di depan Masjid Muhammad-Newark sekitar Rabu pagi pukul 06.00 waktu shalat subuh setempat. Sharif sempat dibawa ke […]

Prancis Tidak Lagi Terima Imam Didikan Luar Negeri

Hidayatullah.com– Menteri Dalam Negeri Gérald Darmanin mengumumkan dalam sebuah surat bahwa mulai 1 Januari 2024 Prancis tidak lagi menerima imam baru yang dididik di luar negeri atau dikirim oleh negara lain. Hal ini dilakukan guna mengurangi “pengaruh asing” terhadap Islam di Prancis. Itu artinya, per 1 April 2024 para imam yang dikirim oleh negara lain yang masih berada di Prancis tidak dapat bertahan di negara itu dengan status seperti saat ini. Mereka harus mengubah statusnya dan kerangka kerja tertentu akan diberlakukan guna memungkinkan organisasi pengelola masjid merekrut imamnya sendiri dan akan digaji sendiri secara langsung oleh mereka, lansir RFI. Langkah ini bertujuan untuk memastikan bahwa tidak ada imam yang dibayar oleh negara asing, dimana ia adalah pegawai negeri atau pejabat publik. Pada 2020, Presiden Emmanuel Macron mengumumkan maksudnya untuk mengakhiri kerja sekitar 300 imam yang dikirim dan digaji oleh negara-negara asing seperti Aljazair, Turki dan Maroko, sementara pada saat yang sama menambah jumlah imam yang dididik di Prancis. Macron mengatakan langkah itu ditujukan untuk mengurangi pengaruh asing terhadap Islam di Prancis, termasuk “separatisme di kalangan Muslim”. Menteri dalam negeri kala itu Christophe Castaner “Kami sedang berupaya untuk mengakhiri tugas imam yang diperbantukan pada tahun 2024”. Namun berdasarkan surat kementerian yang baru, kedatangan sekitar 300 “imam Ramadhan “ – para qari dan hafiz Qur’an yang bepergian ke Prancis selama bulan puasa – tidak dipermasalahkan. Darmanin juga memyerukan agar proporsi imam yang dididik di Prancis ditambah, setidaknya “sebagian pendidikannya dijalani di Prancis”, dan supaya pelatihan mereka selaras dengan “hukum dan prinsip-prinsip negara Republik Prancis”.

Mantan Imam Masjid Al Aqsa Syahid dalam Serangan Israel

GAZA (Arrahmah.id) — Mantan Imam Masjid Al Aqsa, Syeikh Youssef, syahid akibat pengeboman brutal tentara Israel di Gaza. Dilansir Jasarat (31/12/2023), pesawat Israel menargetkan rumah Syekh Yusuf di kamp pengungsi Maghazi, tempat ia menjadi syuhada. Keluarga Syekh Yusuf juga terluka dalam serangan Israel. Syekh Yusuf (68) sempat menjabat Menteri Agama Palestina dari tahun 2005 hingga […]

Menjawab Narasi Negatif Netizen tentang Pengungsi Rohingya  

Sesungguhnya imam, pemimpin, khalifah adalah perisai dan menjadi pelindung bagi mereka yang terzalimi dan tertindas, termasuk pada kasus Palestina dan Rohingya Oleh: Ali Mustofa Akbar Hidayatullah.com | “SUDAH jatuh terimpa tangga pula,” begitu kira-kira menggambarkannestapa saudara Muslim Rohingya saat ini. Sudah terusir dan teraniaya dari negerinya, sekarang dibuly dengan narasi-narasi kejam oleh netizen Indonesia. Etnis Rohingta, sering digambarkan sebagai orang-orang yang paling sering mengalami persekusi di dunia. Mereka ditolak di negara sendiri, tidak diterima oleh beberapa negara, hidup miskin, tak punya kewarganegaraan, serta dipaksa meninggalkan negerinya dibeberapa dekade ini. Padahal sebelumnya mereka merupakan komunitas Muslim yang sudah tinggal berabad-abad lamanya di sana, mereka absah dan diakui sebagai warga negara bahkan juga ketika Inggris berkuasa di Burma, Rohingya menjadi bagian tak terpisahkan dari negara itu. Hingga ikut andil dalam kemerdekaan Burma tahun 1948. Sekarang bernama Myanmar. Keadaan berbanding terbalik sejak kudeta militer oleh Jenderal Ne Win dari Partai Sosialis Burma pada 1962. Komunitas Muslim di Myanmar terutama Rohingya mendapat perlakuan diskriminatif, mereka tidak dianggap sebagai warga asli Myanmar. Puncaknya di tahun 2017 ribuan Muslim myanmar terbunuh oleh tentara Myanmar. Dunia mengutuk peristiwa ini dengan menyebutnya sebagai genosida. Pengungsi Rohingya di Aceh Dalam kurun waktu 14-21 November 2023 ini, ada 1.084 pengungsi Rohingya yang datang ke Sabang, Aceh. Mereka datang dengan menumpangi kapal milik warga Bangladesh. Menurut UNHCR, bahwa per 31 Oktober 2023, lebih dari sejuta pengungsi Rohingya pergi ke berbagai negara untuk mencari perlindungan (Detik, 04/12/33). Beberapa negara menjadi labuhan mereka adalah Arab Saudi, Malaysia, Bangladesh, Indonesia, dan lainnya. Derita saudara Muslim Rohingya menambah pelik kisah umat Islam di penjuru dunia yang saat ini dalam kondisi yang memprihatinkan. Menjadi manusia perahu serta “mengemis” ke negara manca tentulah bukanlah keinginan terbaik meraka, siapapun, ingin hidup tenteram di negerinya sendiri. Kedatangan Muslim Rohingya di negeri ini kini makin menghangat kembali. Permasalahan bertambah runyam karena muncul narasi-narasi negatif terhadap Muslim Rohingya distigmakan sebagai pelaku tindak berbagai aktivitas kriminal seperti pencurian, pemerkosaan, dan seterusnya. Menanggapi hal ini Ketua MPU Aceh, Abu Faisal Ali, menyampaikan:  “Jangan sampai, karena banyaknya pemberitaan negatif yang menggambarkan kekurangan-kekurangan mereka, seolah menepis dan menihilkan kewajiban kita sesama Muslim ataupun sekadar selaku manusia,” katanya. Sementara cendikiawan Muslim Aceh, Adli Abdullah mengatkan, “Saya kira kita tetap membangun simpati terhadap masyarakat Rohingya yang terzalimi dan memang kalau ada yang terlibat human traficking harus ditindak. Jangan mencari keuntungan di atas penderitaan orang Rohingya.  Semoga etnis Rohingya segera merdeka dunia akhirat,” tegas dosen Universitas Syah Kuala ini. Persoalan Umat Islam Apa yang terjadi kepada Muslim Rohingya sejatinya juga merupakan persoalan umat Islam seluruh dunia terutama saudara-saudara terdekatnya termasuk di Indonesia. Banyak dalil yang sudah dijelaskan oleh pada ulama akan tuntutan kepedulian ini. Diantaranya salah satu hadits dari Rasul ﷺ: مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى “Orang-Orang mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuhnya ikut merasakan tidak bisa tidur dan panas (turut merasakan sakitnya).” (Shahih Muslim 4685). Namun akibat framing miring tentang Rohingya membuat sebagian kaum Muslim di negeri ini mengisyaratkan terpancing untuk tidak empati kepada saudaranya. Beberapa komentar miring seperti bahwa Muslim Rohingya identik dengan perilaku kriminal serta digambarkan tidak tau adab karena membuang bantuan makanan ke laut, dst. Tidak disangkal bahwa ditengah ketidakpastian hidup, ada beberapa oknum dari Muslim Rohingya yang berlaku kejahatan, namun tentu tidak baik jika di generalisir semua melakukannya. Solusinya adalah adili pelaku kejahatan dengan tindakan preventif maupun efek jera dengan penegakkan hukum serta perlu dilakukan sosialisasi yang berkesinambungan di tempat penampungan. Tampak pula sebagian netizen trauma dengan apa yang terjadi di Palestina, dimana pengungsi Yahudi yang diberi tumpangan justru menikam dari belakang umat Muslim Palestina. Hal ini tidak bisa disamakan karena, mereka bukanlah Zionis yang layak dimusuhi dan dicurigai, tapi saudaranya Muslim yang diibaratkan Rasul ﷺ seperti satu tubuh. Kalau kita tidak bisa seperti Kaum Anshar yang menerima kaum muhajirin maka minimal tidak mencibir. Akar Permasalahan Pertama; nasionalisme. Ikatan ini lahir dari akidah sekulerisme yang memisahkan agama dengan kehidupan. Output-nya menjadikan urusan warga Muslim negara lain bukan menjadi urusan negaranya. Sebagaimana diketahui, semenjak kesepakatan Sykes-Picot, umat Islam terpecah-pecah menjadi negeri-negeri kecil yang melunturkan ikatan ukhuwah Islamiyyah. Kedua; kekuasaan pemimpin Muslim lemah. Bukan dalam arti lemah secara personal namun secara sistemik. Adalah contoh pada kepemimpinan Khalifah Mu’tashim Billah di masa Abbasiyah. Saat seorang Muslimah dilecehkan oleh orang kafir lalu wanita itu berteriak kepada Khalifah, tak berselang lama Mu’tashim mengirimkan tentara untuk membela kehormatan wanita Muslimah tersebut. Dalam buku-buku sejarah disebutkan tentara Mu’tashim yang dikirim bahkan saat kepalanya sudah di kawasan Umuria sedangkan ekornya masih di Ibu Kota Baghdad saking banyaknya pasukan untuk membela kemuliaan seorang Muslimah itu. Menyikapi persoalan Rohingya perlu ada kerjasama berbagai stakeholder guna merumuskan solusinya. Pertama: Pihak-pihak berkewenangan diberbagai negeri Muslim memiliki kewajiban untuk menolong saudaranya. Apresiasi layak diberikan kepada Wapres Ma’ruf Amin yang membuka opsi Pulau Galang yang akan menjadi tempat labuhan pengungsi Rohingya meski mendapat bantahan dari Menteri Mahfud MD. “Kalau pengungsi 1.400 lebih ya dan kita sebenarnya tidak terikat ya dengan konvensi itu, tapi karena kita punya prinsip kemanusiaan ya kita cari. Ya mudah-mudahan dalam waktu dekat,” (CNN, 6/12/2023). Kedua: Mahfud MD juga menyampaikan bahwa pengungsi Rohingya akan dipulangkan ke Myanmar. Maka jika itu juga opsi harus perhatikan pula keselamatan dan keadilan bagi Muslim Rohingya sebagai warga negara Myanmar dengan cara negeri-negeri Muslim terutama ASEAN berperan aktif dalam pengawasan, diplomasi, maupun upaya lainnya untuk menjamin keamanan Muslim Rohingya. Situasi yang dialami oleh saudara Muslim di Rohingya, Palestina, Uighur, dan di belahan bumi lainnya yang sedang terdzolimi semakin membuka mata hati kita akan kerusakan sistem dunia dunia ini melahirkan sikap apatisme dan pengabaian pada orang yang seharunya bisa kita bela dan kita lindungi, dan penyakit ini, kini menimpa negeri-negeri Muslim. Ketiga, penting bagi kita sesama manusia belajar para kesusahan dan penderitaan pengungsi Rohingya. Jika kita diposisikan pada mereka, mungkin kita akan semakin luka dan menderita. Apalagi jika di tengah kesusahan, ditolak sana-sini, lalu dikembalikan lagi ke laut, sampai mati satu-persatu. Bagi yang selamat ke darat, orang yang di darat justru mem-bully-nya, menyerang dengan kata-kata atau tindakan. Bagaimana rasanya? Bagaimana jika kita atau keluarga kita yang mengalami nasib serupa lalu mereka diteriaki, dibully dengan narasi-narasi jahat agar mengusir kembali ke laut? Di mana kemanusiaan kita? Kita berharap pemimpin-pemimpin kita menjadi lebih baik. Agar mereka bisa menjadi perisai yang melindungi umatnya. «إِنَّمَا اْلإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ فَإِنْ أَمَرَ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَعَدَلَ كَانَ لَهُ بِذَلِكَ أَجْرٌ وَإِنْ يَأْمُرْ بِغَيْرِهِ كَانَ عَلَيْهِ مِنْهُ» “Sesungguhnya imam adalah perisai orang-orang berperang di belakangnya dan menjadikannya pelindung. Jika ia memerintahkan ketakwaan kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan berlaku adil, baginya terdapat pahala dan jika ia memerintahkan yang selainnya maka ia harus bertanggung jawab atasnya.” (HR: Muslim). Dalam syarah Imam Nawawi tentang hadits ini beliau menjelaskan: أي : كالستر ;لأنه يمنع العدو من أذى المسلمين , ويمنع الناس بعضهم من بعض, ويحمي بيضة الإسلام , ويتقيه الناس ويخافون سطوته , ومعنى يقاتل من ورائه أي : يقاتل معه الكفار والبغاة والخوارج وسائر أهل الفساد والظلم مطلقا “Makna imam sebagai perisai adalah seperti benteng, sebab imam melindungi umat Islam dari gangguan musuh, mencegah pertikaian di antara sesama Muslim, menjaga eksistensi Islam, serta imam ditaati dan ditakuti oleh masyarakat. Dan makna berperang dibelakangnya adalah berperang melawan orang-orang kafir, bughot, khawarij, pembuat kerusakan dan pelaku kedzaliman secara mutlak.” (Imam Nawawi, Syarh Shahih Muslim, Hadits No. 4772). Wallahu A’lam.* Pengasuh Kajian Kampung

(Video) Imam dan Qari Gaza Bersuara Merdu Ini Syahid Bersama Seluruh Keluarganya

Hidayatullah.som—Seorang imam, qari sekaligus YouTuber yang hafal Al-Qur’an ini telah menghadap Allah. Pria berwajah jernih ini syahid setelah jet-jet tempur penjajah ‘Israel’ yang didukung Amerika dan sekutunya meledak di rumahnya. Youssef Iyad Al-Dajani, dikenal seorang mahasiswa kedokteran dan penghafal Al-Quran. Sehari-hari ia bertugas sebagai imam masjid bersuara merdu yang disukai semua jamaah. Selain aktivitasnya di atas, dia juga memiliki saluran di YouTube yang berisi beberapa rekaman bacaan Al-Qur’an dalam suaranya. Menurut sahabat dekatnya, Abdurrahman dikenal sebagai pribadi yang hangat, sopan, seorang yang ikhlas dan dikenal mahir dalam bidang agama, khususnya masalah hafalan Al-Quran.[embedded content]Namun takdir berkata lain, di bawah bom-bom Zionis ‘Israel’  yang dijatuhkan tiada henti di Jalur Gaza, tepat pada 15 Oktober lalu, ia dipanggil Allah Swt dalam keadaan syahid bersama saudara kembar dan seluruh keluarganya; Majda Al-Dajani (Saydam), Dr. Iyad Al-Dajani, Suhad Iyad Al-Dajani, Nahil Ayesh Al-Dajani, Ahmed Mahmoud Saidam, Shamah Ahmed, Abdul Rahman Ahmed Saidam, dan Sameh Mahmoud Saidam.الشهيد عبد الرحمن إياد الدجنيتوأم يوسف.. استشهدا معًا.. ومع كل العائلة.حافظ للقرآن وبحب الحياة.تاريخ الاستشهاد: 15/10/2023.#شهداء_غزة pic.twitter.com/4MUxDPcVjy— شهداء غزّة Gaza martyrs (@GazaShaheed) November 14, 2023Selama 41 hari berturut-turut, penjajah juga mengintensifkan penggerebekan, pengeboman tanpa henti dengan sasaran rumah-rumah warga, menargetkan masjid-masjid dan stasiun komunikasi dan transmisi internet, penyerbuan Kompleks Medis RS Al-Shifa dengan dalih menemukan “pusat komando operasional dan aset teknologi milik Hamas”  yang menjadi tertawaan dunia karena dipenuhi serangkaian rekayasa dan kebohongan. Menurut kantor media pemerintah, jumlah orang yang mati syahid akibat agresi ‘Israel’ meningkat menjadi lebih dari 11.500 orang, termasuk 4.710 anak-anak, dan hampir 30.000 orang terluka. Lebih dari 70% di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.*