Tag:

ibadah

Agar Hidup Lebih Bermakna

Sahabat Shalihah, pernah nggak sih, ngerasa menjalani kehidupan ini sangat membosankan, karena rutinitas yang dilakukan itu lagi, itu lagi, tidak ada perubahan sama sekali. Terkadang merasa hidupnya hampa, dan tidak bermakna.Nah, jika sahabat Shalihah merasakan hal demikian, harus ingat, itu semua bisikan setan agar manusia tersesat dari jalan yang diperintahkan Allah SWT. Setan selalu membisikan ke dalam dada manusia rasa was-was dan hampa. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur’an surah an-Naas menegaskan bahwa setan membisikkan kejahatan ke dalam dada manusia.Nah, agar kita terhindar dari jerat setan yang selalu menggoda manusia menuju jalan kesesatan baiknya tingkatkanlah kualitas dan kuantitas ibadah dan zikir.Dengan perbanyak ibadah, hidup kita tentu tidak akan hampa dan lebih bermakna. Dalam keseharian kita, jalankanlah ibadah, terutama yang diwajibkan Allah SWT, seperti shalat lima waktu dengan khusyuk agar dapat memberikan ketenangan hati, dan amalan yang wajib lainnya. Selain yang wajib, perbanyak pula ibadah sunnah seperti shalat Tahajud dan shalat Duha juga untuk menambah keberkahan.Begitu juga, memperbanyak mengingat Allah (zikir) setiap waktu membantu seseorang merasa selalu dekat dengan-Nya, sehingga akan membuat tenteram dan hidupnya tidak hampa, karena Allah selalu menyertai di manapun kita berada. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surah ar-Ra’d ayat 28 yang artinya, “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”Tak hanya itu, sibukkan diri kita dengan menuntut ilmu agama dan dunia. Islam sangat mendorong umatnya untuk terus belajar. Mempelajari ilmu baru, baik itu ilmu agama seperti tafsir, fiqh, atau ilmu dunia seperti teknologi, bahasa, atau keterampilan lainnya, akan membuat hidup lebih dinamis dan bermakna. Apalagi Nabi Saw mengingatkan menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim. “Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim.” (HR Ibnu Majah).Dan hal yang penting lainnya, berfokuslah pada tujuan akhirat. Kita harus ingat, hidup di dunia hanya sekali dan sementara. Tujuan utama manusia itu akhirat nanti. Oleh karenanya, seorang Muslim harus selalu berusaha melakukan hal-hal yang bermanfaat dan bermakna selama hidup di dunia.Memang, terkadang kita merasa dunia itu penjara bagi orang Mukmin, karena Allah akan menguji hambanya dengan segala ketakutan, kekurangan, kehampaan dan sebagainya. Jika kita berhasil dalam ujian, bersabar atas apa yang Allah takdirkan, insyaallah pahalanya sangat besar sekali sesuai dengan besarnya ujian buat kita.Sebagaimana yang disebutkan dalam Hadis dari Anas bin Malik ra, Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya besarnya pahala itu sesuai dengan besarnya ujian. Sesungguhnya, apabila Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan memberikan ujian kepada mereka. Barang siapa yang ridha, maka baginya keridhaan (Allah), dan barang siapa yang murka, maka baginya kemurkaan Allah.” (HR Tirmidzi No. 2396)Itulah salah satu aktivitas yang harus kita lakukan agar hidup ini bermanfaat, tidak hanya di dunia, tapi akhirat nanti. Serta harus mengingat selalu tujuan hidup sebagai hamba Allah, hidup akan terasa lebih bermakna, penuh warna, dan jauh dari kebosanan.[]Siti Aisyah, S.Sos., Koordinator Kepenulisan Komunitas Muslimah Menulis (KMM) Depok.

Hidup adalah Rangkaian Ibadah

Oleh: Ustadz Satria Hadi LubisADA seorang anak muda diajak temannya kumpul-kumpul, lalu dia berkata : “Wah…gue gak bisa sekarang!”Di dalam hati si anak muda itu melanjutkan : “Gue gak bisa karena mau tilawah Al Qur’an dulu.”Ada seorang bapak diajak temannya meeting bisnis jam 12.00, yang prospek profitnya besar, lalu dia berkata : “Wah…saya gak bisa kalau jam segitu!”Di dalam hati si bapak itu melanjutkan : “Saya gak bisa karena waktunya benturan dengan waktu sholat di awal waktu berjamaah di mesjid.”BACA JUGA:  Apakah Dunia Tidak Melihat Kami?Ada seorang ibu-ibu diajak temannya rekreasi sekaligus kumpul dengan ibu-ibu sosialita lainnya, lalu dia berkata : “Maaf ya jeng ….aku gak bisa!”Di dalam hati si ibu itu melanjutkan : “Aku gak bisa karena benturan dengan jadwal pengajian (liqo’) rutin.”Ada seorang direktur diajak koleganya jalan-jalan ke Eropa bulan depan, lalu dia berkata : “Wah…saya gak bisa!”Di dalam hati si direktur itu melanjutkan : “Saya gak bisa karena sudah lebih dulu ada rencana umroh.”Masya Allah ….Semoga masih ada orang-orang seperti percakapan di atas. Yang berani berkata “tidak” karena memprioritaskan jadwal ibadah (khusus) dibanding kegiatan lainnya.Foto: PexelsKarena ibadah ada dua, khusus dan umum. Yang khusus semestinya didahulukan daripada ibadah umum. Jangan dibalik!“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku” (Qs. 51 ayat 56).Sesungguhnya di antara waktu-waktu ibadah khusus tersebut Allah SWT memberikan kita kesempatan dan peluang untuk melakukan ibadah umum, sekaligus mencari bekal dunia, seperti bekerja, bisnis, bersosialisasi, dan lain-lain.“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia…” (Qs. 28 ayat 77).BACA JUGA: Miskin Itu Tak Mau MemberiJadi rumusnya :Sediakan waktu untuk ibadah khusus, setelah itu baru menyediakan waktu untuk ibadah umum.Yakni dengan cara melakukan pekerjaan apa saja dengan niat liLlah, cara biLlah dan tujuan ilaLlah.Dengan begitu, sempurnalah hidup kita dilumuri oleh nilai-nilai ibadah selama 24 jam, sehingga sesuai dengan maksud penciptaan Allah : “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku” (Qs. 51 ayat 56). []

Kesehatan Mental: Islam dan Praktik Hidup Sehat

Jika anjuran ibadah yang telah ditulis dalam Al-Quran dan hadis dilaksanakan dengan baik, sesungguhnya umat Islam otomatis telah menjaga pola hidup sehat, termasuk masalah kesehatan mental Hidayatullah.com |  PIKIRAN  yang sehat secara umum dapat dipahami melalui kemampuan individu tentang kemampuan diri, mampu menangani stres dengan baik, mampu bekerja secara produktif dan mampu berkontribusi pada masyarakat. Tidak ada satu orang pun yang memiliki seluruh karakteristik kesehatan mental yang baik sepanjang waktu. Hal ini sangat bergantung pada faktor individu, sosial dan lingkungan. Beberapa faktor sosial, psikologis, dan biologis diilai menentukan tingkat kesehatan mental seseorang pada suatu waktu. Kesehatan mental seseorang juga dapat dipengaruhi oleh masalah sosial ekonomi, perubahan kondisi lingkungan dan sosial. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, terdapat lebih dari 19 juta penduduk Indonesia usia lebih dari 15 tahun memiliki gangguan mental emosional. Selain itu, sebanyak lebih dari 12 juta penduduk dengan rentang usia sama diketahui mengalami depresi. Data Sistem Registrasi Sampel yang diimpun Badan Litbangkes 2016 menemukan, ada sekira 1.800 orang yang melakukan bunuh diri setiap tahunnya. Angka tersebut jika dirata-rata terdapat lima orang bunuh diri setiap tahunnya. Mirisnya pelaku bunuh diri tersebut diketahui sekitar 47,7 persennya memiliki usia 10-39 tahun. Golongan ini masuk dalam kategori usia anak remaja dan usia produktif. Mengutip laman Sehat Negeriku Kemenkes, Indonesia memiliki prevalensi orang dengan gangguan jiwa kurang lebih 1 dari 5 orang.  Jika dikaitkan dengan jumlah penduduk yang mencapai 250 juta jiwa, jumlah mereka yang rentan mengalami masalah gangguan jiwa mencapai 20 persen dari populasi penduduk di negeri ini. Masalah kesehatan mental yang terdeteksi antara lain masalah emosional dan perilaku, termasuk gangguan stres akut, depresi, kecemasan, kelelahan, dan perilaku bunuh diri. Dari statistik tersebut juga dapat dengan mudah disebutkan bahwa hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat mengkhawatirkan. Psikolog dan pakar medis telah menyarankan berbagai tindakan pencegahan dan perbaikan yang perlu diambil secara proaktif dalam mencegah masalah kesehatan mental menjadi lebih buruk. Islam dan Kesehatan Mental Sehat berasal dari bahasa Arab “Ash-Shihhah” yang berarti sehat, tidak sakit, atau aman. Secara harafiah, “sehat” diartikan sebagai keadaan sehat, baik jasmani maupun rohani. Dalam bahasa Arab terdapat sinonim dari kata ash-shihhah yaitu al-‘afiah  berarti ash-shihhah at-tammah (sehat yang sempurna ). Kedua kata ash-shihah dan al-afiah sering digabung digabung menjadi satu yaitu ash-shihhah wa al’afiah, artinya sehat secara sempurna. Islam sebagai agama yang sempurna dan utuh sangat memperhatikan masalah kesehatan. Kesehatan merupakan salah satu nikmat terbesar yang Allah SWT berikan kepada hamba-Nya. Oleh karena itu, kita sebagai hamba Allah hendaknya mensyukuri nikmat sehat yang diberikan-Nya. Rasulullah ﷺ bersabda, yang artinya. “Ada dua nikmat yang banyak ditipu, yaitu kesehatan yang baik dan waktu luang.” (HR Bukhari). Hidup Sehat, Berpikir positif & Hindari Konflik Menjalani pola hidup sehat juga perlu dilakukan dengan melakukan olah raga, rekreasi atau melakukan aktivitas fisik yang dapat membuat kita merasa bahagia, dapat bersosialisasi dengan keluarga dan teman serta memenuhi hobi atau aktivitas favorit kita. Demikian pula Islam juga memberikan pedoman yang berbeda mengenai persoalan dan permasalahan ini. Secara umum, proses penyembuhan gangguan jiwa juga dapat diobati dan dicegah secara spiritual. Di bawah ini dapat dilihat sebagai salah satu alternatif terbaik untuk mengobati gangguan mental ini dengan cara yang islami :Menjaga Pola MakanIslam  menetapkan berbagai prinsip untuk menjaga keseimbangan tubuh manusia agar tetap dalam kondisi sehat. Upaya menjaga kesehatan jasmani salah satunya dapat dilakukan dengan menjaga pola makan dan minum yang baik. فَلۡيَنۡظُرِ الۡاِنۡسَانُ اِلٰى طَعَامِهٖۤۙ  “Maka hendaklah manusia memperhatikan makanannya.” (QS. ‘Abasa 80: 24). كُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ وَلَا تُسْرِفُوٓا۟ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلْمُسْرِفِينَ “Makan dan minumlah, namun jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebihan.” (QS: al-A’raf 7: 31). Ada banyak cara untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan spiritual atau mental. Bahkan banyak amal dan ibadah yang dianjurkan Islam sesungguhnya berdampak pada kesehatan mental pelakunya.Memperbanyak Membaca Al-Quran;Selain muktizat, sesungguhnya isi kandungan Al-Quran adalah obat bagi jiwa jiwa yang sakit, yang hatinya galau, resah atau gunda gulana. Sebuah studi di Universitas Salford, Inggris menemukan  orang-orang yang membaca dan melantunkan Al-Qur’an menjadi lebih rileks dan tenang dibanding mereka yang membaca buku biasa. Hal tersebut sebagaimana disebutkan dalam Surah Ar-R’ad ayat 28. الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ “Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS: Ar-R’ad; 28).Sholat dengan sempurna dan banyak berdoa;Allah Swt sendiri dalam Al-Quran telah berjanji, bahwa shalat mencegah perbuatan buruk. Karena itu bagi yang sholatnya benar dan sungguh-sungguh, pasti jaminan Allah Swt ini akan terbukti mencegah hal hal buruk. Allah Ta’ala telah bersabda mengenai hal ini dalam Firma-Nya. إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ “Sesungguhnya Shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.. (QS:. Al-‘Ankabut Ayat 45). Dampak umum dari melaksanakan Shalat dengan benar seharusnya menjadi mereka yang disinggung ke dalam sebuah ayat Al Qur’an. اِنَّ الْاِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوْعًاۙ اِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوْعًاۙ وَّاِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوْعًاۙ اِلَّا الْمُصَلِّيْنَۙ الَّذِيْنَ هُمْ عَلٰى صَلَاتِهِمْ دَاۤىِٕمُوْنَۖ “Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah, dan apabila mendapat kebaikan (harta) dia jadi kikir, kecuali orang-orang yang melaksanakan Shalat”. [Al Maarij 19-23).Menghadiri majelis-majelis ilmu(ulumuddin);Banyak orang stres, depresi, justru larinya ke diskotik, minum alcohol (Miras), yang justru dilarang agama, dan yang berangkutan tetap saja tidak bisa menyelesaikan masalah. Yang terjadi hatinya tetap saja galau. Padahal, Allah Swt telah benyak memberikan resepnya. Salah satunya menghadiri majelis ilmu (ulumuddin), ikut kajian agama, pengajian dll. Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ “Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah membaca Kitabullah dan saling mengajarkan satu dan lainnya melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), akan dinaungi rahmat, akan dikeliling para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya.” (HR. Muslim, no. 2699).Banyak berdzikir dan bershalawat;فَٱذْكُرُونِىٓ أَذْكُرْكُمْ وَٱشْكُرُوا۟ لِى وَلَا تَكْفُرُونِ Artinya: Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS: Al-Baqarah: 152). وقال صلى الله عليه وسلم : أكثروا عليَّ من الصَّلاةِ يومَ الجمعةِ وليلةِ الجمعةِ ، فمَن فعل ذلك كنتُ له شهيدًا وشفيعًا يومَ القيامةِ. (رواه البيهقي) Artinya: “Rasulullah bersabda: Perbanyaklah kalian untuk bershalawat kepadaku di hari Jumat dan malam Jumat. Barang siapa yang melakukan hal itu, aku akan menjadi saksi baginya dan memberikan syafaat padanya di hari kiamat,” (HR Imam Baihaqi).Tidur yang Dianjurkan Islam dan Al-QuranKurang tidur dan gangguan tidur adalah masalah kesehatan yang paling umum namun sering diabaikan dan mudah diobati. Diperkirakan 50 hingga 70 juta orang Amerika secara kronis menderita gangguan tidur dan terjaga, yang menghambat fungsi sehari-hari dan berdampak buruk pada kesehatan dan umur panjang (NHLBI, 2003). Gejala utama kurang tidur adalah rasa kantuk yang berlebihan di siang hari, namun gejala lainnya termasuk suasana hati yang tertekan dan daya ingat atau konsentrasi yang buruk (Dinges et al., 2005) Kualitas tidur sama pentingnya untuk kesehatan seperti halnya diet dan olahraga. Tidur yang baik meningkatkan kinerja otak, suasana hati, dan kesehatan Anda. Sebaliknya, kurang tidur berkualitas secara teratur meningkatkan risiko berbagai penyakit dan gangguan. Mulai dari penyakit jantung dan stroke hingga obesitas dan demensia. Tidur nyenyak lebih dari sekadar waktu yang dihabiskan di tempat tidur, kata Dr. Marishka Brown, pakar tidur di NIH. “Tidur yang sehat mencakup tiga hal utama,” jelasnya. “Salah satunya adalah seberapa banyak Anda tidur. Hal lainnya adalah kualitas tidur—yaitu Anda mendapatkan tidur yang tidak terganggu dan menyegarkan. Yang terakhir adalah jadwal tidur yang konsisten.” Dr. Maiken Nedergaard, yang mempelajari masalah tidur di Universitas Rochester menemukan,  bahwa otak memiliki sistem drainase yang menghilangkan racun saat tidur. “Saat kita tidur, fungsi otak berubah total,” jelasnya. “Ini menjadi hampir seperti ginjal, membuang limbah dari sistem.”Dakwah Media BCA - Green.notice-box-green { border: 2px solid #28a745; /* Green border color */ background-color: #d4edda; /* Light green background color */ padding: 15px; margin: 20px; border-radius: 8px; font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */ text-align: center; /* Center the text */ }Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/Dr. Kenneth Wright, Jr., peneliti tidur di University of Colorado. “Ada proses perbaikan tertentu yang sebagian besar terjadi di dalam tubuh, atau paling efektif, saat tidur,” jelasnya. “Jika Anda tidak cukup tidur, proses tersebut akan terganggu.” Meski demikian, ada waktu waktu tidur yang justru menyehatkan, tapi ada waktu tidur yang justru berbahaya bagi kesehatan. Setidaknya, Islam telah melarang 4 waktu untuk tidur. Pertama, Tidur pagi hari (setelah shalat Subuh) Dalam riwayat lainnya, Rasulullah ﷺ bersabda, “Apabila engkau telah selesai salat Subuh janganlah kamu tidur tanpa mencari rezeki,” (HR. Thabrani). Kedua, tidur setelah shalat Ashar – Maghrib Diriwayatkan dari ‘Aisyah Radhiyallahu anha, Rasulullah ﷺ  bersabda yang artinya, “Barangsiapa yang tidur setelah salat Asar lalu akalnya hilang, maka janganlah dia mencela (menyalahkan) kecuali dirinya sendiri.” Ketiga,  Tidur sebelum shalat Isya Dalam hadits tersebut Rasulullah ﷺ  bersabda, حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ قَالَ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ وَعَبْدُ الْوَهَّابِ قَالُوا: حَدَّثَنَا عَوْفٌ عَنْ أَبِي الْمِنْهَالِ سَيَّارِ بْن سَلَامَةَ, عَنْ أَبِي بَرْزَةَ الْأَسْلَمَى قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَحِبُّ أَنْ يُؤَخِّرَ الْعِشَاءَ وَكَانَ يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَهَا وَالْحَدِيثَ بَعْدَهَا. [صحيح: الروض ٩١٥, الثمر المستطاب:ق] Dari Muhammad bin Basyar, dari Yahya bin Sa’id, Muhammad bin Ja’far, dan Abdul Wahab, dari Auf dari Abu Minhal Sayyar bin Salamah, dari Abu Barzah al-Aslami, ia berkata, “Rasulullah ﷺ  suka mengakhirkan shalat Isya, dan beliau tidak suka tidur sebelumnya, juga tidak berbicara setelahnya.” (Shahih: ar- Raudhun Nadhiir, No. 915, ats-Tsamarul Mustathab: Muttafaq ‘alaih) Keempat, Tidur setelah makan Hadis riwayat Aisyah mewanti-wanti hal tersebut sebagaimana berikut. أذِيبُوا طَعامَكُمْ بِذِكْرِ الله والصَّلاةِ وَلَا تَنامُوا عليه فتقسوا قلوبكم “Cernalah makanan kalian dengan (terlebih dahulu) berzikir pada Allah dan shalat. Janganlah kalian tidur dalam keadaan kenyang, karena itu dapat membuat hati Anda keras.” (HR Ibnu Suni dan Abu Nu‘aim). Kelima,  Tidur sepanjang hari (tidur terlalu lama) Rasulullah ﷺ  selalu mengkhawatirkan akan menjangkitnya penyakit tersebut (banyak tidur) kepada umatnya. Sabdanya, أخشى ما خشيتُ على أمتى: كَبِرُ البطنِ, ومُداوَمَةُ النوم والكسَلُ وضَعْفُ اليقيــنِ “Hal-hal yang paling aku khawatirkan melanda umatku ialah besar perut, banyak tidur, pemalas, dan lemah keyakinan.” (HR Daruquthni dari Jabir) Kesimpulannya, Islam mendorong umatnya untuk menjadi generasi yang tangguh, sehat dan semangat dalam menghadapi segala tantangan hidup yang sangat membebani jiwa dan emosi. Walluhua’lam.*  

Ibadah Itu …

IBADAH itu …Ibadah itu, kayaknya, musti deh perhatiin waktu dan tempat tertentu…Misalnya,Udah tau datang ke masjid beberapa menit setelah adzan, eh malah shalat sunnah dulu, di barisan paling depan lagi… Pan, yang mau qomat jadinya ga tegaan. Sementara, jamaah lain, udah pada terus ngeliatin….Ibadah itu, kayaknya, musti deh perhatiin waktu dan tempat tertentu…Namanya juga shalat berjamaah, banyak orang dan kepentingan, baiknya pilih-pilih surat setelah Al-Fatihah itu yang pertengahan. Saya pernah shalat Ashar di sebuah masjid, imamnya rakaat pertama kira-kira sepuluh menit … Rakat kedua sampe keempatnya emang ga selama itu, tapi itu menjadi shalat Ashar pertama yang diinget terus. Berkesan.Ibadah itu, kayaknya, musti deh perhatiin waktu dan tempat tertentu…Sering banget, orang yang masbuq, malah sampe tiga rakaat, lamaaa banget nyelesaian shalatnya, sementara posisi dia di tempat yang ga mungkin dilewatin orang, atau malah itu jalan satu-satunya keluar dari masjid.Selama apa sih? Ya, lama aja pokoknya hehehe…BACA JUGA:  Blok Blok BlokIbadah itu, sekali lagi, kayaknya, musti deh perhatiin waktu dan tempat tertentu…Sering nemuin sebelahan shalat jamaah, jarak kakinya lebaaar banget, dan saat sujud, itu sikut sampe sakit kena lengan bagian atas, sampe musti kebuka luas gitu yah ….BACA JUGA: Ke Kajian Selfie Dulu?Emang tuntunannya seperti itu yah? Ah kamu mah nguji doang pake nanya segala… Nggak juga sih. Julid mungkin iya, fixed. Atau ilmunya masih cetek beud.Tapi…Permudahlah. Jangan mempersulit. []