Tag:
hadits
Hidayatullah.com
Ipar Adalah Maut, Apa Maknanya?
Baru-baru ini sebuah film berjudul Ipar Adalah Maut mulai ditayangkan di bioskop-bioskop Indonesia. Film ini hasil adaptasi dari kisah nyata perselingkuhan yang viral di sosial media.
Ada hadits yang menyebutkan bahwa ipar adalah kematian atau maut. Berikut penjelasan makna dari Ipar adalah Maut menurut Islam.
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِيَّاكُمْ وَالدُّخُولَ عَلَى النِّسَاءِ» فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَفَرَأَيْتَ الحَمْوَ؟ قَالَ: «الحَمْوُ المَوْتُ» (رواه البخاري، 7/37)
Dari Uqbah bin Amir, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, ”Janganlah kalian masuk kepada kaum wanita.” Maka seorang lelaki dari Anshar pun berkata, ”Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat Anda mengenai al hamwu? Maka Rasulullah pun menjawab, ”Al Hamwu adalah kematian.” (Riwayat Al Bukhari, 7/37)
Hadits di atas menunjukkan haramnya seorang lelaki berkhalwat dengan seorang perempuan yang tanpa didampingi mahram. Sebagaimana ditulis oleh Imam Al Bukhari dalam tarjamahnya, ”Bab tentang tidak berkhalwatnya seorang lelaki dengan perempuan tanpa mahram dan masuk kepada para perempuan yang ditinggalkan suaminya.” (Shahih Al Bukhari, 7/37)
Hamwu adalah siapa saja yang termasuk kerabat bagi suami, seperti ayahnya, pamannya, saudara laki-lakinya, anak laki-laki dari saudara laki-lakinya, juga anak laki-laki dari pamannya, dan sejenisnya. (Syarh Shahih Muslim li An Nawawi, 14/154)
Yang dimakud bahwa al-hamwu adalah kematian yakni bahwa berkhalwat dengan al-hamwu menyebabkan hancurnya dien (agama) jika jatuh kepada kemaksiatan. Atau jika jatuh pada kemaksiatan dan meyebabkan hukuman rajam. Atau bisa bermakna bahwa si wanita celaka karena perpisahan ia ditalak oleh suaminya karena kecemburuannya. (Fath Al Bari, 9/332)
Sedangkan Imam An Nawawi berpendapat bahwa yang dimaksud kematian di sini, bahwa kekhawatiran dalam masalah ini lebih besar daripada yang lain, demikian juga keburukan lebih besar daripada keburukan lainnya. Karena khalwat dengan orang-orang yang masih memiliki hubungan kerabat dengan suami lebih mudah, dan kadang tidak ada pencegahan karena masih ada hubungan kekerabatan. Hal ini berbeda dengan khalwat dengan lelaki asing, biasanya pencegahan lebih kuat. (lihat, Syarh Shahih Muslim li An Nawawi, 14/154)
Ungkapan “kematian” biasanya disampaikan oleh bangsa Arab untuk menunjukkan sesuatu yang dibenci. Sebagaimana mereka mengatakan “singa adalah kematian”, yakni bahwa bertemu dengannya menyebabkan kematian, maka hal itu perlu dihindari. (Fath Al Bari, 9/332)
Hidayatullah.com
Berhimpun dalam Barisan Amar Ma’ruf Nahi Munkar
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma ‘ruf, mencegah dari yang munkar. mendirikan shalat, menunaikan zakat, dam mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS at-Taubah: 71)
Hidayatullah.com – AYAT di atas memberikan isyarat jelas bahwa salah satu tugas utama kaum Muslimin —apapun posisi, jabatan, kedudukan, dan keahlian mereka— adalah melakukan kegiatan amar ma’ruf nahi munkar (berdakwah) dalam pengertian luas. Allah SWT berfirman, “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru pada kebajikan, menyuruh pada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS: Ali ‘Imran: 104)
Rasulullah ﷺ menegaskan, “Sungguh kamu sekalian hendaknya menyuruh kepada kebaikan dan mencegah pada keburukan. Jika tidak demikian, Allah SWT akan menjadikan orang-orang yang mengendalikan kamu (para penguasa) adalah orang-orang jahat. Kemudian orang-orang baik di antara kamu (tetapi diam dan tidak berdakwah) berdoa kepada Allah, akan tetapi doanya tidak dikabulkan Allah SWT.” (HR Muslim)
Amar ma’ruf nahi munkar bukanlah sebatas perkataan dan pernyataan saja. Tetapi lebih dari itu, harus dengan tindakan, perbuatan, dan contoh-contoh konkret dalam realitas kehidupan. Lebih diutamakan bila dibarengi dengan memberikan solusi terhadap berbagai persoalan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Tentu, hal tersebut merupakan salah satu kunci utama keberhasilan pelaksanaan tugas amar ma’ruf nahi munkar. Kemandekan dan kebuntuan, bahkan degradasi yang menghancurkan bangsa dan negara saat ini hendaknya menjadi salah satu prioritas utama untuk dipecahkan dalam kegiatan dakwah. Dalam bidang muamalah, hal tersebut merupakan sebuah keniscayaan yang harus dilakukan dengan penuh kesungguhan.
Konsep-konsep alternatif untuk memecahkan masalah bangsa, yang bersumberkan nilai-nilai ilahiyah harus dilakukan. Sebab, kita yakin bahwa hanya dengan nilai-nilai tersebutlah, rnasalah bangsa dan negara bisa dipecahkan. Namun, jika landasan pemecahan tersebut bertentangan dengan nilai-nilai ilahiyah, yang terjadi adalah kehancuran yang makin parah, kesemrawutan kehidupan yang kian merajalela dan pertentangan yang menjadi-jadi. “Dan barangsiapa yang berpaling dari ketentuan-Ku (ajaran-Ku), maka sesungguhnya baginya kehidupan sempit (semraut dan acak-acakan), dan Kami akan mengumpulkannya kelak kemudian hari dalam keadaan buta tidak bisa meliha.” (QS: Thaha:124)
Keberhasilan melahirkan konsep altematif dan mengimplementasikannya di tengah-tengah kehidupan mungkin terjadi bila dilaksanakan dalam tatanan kebersamaan dan berjamaah. Dalam barisan rapi dan teratur sinergi, taawwun, dan koordinasi antar berbagai elemen umat yang dilandasi sikap saling menghargai dan saling membutuhkan merupakan sebuah kebutuhan. Rahmat dan pertolongan Allah yang sangat kita butuhkan hanya turun jika al-Wala (tolong-menolong) terjadi antara sesama orang-orang beriman Sebaliknya jika yang terjadi adalah pertentangan. perseturuan, dan saling berbantahan antara komponen umat hanya ingin mendapatkan materi dan kedudukan sesaat, maka kehancuranlah yang akan dirasakan oleh kaum Muslimin.
Konsep-konsep alternatif aplikatlf tidak mungkin bisa diwujudkan apalagi direalisasikan dikarenakan terkurasnya energi dan kekuatan untuk menghadapi pertentangan tersebut. “Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya (dan janganlah kamu berbantah-hantahan yang menyebabkan karnu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhriya Allah beserla orang-orang yang sabar,” (QS al-Anfaal: 46).
Karena itu membangun sinergi dan taawwun antar sesama kaum Muslimin merupakan hal yang sangat mendesak untuk segera direalisasikan, demi terwujudnya aplikasi konsep-konsep altematif tersebut.
Amar ma’ruf nahi munkar dalam tatanan yang rapi dapat dimungkinkan bila didukung kepemimpinan yang solid atas dasar takwa kepada Allah SWT. Untuk itu, salah satu bentuk implementasi sikap dan perilaku orang beriman dalam konteks masalah kita terkini adalah memilih pemimpin dan partai yang berpihak pada dakwah dan pembangunan masyarakat.
Dengan kata lain, pemimpin kaum Muslimin adalah orang yang memiliki intgritas keislaman yang tinggi dan tidak pernah bertentangan dengan umat Islam sendiri, apalagi memusuhi kegiatan amar ma’ruf nahi munkar. “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagi kamu dan mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (QS Ali ‘Imran: 118)
Pemilu lima April 2004 yang akan diteruskan dengan pemilihan presiden secara langsung oleh rakyat, sebaiknya menjadi peluang dan kesempatan strategis bagi kaum Muslimin demi meningkatkan kegiatan dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Untuk itu, pilihlah partai dan pimpinan yang berpihak pada kepentingan umat. Jika tidak, kita khawatir kerusakan masyarakat dan bangsa, akan semakin parah dan berat Semoga Allah senantiasa memberikan keteguhan kepada kita sekalian. Amin.*/ Prof Dr. Didin Hafidhuddin, MSc, dimuat Sabili, 11 Apr 2004
Mediaislam.id
Memahami Makna As-Sunnah
AS-SUNNAH secara bahasa adalah metode dan jalan, baik terpuji atau tercela. Jamaknya adalah Sunan, seperti Ghurfah jamaknya Ghuraf.
Terdapat pemakaian kata tersebut dalam Al-Qur’an dan Hadits Nabawi dengan makna ini. Dalam Al-Qur’an Allah Ta’ala berfirman, “Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu, ‘Jika mereka berhenti, niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi sesungguhnya akan berlaku sunnah orang-orang dahulu'” (QS. Al-Anfal: 38).
Dan Allah berfirman, “Sebagai suatu ketetapan terhadap rasul-rasul Kami yang Kami utus sebelum kamu dan tidak akan kamu dapati perobahan bagi ketetapan Kami itu” (QS. Al-Isra’: 77).
Dan di dalam hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: “Sungguh kamu akan mengikuti sunnah (kebiasaan) orang-orang sebelum kalian sedepa demi sedepa, sehasta demi sehasta, hingga seandainya mereka masuk ke dalam lobang biawak sungguh kalian akan mengikutinya.” Kami berkata, “Wahai Rasulullah, Apakah Yahudi dan Nashrani (Yang Anda maksud)?” Rasulullah menjawab, “Lalu siapa lagi?” (HR Muttafaq ‘Alaih)
Beliau bersabda, “Barangsiapa berperilaku dalam Islam dengan perilaku yang baik maka bagi dia pahalanya dan pahala orang mengerjakan perilaku baik tersebut sesudahnya tanpa mengurangi dari pahala pahala mereka sedikit pun. Barangsiapa yang berperilaku dalam Islam dengan perilaku buruk, maka baginya dosa dan dosa orang yang mengerjakan perilaku buruk tersebut sesudahnya dengan tidak mengurangi dari dosa-dosa mereka sedikit pun”. (HR Muslim)
As-Sunnah menurut para fuqaha’ adalah suatu (perintah) yang berasal dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam namun tidak bersifat wajib. Dia adalah salah satu dari hukum hukum taklifi yang lima: wajib, sunnah, haram, makruh dan mubah.
Namun terkadang mereka menggunakan istilah ini untuk kebalikan dari bid’ah. Mereka mengatakan -misalnya-, “Talak yang sesuai sunnah adalah demikian, dan talak bid’ah adalah demikian”.
Talak sunnah adalah yang terjadi sesuai dengan cara yang ditetapkan oleh syariat, yaitu bila seorang suami menjatuhkan talak satu untuk istrinya yang telah digauli ketika ia dalam keadaan suci dan ia belum menggaulinya dalam masa itu.
Sedangkan talak bid’ah adalah yang tidak seperti itu. Dia berbeda dengan talak sunnah yang dianjurkan, seperti bila seorang suami menjatuhkan talak tiga untuk istrinya dalam satu kalimat, atau menjatuhkan talak tiga secara terpisah dalam satu majlis, atau mentalaknya dalam keadaan haid atau nifas, atau dalam keadaan suci dari haidh dan dia menggaulinya dalam masa itu.
Kata “As-Sunnah” digunakan sebagai lawan dari “Al-Bid’ah” secara mutlak. Bila dikatakan, “Fulan di atas sunnah,” maka berarti dia berbuat sesuai yang dilakukan oleh Rasulullah, baik hal itu tertulis dalam Al-Qur’an ataupun tidak. Dan bila dikatakan, “Fulan di atas bid’ah,” maka berarti dia berbuat yang bertentangan dengan As-Sunnah, karena dia melakukan hal baru yang tidak termasuk dalam agama, dan setiap perbuatan yang baru dalam agama adalah bid’ah. Maka setiap hal baru dalam agama yang diperbuat orang yang tidak ada tuntunan dari Nabi, baik berupa ucapan ataupun perbuatan adalah bid’ah.
Kata “As-Sunnah” juga bisa diartikan sebagai sesuatu yang dapat ditunjukkan oleh dalil syar’i, meskipun hal itu termasuk perbuatan sahabat dan ijtihad mereka, seperti: pengumpulan mushhaf, mengarahkan manusia pada bacaan dengan satu qira’at dari qira’at yang tujuh, membukukan administrasi kekhalifahan (dawawin), dan yang semacam dengan itu.
More pages: 1 2
Suaraislam.id
Jakarta Islamic Center Gelar Bincang Buku “Takhrij Hadits Durratun Nasihin”
Jakarta (SI Online) – Mengisi Ramadhan 1445 Hijriyah, Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta atau Jakarta Islamic Center (JIC) menggelar bincang buku “Takhrij Hadits Durratun Nasihin” karya almaghfurlah Dr KH A. Lutfi Fathullah, MA.Kegiatan ini merupakan hasil kerja sama JIC dengan Baznas Bazis DKI Jakarta. Dan secara kebetulan, saat wafatnya di era pandemi Covid-19 pada pertengahan 2021 lalu, Kiai Lutfi Fathullah sedang menjabat sebagai Ketua Baznas Bazis DKI Jakarta.Buku yang diterbitkan PPIJ pada 2023 ini sejatinya merupakan disertasi Kiai Luthfi di Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) pada 1998 silam.Hadir dalam bincang buku tersebut Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah sekaligus mantan Menteri Agama Prof. Dr. KH. Said Aqil Husien Al Munawwar, MA., Ketua Baznas Bazis DKI Jakarta Dr. KH. Akhmad H. Abubakar, MM, Wakil Kepala Pusat PPIJ Dr. KH. Didi Supandi, Lc, MA., dan Dosen Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Syarif Hidayatullah sekaligus Anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Dr. Hj. Faizah Ali Sibromalisi, MA.Habib Said Husein Al Munawar, dalam ceramahnya yang cukup panjang memaparkan tentang dasar-dasar ilmu Hadits. Alumni Universitas Ummul Qura’ Mekkah dan Universitas Islam Madinah itu bagai menyampaikan kuliah Pengantar Ilmu Hadits.Terkait dengan penulis buku, yakni Kiai Lutfi, Habib Said Husein mengaku terus berinteraksi dengan almaghfurlah sampai ketika ia kritis karena Covid-19. “Saat sakit kena Covid, beliau masih kirim pesan kepada saya,” kata dia.Guru Besar bidang Fiqh dan Ushul Fiqh yang juga seorang qari’ dan penghafal Qur’an ini juga bersaksi bahwa Kiai Lutfi adalah orang yang sangat serius dalam pencarian perawi hadits. “Ini kelebihan beliau,” kata dia.Sementara, salah satu ulama perempuan Indonesia, Dr. Hj. Faizah Ali Sibromalisi, MA, mengatakan kitab “Durratun Nasihin” yang menjadi objek penelitian Kiai Lutfi masih terbuka untuk dikaji kembali. Menurutnya, penilaian para ahli hadits terhadap sebuah hadits memungkinkan terjadi perbedaan.“Adanya kemungkinan pendapat penulis berbeda dengan pendapat para pakar Hadis lainnya merupakan suatu keniscayaan yang tidak dapat dihindarkan,” kata dia.Sebagai informasi, kitab “Durratun Nasihin” adalah salah satu kitab yang cukup populer di kalangan pesantren di Indonesia. Kitab ini merupakan karya ‘Utsman bin Hasan al-Khubawi (wafat 1241H/1824 M). Al-Khubawi merupakan ulama yang hidup di era Turki Utsmani.Kitab ini populer karena telah diterbitkan di Turki, Mesir dan India. Di Indonesia, Durratun Nasihin menjadi kitab rujukan utama di sekitar 23 pesantren. Kitab ini juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dalam tujuh versi penerjemahan yang berbeda.Dalam disertasinya, Kiai Lutfi menyimpulkan, dalam kita tersebut terdapat 839 hadis. Dari jumlah tersebut, berdasarkan takhrij yang ia lakukan 216 hadis (25,74%) merupakan hadis sahih.1 2Laman berikutnya
Hidayatullah.com
Raih Ampunan di Malam Nisfu Sya’ban
عن معاذ بن جبل عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: يَطْلَعُ اللهُ إِلَى خَلْقِهِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ خَلْقِهِ إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ-الطبرانيArtinya: Dari Muadz bin Jabal dari Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, bersabda,”Allah melihat kepada ciptaan-Nya di malam pertengahan Sya’ban, lalu mengampuni semua ciptaan-Nya, kecuali bagi orang musyrik atau yang bermusuhan. (Riwayat Ath Thabarani, dishahihkan oleh Ibnu Hibban, Al Hafidz Al Haitsami menyatakan bahwa rijalnya tsiqat.)
Ibnu Rajab Al Hanbali berkata mengenai menghidupkan malam nisfu Sya’ban, “Hendaklah bagi orang beriman untuk meluangkan diri di malam itu untuk berdzikir kepada Allah, berdoa, meminta ampunan atas dosa-dosa, meminta agar ditutup aibnya dan meminta ager diberikan jalan keluar dari kesusahan, dan yang paling diutamakan dari hal itu adalah taubat. Sesungguhnya Allah Ta’ala membuka pintu taubat, bagi siapa yang bertaubat.” (Lathaif Al Maa’rif, hal. 265)Dakwah Media BCA - Green.notice-box-green {
border: 2px solid #28a745; /* Green border color */
background-color: #d4edda; /* Light green background color */
padding: 15px;
margin: 20px;
border-radius: 8px;
font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */
text-align: center; /* Center the text */
}Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Eramuslim.com
Inilah Kabar Rasulullah Tentang Akhir Zaman : Kekuasaan Orang-orang Bodoh dan Zalim
eramuslim.com – Pada akhir zaman nanti, akan dijumpai kekuasaan orang-orang bodoh dan zalim. Mereka mempunyai banyak penolong dalam kezaliman mereka, bahkan mencambuk manusia dan menghinakan mereka. Rasulullah SAW telah mengumpamakan cambuk-cambuk tersebut dengan ekor sapi serta memperingatkan mereka dengan neraka dan azab Allah SWT.
Dari Abu Umamah r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Pada akhir zaman, akan ada orang yang membawa cambuk seperti ekor sapi. Mereka pergi pada pagi hari dalam kemurkaan Allah dan kembali pada sore hari dalam kemarahan Allah.” (HR. Al- Albaniy)
Dari Abu Hurairah r.a bahwa ia mendengar Raulullah SAW bersabda, “Jika engkau diberi kesempatan yang panjang, engkau akan melihat suatu kaum yang pergi pada pagi hari dalam kemurkaan Allah dan kembali pada sore hari dalam kemarahan Allah. Di tangan mereka ada semisal (cambuk) ekor sapi.” (HR. Ahmad)
Dari Abu Hurairah r.a bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Ada dua golongan ahli neraka yang belum pernah kulihat sebelumnya, yaitu suatu kaum yang bersamanya cambuk seperti ekor sapi, yang dipukul untuk memukul manusia, dan para wanita yang berpakaian, tetapi telanjang, berjalan lenggak-lenggok, dan kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Mereka tidak akan masuk surga, bahkan tidak akan mencium baunya. Padahal,baunya dapat tercium dari perjalanan (jarak) sekian dan sekian.” (HR Muslim)
Sebagai dari tanda itu telah terjadi dalam sejarah Islam dan akan muncul lebih hebat lagi sebelum terjadinya kiamat, yaitu ketika ilmu dicabut dan muncul kebodohan sehingga Islam tidak tersisa lagi, kecuali nama dan tulisannya saja.Turunnya bencana alam dan siksaan berat dari pemimpin yang Zalim
Rasulullah SAW memberitahukan bahwa di akhir zaman nanti sebelum munculnya Al-Mahdi, umat akan ditimpa musibah besar, seperti cobaan dan siksaan berat yang dilakukan oleh para pemimpin dan hakim yang zalim. Mereka mempersempit ruang gerak orang beriman sehingga seseorang akan berharap dapat menempati seperti tempat saudaranya yang sudah meninggal agar terbebas dari cobaan, siksaan, kejahatan, dan kezaliman para pemimpin tersebut. Kondisi itu akan terus berlangsung hingga munculnya Al-Mahdi untuk menghukum mereka. Ia memenuhi bumi ini dengan kabaikan dan keadilan, sebagaimana sebelumnya bumi ini telah dipenuhi dengan kezaliman dan pembunuhan.
Laman berikutnya
Halaman: 1 2
Eramuslim.com
Tanda Akhir Zaman, Al Quran Tersebar Luas, Ahli Agama Tak Dihormati
Nabi memprediksi suatu masa dimana Al qur’an akan mudah didapat, dibaca secara luas, tapi tidak diikuti. Diriwayatkan dari Muadz bahwa Nabi Saw bersabda :Akan muncul huru hara dimana kemudian sejumlah uang dikumpulkan dan Al qur’an pun dibuka dan ia dibaca baik oleh orang-orang beriman maupun oleh orang-orang kafir, laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda. Seseorang akan membacanya dan berseru,” Tidak ada yang mau !” Lalu ia duduk di dalam rumahnya dan membuat ruang tersendiri seperti masjid di dalam rumahnya Lalu ia akan mengada-ngadakan hal baru dalam agama yang tidak ditemukan dalam Kitabullah atau sunah rasulullah. Waspadalah terhadap bid’ah yang mereka buat, karena sesungguhnya hal tersebut akan menyesatkan kalian .” (HR Muslim, Abu Dawud, Ad-darimi)
Dalam hadis ini dan hadis –hadis lainnya. Nabi Saw mengawali sabdanya dengan ungkapan “ akan muncul huru-hara di mana kemudian sejumlah besar uang dkumpulkan..” Kini sebenarnya kita sering menyaksikan ketidak jelasan semacam itu. Di tiap-tiap mesjid kita menemukan orang-orang merogoh sakunya untuk pengumpulan dana, dimana jutaan uang terkumpul katanya untuk tujuan kegamaan, namun hanya Allah yang tahu kemana dan bagaimana uang tersebut di salurkan.
Selanjutnya hadis tersebut menyebutkan,” dan Al qur’an akan dibuka.” Nabi Saw memberi tahu kita bahwa pada akhir zaman Al qur’an akan dibuka. Perhatikan dengan cermat kata “al Qur’an akan di dibuka (yuftah) dan bukan “ Al qur’an akan dipelajari (yudras). Terbuka- berarti di buat mudah dibaca atau tersedia di mana-mana.
Kemudian sekarang ini kita menyaksikan anak-anak muslim sudah hafal seluruh ayat Al Qur’an dalam usia yang masih belia. Namun mereka tidak mempelajari maknanya. Dan orang tua tidak banyak yang menganjurkan anak-anaknya untuk mempelajari hukum Allah (syariat). Mereka hanya menyekolahkan anak mereka untuk menghafal Al Qur’an di luar kepala dari awal sampai akhir.
Hadis itu kemudian menyebutkan,” Al Qur’an akan dibaca, baik oleh orang-orang yang beriman maupun kafir. Disini, Nabi Saw telah meramalkan bahwa Al Qur’an akan dibaca baik oleh muslim maupun non muslim, Fenomena tersebut sedang terjadi hari ini dalam skala yang luas. Terjemahan al Qur’an sudah tersedia di semua toko buku dan perpustakaan, hampir dalam semua bahasa. Bukan saja para penulis muslim yang mengkaji dan mengomentarai AL Qur’an, tetapi juga orang-orang non muslim yang mengkaji dan mengomentari Al Qur’an tanpa kedalaman pengetahuan atau pemahaman terhadap isi, konteks atau makna yang terkandung dalam ayat-ayatnya.Namun, Nabi Muhammad Saw mengatakan lebih jauh lagi, Seseorang akan membaca Al qur’an tetapi tidak mendapati orang yang menjadi pengikutnya,” Itu terjadi karena ia membacanya tanpa pengetahuan dan pemahaman agama. Para pemimpin dewasa ini mengatakan bahwa seseorang tidak perlu mempelajari Al Qur’an dari seorang ulama. Mereka mengatakan,” Bacalah sendiri Al Qur’an dan Hadist .” Kebanyakan orang Islam tidak mengikuti arahan sesat itu kemudian menemukan diri mereka terasing, dia kemudian akan membuat ruangan di dalam rumahnya seperti kantor untuk kepentingan keagamaan dan duduk di atas sajadahnya di depan komputer. Orang pada zaman modern telah menciptakan ruang obrolan Islam dan ‘masjid’ di internet.
Dengan mudahnya sekarang setiap muslim bahkan kafir, membuka-buka Al Qur’annya tanpa mempelajarinya secara keseluruhan, memungut satu ayat dan menjadikannya landasan untuk memberikan keputusan tentang sebuah kasus. Alih-alih membuka Al Qur’an untuk mencari petunjuk tentang sebuah persoalan, mereka justru memulainya dengan pendapat mereka sendiri dan kemudian mencari-cari ayat dalam Al Qur’an yang mereka dapat gunakan untuk mendukung pendapat mereka, entah pendapat itu benar atau salah.
Tanpa mengetahui apa yang mungkin dikatakan oleh ayat-ayat lain tentang persoalan tersebut, atau tanpa mengetahui makna sebenarnya dari ayat itu , peristiwa dan kondisi dari turunnya suatu ayat, upaya itu akan menyesatkan dan melahirkan kesalahan (bid’ah) dalam agama. Nabi saw , menggambarkan situasi tersebut 1400 tahun yang lampau dan memperingatkan dengan tegas,” waspadalah terhadap bid’ah yang mereka buat , karena sesungguhnya hal tersebut akan menyesatkan kalian!’
Kini , setiap orang bisa belajar sendiri secara otodidak , menegaskan pendapatnya sendiri dan menolak pendapat orang lain seperti yang diprediksi oleh Nabi Saw bahwa orang cinta kepada pendapatnya sendiri. Orang tidak lagi menerima nasehat dan sangat fanatik dengan keyakinan masing-masing dan tidak peduli dengan masukan orang lain . Hubungan guru-murid hampir-hampir hilang. , padahal hubungan guru-murid dalam Islam ini sangat penting bagi pendidikan Islam. Hubungan guru-murid merupakan landasan untuk menyampaikan pengetahuan keislaman sejak turunnya wahyu pertama. Lagipula, bukanlah Allah bisa saja mengukir wahyu dengan cahaya di atas langit yang bisa dibaca dengan mudah oleh orang-orang Islam? Namun Dia memilih untuk mewahyukan Al Qur’an dan menyampaikannya lewat malaikat kepada para Nabi dan kemudian dari generasi ke generasi. Wahyu terjadi dengan cara seperti itu bukan dengan alasan lain kecuali untuk menekankan bahwa setiap orang harus belajar dari seseorang yang lebih mengetahui. Dan ini sesuai dengan perintah dalam Al Qur’an:
Tanyakanlah olehnu kepada orang-orang yang berilmu, jika tiada mengetahui (Q 21;7)
Nabi Saw sendiri berkali-kali menegaskan bahwa ia belajar Al Qur’an melalui Malaikat Jibril. Jibril menyampaikan Al Qur’an kepada Nabi Saw dan beliau mengajarkannya kepada para sahabatnya, selanjutnya sahabat meneruskannya kepada para tabi’in dan demikian seterusnya dalam rantai tanpa putus.
– Syeikh Muhammad Hisyam kabbani-
activate javascript
Hidayatullah.com
Wapres: Teknologi Jangan Membuat Kita Sampai Meninggalkan Al-Quran
Hidayatullah.com—Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin mengajak generasi muda untuk tetap dekat serta terhubung dengan Al-Qur’an dan hadits. Pasalnya, dengan kemajuan teknologi saat ini anak muda jangan melupakan Al-Qur’an.Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/“Saya minta generasi muda untuk tidak meninggalkan Al-Qur’an. Teknologi jangan sampai membuat kita lupa membaca Al-Qur’an,” katanya saat membuka gelaran Seleksi Tilawatil Qur’an dan Hadits (STQH) Nasional XXVII Jambi di Arena Utama H. Abdurrahman Sayoeti, Senin (30/10/2023).
Wapres juga mengungkapkan, literasi Al-Qur’an di kalangan masyarakat Indonesia cukup tinggi, yakni mencapai 66 persen. Meskipun begitu, ia meminta generasi muda terus mendapat pembinaan.
“Meskipun indeks literasi Al-Qur’an masyarakat mencapai 66 persen, saya meminta agar kita terus meningkatkannya. Saya yakin bahwa generasi yang menghafal Al-Qur’an harus diberdayakan,” ucapnya dikutip KBRN.
Sementara itu, Menteri Agama (Menag), Yaqut Cholil Qoumas menekankan pentingnya mencintai kitab suci Al-Qur’an sambil mempromosikan semangat persatuan dan kebersamaan. Menag berharap, gelaran yang diikuti lebih dari 700 peserta dari 34 provinsi ini akan memberikan dampak besar bagi penguatan literasi Al-Qur’an dan hadits di Indonesia.
“Saya ingin mengingatkan bahwa STQH tingkat nasional ini harus menjadi ajang lahirnya metode dan gagasan baru. Hal ini dalam penguatan pembelajaran Al-Qur’an dan hadits,” katanya.*