Tag:

genosida israel

Setahun Genosida ‘Israel’ di Gaza: PBNU ajak Qunut Nazilah untuk Palestina

Hidayatullah.com—Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menginstruksikan untuk membaca doa Qunut Nazilah atas tragedi setahun serangan yang dilakukan oleh ‘Israel’ terhadap Palestina dan meningkatnya situasi di Timur Tengah.Instruksi tersebut tertuang di dalam edaran Nomor 2523/PB.01/A.I.01.47/99/10/2024 saat Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah di Lantai 8 Gedung PBNU di Jakarta Pusat. “Mencermati eskalasi konflik di Timur Tengah setelah satu tahun berlangsungnya serbuan ‘Israel’ ke Palestina, dengan ini kami sampaikan bahwa PBNU dalam Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah pada tanggal 3 Rabiul Akhir 1446 H/6 Oktober 2024 M antara lain memutuskan: satu, menginstruksikan kepada seluruh warga Nahdlatul Ulama untuk menggalakkan kembali pelaksanaan Qunut Nazilah,” demikian surat edaran PBNU yang diterima di Jakarta, Kamis (10/10/2024). Surat edaran berbentuk imbauan tersebut ditandatangani oleh Rais Aam KH Miftachul Akhyar, Katim Aam KH Ahmad Said Asrori, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, dan Sekretaris Jenderal PBNU H. Saifullah Yusuf. Dalam edaran tersebut terdapat pula pedoman yang perlu dilakukan oleh warga NU dan masyarakat pada umumnya, seperti doa Qunut Nazilah agar dibaca pada rakaat terakhir dalam setiap shalat fardhu, termasuk pada Shalat Jumat. Kemudian, doa Qunut Nazilah tersebut tidak didahului dengan Doa Qunut yang pada umumnya dibaca waktu Shalat Shubuh. Khusus ketika dibaca dalam Shalat Shubuh, maka doa Qunut Nazilah dibaca setelah doa Qunut Subuh. Selain itu, PBNU juga mendoakan agar Pemerintah Republik Indonesia senantiasa diberikan kekuatan untuk secara terus menerus berkontribusi dalam mengupayakan penyelesaian yang adil atas konflik ‘Israel’ dan Palestina sesuai hukum dan kesepakatan internasional yang ada. Tidak hanya itu, PBNU juga mengajak seluruh warga NU menggalang dana kemanusiaan guna membantu warga Palestina, termasuk menyisihkan sebagian dana Infaq Jumat untuk kemudian disalurkan melalui Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shaqadah Nahdlatul Ulama (NU Care-LAZISNU). Hal itu merupakan bagian dari solidaritas kemanusiaan dan perwujudan ukhuwah basyariyah (human fraternity).*

Jumlah Mualaf Eropa Meningkat 400% sejak Genosida ‘Israel’ ke Gaza

Hidayatullah.com—Di tengah serangan diskriminasi dan gelombang islamophobia melanda dunia, kabar baru menunjukkan, jumlah warga Eropa yang memeluk Islam dan menjadi mualaf makin bertambah.Menurut Globe Eye News, jumlah orang masuk Islam di Eropa telah meningkat hingga 400% sejak dimulainya serangan dan genosida penjajah ‘Israel’ di Jalur Gaza. Sejumlah video telah beredar di platform media sosial sejak dimulainya serangan, menampilkan orang-orang Barat yang mengungkapkan minat mereka untuk membaca Al-Quran guna memahami rahasia di balik ketahanan dan ketabahan warga Gaza dan bangsa Palestina. Proyeksi menunjukkan bahwa pada pertengahan abad ini, umat Islam akan menjadi seperlima dari populasi Uni Eropa, demikian dikutip Marocco World News. Prediksi ini diperkuat oleh sebuah studi yang dilakukan oleh Pew Research Center, yang memperkirakan bahwa pada tahun 2050, proporsi umat Islam akan mencapai 20% di Jerman, 18% di Prancis, dan 17% di Inggris. Peneliti Pierre Rostan dan Alexandra Rostan, dalam studi mereka tahun 2019 yang berjudul “Kapan populasi Muslim Eropa akan menjadi mayoritas dan di negara mana?” menyatakan  menurut skenario yang paling mungkin, umat Islam akan menjadi mayoritas di Swedia, Prancis, dan Yunani dalam waktu sekitar 100 tahun. Di Belgia dan Bulgaria, hal ini diperkirakan akan terjadi setelah sekitar 115 tahun, sementara perubahannya diperkirakan akan memakan waktu sekitar 150 tahun di Italia, Luksemburg, dan Inggris. Hans-Georg Maaßen, mantan kepala Kantor Federal Jerman untuk Perlindungan Konstitusi, menyuarakan proyeksi ini dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Austria Express. Maaßen menyatakan bahwa pada tahun 2200, mayoritas penduduk Eropa akan beragama Islam, memperingatkan adanya invasi oleh budaya yang berbeda yang secara bertahap akan menghancurkan budaya Eropa. Prancis diperkirakan memiliki proporsi Muslim tertinggi di antara negara-negara besar Eropa. Menurut sebuah studi pada bulan Juni 2023 oleh Institut Statistik dan Studi Ekonomi Prancis, 10% orang Prancis menyatakan diri sebagai Muslim, sementara perkiraan lain menunjukkan angkanya bisa mencapai 15%.**

Faksi Hamas dan Fatah Bertemu di Mesir Membahas Genosida ‘Israel’ di Gaza

Hidayatullah.com— Kelompok pembebasan Palestina Hamas dan Fatah mengadakan pembicaraan di ibu kota Mesir, Kairo, pada hari Rabu untuk membahas serangan genosida ‘Israel’ di Jalur Gaza, kutip Anadolu Agency.Penasihat media Hamas Tahir al-Nunu mengatakan delegasi Hamas dipimpin oleh anggota biro politik Hamas, Dr Khalil al-Hayya, sedangkan Tim Fatah dipimpin oleh Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas dan wakil pemimpinnya, Mahmoud al-Aloul. Pertemuan ini bertujuan untuk membahas agresi ‘Israel’ di Gaza, perkembangan politik dan di lapangan, serta menyatukan garis nasional, katanya. “Pertemuan ini bertujuan untuk membahas agresi di Jalur Gaza, perkembangan politik dan lapangan, dan penyatuan upaya dan jajaran nasional, ” kata Tahir al-Nunu, penasihat media biro politik Hamas. “Hari ini kami menandatangani perjanjian untuk persatuan nasional, dan kami mengatakan bahwa cara untuk menyelesaikan perjalanan ini adalah persatuan nasional,” ujar Pemimpin Hamas Musa Abu Marzouq dikutip arabfile.com. Sebelumnya, saluran “Cairo News” melaporkan bahwa pertemuan dimulai di ibukota Mesir antara Fatah dan Hamas untuk membahas “mekanisme kerja komite yang berkaitan dengan pengelolaan beberapa file, termasuk penyeberangan dan bantuan.” “Dimulainya pertemuan gerakan Fatah dan Hamas di Kairo untuk mengatur rumah internal Palestina sehubungan dengan kondisi saat ini,” mengutip sumber-sumber yang tidak disebutkan namanya. Sumber itu menambahkan; “Pertemuan itu datang untuk membahas mekanisme kerja komite yang berkaitan dengan pengelolaan penyeberangan dan berkas kesehatan dan bantuan dan untuk tempat tinggal, pembangunan sosial dan pendidikan.” Pertemuan ini menyatukan 14 faksi pembebasan Palestina, membentuk “pemerintahan rekonsiliasi nasional sementara” untuk mengelola Gaza setelah genosida di wilayah itu selama lebih dari setahun. Diketahui, wilayah Palestina terbagi secara politik dan geografis sejak 2007, ketika Hamas memenangkan Pemilu secara mayoritas namun tidak diakui Amerika Serikat dan negara Barat. Hamas dan pemerintahan yang dibentuknya mengendalikan wilayah Jalur Gaza dan Tepi Barat menjalankan pemerintahan yang dibentuk Fatah dengan dukungan Barat dan ‘Israel’. Selama bertahun-tahun, beberapa pertemuan telah diadakan antara faksi-faksi Palestina untuk mengakhiri perpecahan dan melakukan islah guna mencapai persatuan nasional. Terakhir pertemuan di Beijing dan sebelumnya di Aljazair pada Oktober 2022. Tahun berikutnya pertemuan di kota El Alamein, Mesir pada 30 Juli 2023, tanpa menghasilkan langkah-langkah praktis yang serius untuk mencapai tujuan mereka. Dengan dukungan mutlak negara Barat dan Amerika Serikat (AS), Zionis ‘Israel’ telah melakukan genosida di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023, menyebabkan lebih dari 139.000 warga Palestina syahid dan terluka, kebanyakan dari mereka anak-anak dan wanita, dan lebih dari 10.000 hilang, di tengah kehancuran besar-besaran dan kelaparan yang telah menewaskan puluhan anak-anak, dalam salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia. Penjajah terus melakukan serangan brutal di Jalur Gaza sejak 7 Oktober tahun lalu meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera. Genosida ini telah membuat hampir seluruh penduduk Jalur Gaza mengungsi di tengah blokade yang sedang berlangsung yang mengakibatkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan. ‘Israel’ saat ini menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas tindakannya di Gaza.*

Insiden Anti-Islam di AS Melonjak hingga 70 Persen

Hidayatullah.com—Amerika Serikat (AS) memproyeksikan lonjakan insiden anti-Muslim sebesar 70 persen pada tahun 2024 di tengah genosida ‘Israel’ di Gaza.Negara ini menunjukkan lonjakan diskriminasi dan serangan sebesar 70 persen terhadap Muslim dan Palestina pada paruh pertama tahun 2024, kata kelompok advokasi tersebut pada Selasa seperti dikutip Daily Sabah. Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) menyalahkan serangan genosida rezim ‘Israel’ di Gaza sebagai penyebab meningkatnya Islamofobia. Para aktivis hak asasi manusia melaporkan peningkatan global dalam Islamofobia, bias anti-Palestina, dan anti-Semitisme sejak pecahnya perang pada Oktober lalu. Dalam enam bulan pertama tahun 2024, CAIR mengatakan pihaknya menerima 4.951 pengaduan mengenai insiden anti-Muslim dan anti-Palestina, meningkat hampir 70 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2023. Sebagian besar pengaduan masuk dalam kategori imigrasi dan suaka, diskriminasi pekerjaan, diskriminasi pendidikan dan kejahatan rasial, kata CAIR. Pada tahun 2023, CAIR mencatat 8.061 pengaduan, termasuk sekitar 3.600 pengaduan dalam tiga bulan terakhir setelah pecahnya perang. Insiden mendadak di AS dalam sembilan bulan terakhir, termasuk penikaman fatal pada bulan Oktober lalu terhadap seorang anak Palestina-Amerika berusia 6 tahun di Illinois, insiden penikaman pada bulan Februari yang melibatkan seorang pria Palestina-Amerika di Texas, insiden penembakan terhadap tiga pelajar Palestina di Vermont pada bulan November dan upaya menenggelamkan seorang gadis Palestina-Amerika berusia 3 tahun pada bulan Mei. Banyak aksi protes yang dilakukan AS, yang merupakan sekutu utama ‘Israel’, terkait perang di Gaza sejak Oktober. CAIR juga melaporkan tindakan keras yang dilakukan kepolisian dan otoritas universitas terhadap pengunjuk rasa pro-Palestina dan protes perkemahan mereka di kampus. CAIR mengatakan pihaknya mengumpulkan penghitungan tersebut dengan meninjau pernyataan publik dan video serta laporan dari panggilan masyarakat, email dan sistem pengaduan online serta menghubungi individu yang insidennya dilaporkan oleh media.*

Skenario Netanyahu dalam Pembunuhan Ismail Haniyah

Pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyah adalah bentuk kegagalan penjajah ‘Israel’ memenangkan perang dan mengalahkan pejuang HamasOleh: Pizaro Gozali Idrus Hidayatullah.com | KEPALA Biro Politik Hamas Ismail Haniyah gugur usai rudal ‘Israel’ menghantam ruangan tempatnya menginap di Teheran, Iran pada Rabu (31/7/2024). Banyak analisa berkelindan di balik pembunuhan ini yang bermuara pada pertanyaan: Apa motif utama ‘Israel’ membunuh Haniyah di Teheran di tengah upaya gencatan senjata yang masih terus berlangsung. Seperti diketahui usai gagal menaklukan Hamas, Perdana Menteri penjajah Benjamin Netanyahu telah mengatur ulang arah strateginya. Jika sebelumnya Netanyahu fokus melawan Brigade Izzudin AlQassam di Gaza yang gagal dimenangkannya, kini Netanyahu mulai fokus menyasar tokoh-tokoh pemimpin utama Hamas yang tinggal di luar Gaza. Tindakan ini dilakukan Netanyahu untuk menciptakan narasi kemenangan palsu di tengah popularitasnya yang terus merosot. Netanyahu benar-benar dalam posisi sulit karena gagal mencapai tujuan politik untuk memusnahkan Hamas dan menggulingkannya dari kekuasaan di Gaza. Tidak hanya itu, Netanyahu juga gagal membebaskan tawanan ‘Israel’ lewat operasi militer, kecuali hanya beberapa orang, yang semakin meningkatkan tekanannya di dalam negeri. Alih-alih membawa sandera pulang, Netanyahu justru terlibat pada pembantaian mengerikan yang menewaskan lebih dari 40.000 warga Gaza. Oleh karena itu, pembunuhan Haniyah adalah bentuk keputusasaan Netanyahu atas kegagalan militernya menaklukan Hamas dan meningkatnya tekanan internasional. Haniyah dibidik karena dia merupakan mastermind dari gerakan Hamas paska Syeikh Ahmad Yassin dan Dr. Abdul Aziz Rantisi. Pada Mei 2017, Haniyah dipilih oleh Dewan Syura Hamas sebagai pemimpin biro politik untuk menggantikan Khaled Mesy’al, yang telah memegang jabatan tersebut sejak tahun 1995. Departemen Luar Negeri AS mengumumkan pada tanggal 31 Januari 2018 bahwa mereka menambahkan nama Haniyah ke dalam daftar “teroris”. Faktor lainnya adalah merusak kesepakatan gencatan senjata yang telah disusun negara AS, Qatar, dan Mesir. Netanyahu jelas tidak ingin melihat perang ini berakhir. Dia tidak pernah peduli terhadap nasib sandera apakah hidup ataupun mati. Jika perang berakhir tanpa kemenangan yang kadung telah dijanjikan, maka akan ada penyelidikan yang dapat membuatnya dimintai pertanggungjawaban dan digulingkan dari kekuasaan. Keputusasaan Netanyahu pada akhirnya bermuara pada jalan untuk melebarkan perang ke kawasan dan menarik kembali dukungan AS kepada ‘Israel’. Dia jelas tidak ingin diatur oleh kerangka gencatan senjata oleh Biden. Tepukan tangan kongres AS saat Netanyahu adalah pesan kepada Washington dia akan terus mengobarkan perang. Analisa menarik juga disampaikan oleh Direktur Center for Islam and Global Affairs (CIGA) Sami Al Arian. Menurutnya, pembunuhan Haniyah adalah cara penjajah untuk meredupkan pengaruh Biden yang secara politis berkepentingan untuk mengakhiri perang ‘Israel’ di Gaza karena kepentingan pemilu AS, dalam posisi yang sulit. Targetnya adalah memenangkan Partai Republik dalam pertarungan elektoral melawan Partai Demokrat. Biden memang kini dalam situasi yang sangat sulit sebagai imbas dukungan tanpa syaratnya selama ini kepada penjajah. Jika menekan ‘Israel’, Biden harus berhadapan dengan kemarahan kelompok lobi pro-Zionis dan dapat membuat mereka menarik dukungannya di Pemilu. Sementara membantu ‘Israel’ hanya akan membawanya ke dalam perang yang lebih luas dan menggerus elektoralnya di depan para pemilih. Harus dicatat: setelah perang AS membawa bencana di Afghanistan dan Irak, publik Amerika sangat tidak tertarik untuk terlibat dalam perang baru di Timur Tengah. Netanyahu jelas ingin memberikan pesan dukungannya kepada mantan Presiden Donald Trump, sekutu setia yang memberikan ‘Israel’ semua yang diinginkannya selama masa jabatannya, mulai dari memindahkan kedutaan AS ke Yerusalem Baitul Maqdis, perjanjian Abraham Accord, hingga membawa empat negara Arab meneken normalisasi dengan ‘Israel’. Memperluas perang di Timur Tengah, memperpanjang genosida di Gaza, dan menimbulkan ketidakpastian dalam gencatan senajata hanya akan membuat Wakil Presiden Kamala Harris, lebih mungkin dikalahkan dalam pemilu November. Sebab ketidakstabilan di Timur Tengah hanya akan merugikan pemerintahan yang sedang berkuasa dan membuat kerja-kerja petahana tidak efektif.* Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue. Kandidat Ph.D pada Center for Policy Research USM Malaysia. Direktur Eksekutif Baitul Maqdis Institute

Aksi Bela Palestina di 44 Kampus Ternama Amerika Berlanjut

Hidayatullah.com— Ribuan mahasiswa melanjutkan aksi demonstrasi dan gerakan protes mereka di puluhan universitas Amerika, menolak genosida Israel di Jalur Gaza, dan menuntut diakhirinya perang dan dukungan Amerika terhadapnya. Demonstrasi terus berlanjut di sekitar 44 universitas dan perguruan tinggi Amerika meskipun ada kampanye penangkapan yang dilakukan oleh otoritas lokal terhadap mahasiswa dan demonstran yang mendukung mereka dan ancaman dari manajemen kampus untuk melakukan lebih banyak penangkapan jika demonstrasi dan protes terus berlanjut.Various videos ranging from right now to the past few days at CUNY, The City University of New York at their Gaza solidarity encampment that is open to all pro Palestine supporters to show their solidarity with Gaza! In one of the videos it is made clear CUNY are negotiating in pic.twitter.com/1o6RIGpACp— Eye on Palestine (@EyeonPalestine) April 27, 2024Pergerakan mahasiswa Amerika untuk mendukung rakyat Palestina dan perjuangan mereka merebak dari Los Angeles hingga New York, melewati Austin, Boston, Chicago, dan Atlanta, di mana demonstrasi dan protes diorganisir di sejumlah universitas bergengsi di dunia, seperti Harvard, Yale, Columbia, dan Princeton. Para mahasiswa mendirikan lebih banyak tenda di banyak kampus perguruan tinggi untuk menyampaikan aspirasi mereka kepada komunitas lokal dan pengambil keputusan di Washington tentang perlunya intervensi segera untuk menghentikan perang dan mendukung hak-hak Palestina.Mahasiswa di universitas-universitas Amerika berusaha menekan pemerintah Amerika untuk menarik investasi dari negara pendudukan dan perusahaan-perusahaan yang mendukungnya, dan untuk memboikot universitas-universitas ‘Israel’ yang terlibat dalam genosida rakyat Palestina. Hari Kamis, polisi Amerika menangkap profesor dan mahasiswa dari Universitas Emory di Atlanta, Georgia, saat demonstrasi solidaritas dengan Jalur Gaza, di tengah serangan, peluru karet, dan gas air mata. Sebuah video menunjukkan polisi menangkap dan menyerang kepala Departemen Filsafat, Noelle McAfee, dan profesor ekonomi, Caroline Fohlin, di Universitas Emory, setelah mereka berpartisipasi dalam demonstrasi menuntut gencatan senjata segera di Gaza dan diakhirinya dukungan Amerika terhadap penjaah ‘Israel’.Noelle McAfee, the chair of the philosophy department at Emory University in Atlanta, was arrested during a pro-Palestine protest on campus. pic.twitter.com/qv9jkusJnf— Middle East Eye (@MiddleEastEye) April 25, 2024Video tersebut menunjukkan polisi melakukan kekerasan terhadap profesor ekonomi di universitas tersebut dan melemparkannya ke tanah sebelum menangkapnya, saat dia memberi tahu mereka bahwa dia adalah seorang profesor di universitas tersebut. Platform lokal juga menerbitkan sejumlah video yang menunjukkan polisi Atlanta mencoba membubarkan mahasiswa di Universitas Emory dengan peluru karet setelah mereka berdemonstrasi mendukung Palestina dan mengecam genosida di Gaza. Media Amerika melaporkan bahwa petugas polisi menembakkan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan mahasiswa dan dosen yang melakukan protes di Universitas Emory.Dakwah Media BCA - Green.notice-box-green { border: 2px solid #28a745; /* Green border color */ background-color: #d4edda; /* Light green background color */ padding: 15px; margin: 20px; border-radius: 8px; font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */ text-align: center; /* Center the text */ }Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/Violent arrests at Emory University in Georgia, Atlanta in the U.S, with excessive use of force including tasers and pepper spray.In addition to students, a street medic was among those arrested, as well as Noelle McAfee, professor and chair of the department of Philosophy. pic.twitter.com/lW0xkfQxOQ— TIMES OF GAZA (@Timesofgaza) April 25, 2024Sejak tanggal 18 April, gerakan mahasiswa yang mendukung Palestina dan mengecam berlanjutnya dukungan Amerika terhadap Israel telah meningkat di Amerika Serikat setelah Presiden Universitas Columbia Nemat Shafiq memanggil polisi kepada mahasiswa yang mendirikan kamp di kampus universitas untuk memprotes kelanjutan perang di Gaza dan menangkap sekitar 100 orang dari mereka. Demonstrasi ini dimulai minggu lalu di Universitas Columbia di Negara Bagian New York, ketika sekelompok mahasiswa memutuskan untuk mengadakan aksi duduk terbuka di dalam tenda di halaman universitas, mengecam agresi terhadap rakyat Palestina. *

Israel Bunuh Lima Warga Asing Pekerja Kemanusiaan World Central Kitchen di Gaza

Hidayatullah.com – Entitas Zionis Israel membunuh lima warga asing yang bekerja untuk sebuah organisasi bantuan kemanusiaan pada Senin malam. Israel menghantam kendaraan mereka dengan serangan udara di kota Deir al-Balah di pusat Jalur Gaza, kata saksi mata kepada Anadolu (02/04). Kendaraan tersebut milik World Central Kitchen (WCK), sebuah organisasi bantuan Amerika Serikat yang didirikan oleh koki terkenal, Jose Andres. Para korban dipindahkan ke Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di Deir al-Balah. Otoritas lokal di Gaza, pada siaran persnya, mengatakan bahwa Israel menyerang tim bantuan yang terdiri dari warga negara Inggris, Polandia, dan Australia, serta seorang warga Palestina dari Gaza. Foto-foto yang muncul di akun media sosial Palestina menunjukkan paspor warga asing yang terbunuh dalam serangan udara tersebut, termasuk paspor Australia, Polandia, dan Inggris, serta mayat-mayat yang mengenakan kaus WCK.Breaking | An Israeli airstrike targeted a vehicle belonging to The World Central Kitchen organization in Deir al-Balah, killing three foreigners. pic.twitter.com/EYsTbV4RmA— Quds News Network (@QudsNen) April 1, 2024Israel belum memberikan komentar atas insiden tersebut. Penjajah Israel telah melancarkan serangan militer mematikan di Jalur Gaza sejak serangan lintas batas pada 7 Oktober oleh kelompok Palestina Hamas yang menewaskan sekitar 1.200 orang. Lebih dari 32.800 warga Palestina telah terbunuh dan 75.300 lainnya terluka dalam genosida yang dilakukan Israel di Gaza. Entitas Zionis telah memberlakukan blokade ketat di wilayan pantai tersebut, membuat penduduknya, terutama penduduk Gaza utara, berada di ambang kelaparan.Dakwah Media BCA - Green.notice-box-green { border: 2px solid #28a745; /* Green border color */ background-color: #d4edda; /* Light green background color */ padding: 15px; margin: 20px; border-radius: 8px; font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */ text-align: center; /* Center the text */ }Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/Perang Israel telah mendorong 85% penduduk Gaza mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60% infrastruktur daerah kantong tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB. Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ), yang pada hari Kamis meminta Israel untuk berbuat lebih banyak untuk mencegah kelaparan di Gaza.* Baca juga: Dieksekusi ‘Israel’, Ratusan Mayat Palestina Ditemukan di Sekitar RS Al-Shifa

Dieksekusi Israel, Ratusan Mayat Palestina Ditemukan di Sekitar RS Al-Shifa

Hidayatullah.com – Sekitar 300 warga Palestina ditemukan tidak bernyawa di sekitar Rumah Sakit Al-Shifa setelah pasukan Zionis Israel mundur dari daerah tersebut, menurut Quds News Network pada Senin (01/04). Mayat para korban, yang sebagian sudah membusuk, berserakan di halaman, ruangan dan jalan di sekitar RS Al-Shifa. Kompleks yang merupakan fasilitas medis terbesar di seluruh Palestina itu ditinggalkan dalam keadaan hancur. Militer Zionis mengatakan pada hari Senin bahwa pasukannya menewaskan 200 orang dan menangkap 900 orang selama 15 hari serangan militer terhadap rumah sakit tersebut. Pertahanan sipil Gaza menyebutkan jumlah korban tewas sekitar 300 orang. Tentara mengatakan bahwa mereka melakukan serangan tanpa melukai warga sipil dan petugas medis, namun organisasi medis dan saksi mata menolak keras klaim tersebut. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan setidaknya 21 pasien meninggal selama pengepungan. Para penyintas mengatakan kepada Middle East Eye bahwa puluhan warga sipil terbunuh selama pengepungan yang berlangsung selama dua minggu tersebut. “Orang-orang ditembaki dan diserang. Kami adalah warga sipil,” kata seorang pemuda. “Kejadian itu lebih buruk daripada gempa bumi.” “Tidak ada dokter. Beberapa dari mereka terbunuh, beberapa ditangkap. Mereka yang selamat, selamat. Mereka yang meninggal, meninggal. Lima belas hari pengepungan di al-Shifa tanpa apa-apa, tanpa makanan, tanpa air.” Struktur kompleks itu rusak di setiap bangunan, dengan peralatan yang hancur dan dokumen-dokumen berserakan di mana-mana. Di unit bedah khusus, salah satu bangunan terbaru di rumah sakit tersebut, yang tersisa hanyalah tumpukan batu dan logam. Di antara unit-unit yang hancur adalah gedung ginjal dan bersalin, kamar mayat, fasilitas pendingin, serta gedung klinik rawat jalan. Sejumlah mayat, termasuk anak-anak, wanita dan orang tua, memenuhi jalan-jalan di dekat kompleks tersebut. Sumber-sumber medis mengatakan ratusan mayat ditemukan. “Anakku, anakku, anakku tercinta!” teriak seorang wanita sambil menangis sambil memeluk mayat anaknya yang terbungkus kain putih. Penjajah Israel Eksekusi Petugasa Medis Pertahanan sipil Gaza tiba di rumah sakit pada hari Senin untuk memulai operasi pemulihan setelah penarikan mundur Israel. Di luar di halaman, orang-orang menggali kuburan untuk menguburkan para korban tewas yang jasadnya dibiarkan membusuk selama dua minggu terakhir oleh pasukan Zionis. Kantor berita Wafa melaporkan bahwa pemakaman sementara yang telah didirikan di al-Shifa digali oleh pasukan Israel. Mereka kemudian membuang jenazah dari pemakaman ke berbagai area rumah sakit. Bangunan rumah sakit dibakar oleh pasukan Israel selama penyerbuan, dan tim pertahanan sipil tidak diizinkan untuk memadamkannya, menurut Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS).Dakwah Media BCA - Green.notice-box-green { border: 2px solid #28a745; /* Green border color */ background-color: #d4edda; /* Light green background color */ padding: 15px; margin: 20px; border-radius: 8px; font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */ text-align: center; /* Center the text */ }Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/“Situasinya mengerikan, staf medis, beberapa di antaranya dibunuh, yang lain disiksa, yang lain ditahan,” kata Raed al-Nims, juru bicara PRCS, kepada Al-Jazeera. “Menurut laporan saksi mata dan laporan resmi, banyak warga sipil yang dieksekusi. Mereka dibunuh oleh pasukan Israel termasuk staf medis, dokter dan perawat, mereka sengaja dieksekusi oleh tentara Israel. “Kami belum memiliki angka final, tetapi tidak diragukan lagi bahwa banyak yang dibunuh secara langsung oleh tentara Israel atau mati kelaparan.” Baca juga: Imam Palestina Apresiasi Kepedulian Rakyat Indonesia Terhadap Gaza