Tag:
gadget
Hidayatullah.com
Pakar: Gawai Menghambat Masa Perkembangan Anak!
Hidayatullah.com—Dosen Fakultas Kedokteran (FK) UNAIR Dr Mira Irmawati SpA(K) menekankan pentingnya pemantauan orang tua pada dua tahun pertama tumbuh kembang anak.
“Hingga umur 2 tahun, pertumbuhan dan perkembangan anak sangat pesat. Bahkan, otak anak umur 2 tahun sudah mencapai 60 hingga 80 persen seperti otak orang dewasa, “ tutur dokter spesialis anak tersebut di Aula Fakultas Kedokteran Kampus Dharmahusada-A UNAIR belum lama ini.
Adapun pemantauan terhadap pertumbuhan anak meliputi berat dan tinggi badan serta lingkar kepala. Mira menyatakan bahwa panduan pengukuran dan ukuran ideal telah tertera pada Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
Oleh karena itu, ia mengimbau kepada para orang tua untuk senantiasa membaca dan memperhatikan panduan tersebut dalam pemantauan tumbuh kembang anak.
Selain aspek pertumbuhan, orang tua juga perlu melakukan pemantauan terhadap aspek perkembangan anak. Aspek tersebut meliputi kemampuan motorik (tengkurap, duduk, berdiri, berjalan, memegang, dan menulis), kemampuan sosial (mengenali orang dan bergaul), serta kemampuan bicara dan berbahasa (mengoceh, berbicara, bercerita, serta memahami lawan bicara).
Mira mengaku kerap menjumpai orang tua yang mengeluh ketika memiliki anak yang mengalami keterlambatan dalam beberapa aspek perkembangan. Tidak jarang orang tua tersebut kebingungan bahkan berspekulasi buruk terkait penyebab keterlambatan tersebut. Padahal, menurut Mira, seharusnya para orang tua kembali melihat ke akar permasalahannya, yaitu kenormalan pertumbuhan anak.
Mira menjelaskan bahwa perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan. Jika terdapat masalah pada aspek perkembangan, maka sebaiknya orang tua memperhatikan apakah aspek pertumbuhan anak telah terpenuhi seluruhnya.
Oleh karena itu, selanjutnya Mira menekankan pentingnya keseimbangan nutrisi dan stimulasi pada anak.
Stimulasi Perkembangan Anak
Nutrisi mengambil peranan yang sangat penting bagi pertumbuhan anak. Mira menjelaskan bahwa nutrisi mendukung perkembangan fisik seperti pembentukan tulang, otot, dan jaringan tubuh lainnya.
Selain itu, sistem kekebalan tubuh juga memerlukan asupan nutrisi yang cukup untuk melawan penyakit dan infeksi. Di samping itu, nutrisi mempunyai peran utama sebagai pemberi energi agar anak mampu beraktivitas secara maksimal dalam masa perkembangan.
Selain energi, anak memerlukan stimulus untuk berkembang. Umumnya, stimulus berupa rangsangan agar anak mencapai kemampuan-kemampuan dalam aspek perkembangan.
Misalnya, anak memerlukan stimulus berupa komunikasi dua arah untuk merangsang kemampuan sosial dan berbahasa.
Namun, Mira menyayangkan bahwa perkembangan digital telah mengurangi stimulus tersebut dari beberapa orang tua. Dalam mengasuh, beberapa orang tua kerap kali menyodorkan gawai pada anak.Dakwah Media BCA - GreenYuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/“Memang benar, solusi mudahnya, ya, berikan saja handphone sebagai hiburan bagi anak. Pasti anak senang dan tidak rewel. Namun, ingat bahwa handphone itu tidak memberi stimulus apapun karena hanya komunikasi 1 arah. Anak itu justru perlu bermain dan mengobrol bersama bapak ibu,“ tutur Mira prihatin.
Mira menekankan bahaya penggunaan gawai oleh anak karena memperlambat proses perkembangan. Bahkan, ia berpesan untuk tidak memberikan gawai hingga usia 2 tahun. Pada usia 2 hingga 5 tahun, Mira memperbolehkan anak menggunakan gawai dalam waktu yang sangat terbatas, yaitu tidak lebih dari 1 jam per hari.
Dengan membatasi penggunaan gawai, Mira berharap bahwa para orang tua mengisi masa perkembangan dengan kasih sayang dan stimulus yang mendukung keterampilan. Hal tersebut sangat penting untuk mencapai aspek-aspek pertumbuhan dan perkembangan yang menjadi pondasi awal bagi kehidupan anak.*
Hidayatullah.com
Efek Gadget, Banyak Kaum Muda Alami Presbiopia Dini sebelum Tua
Hidayatullah.com— Umumnya rabun tua atau presbiopia (presbyopia) kerap dialami oleh individu yang berusia di atas 40 tahun, namun kini permasalahan tersebut juga ‘menghantui’ generasi muda ketika mata mulai kehilangan kemampuan untuk fokus pada objek jarak dekat.
Dokter mata di KPJ Eye Specialist Center Dr Helen Tan Chen Chen mengatakan, menurut penelitian, gejala yang disebut presbiopia prematur kini bisa dialami oleh 10 hingga 12 persen orang berusia 30-an dan biasanya dimulai pada usia 36 tahun.
Ia mengatakan, umumnya presbiopia terjadi secara alami akibat proses penuaan ketika lensa mata mulai mengeras dan kurang fleksibel sehingga menyebabkan penglihatan jarak dekat menjadi kabur.
Sedangkan untuk presbiopia dini, kata Dr Helen, terjadi karena berbagai faktor antara lain frekuensi penggunaan gadget dan pekerjaan yang memerlukan penglihatan dekat seperti perhiasan, pembuat jam tangan, dan tukang listrik.
“Penggunaan gadget secara rutin menyebabkan penggunaan mata untuk melihat dari dekat, apalagi jika terlalu lama melihat gadget, sehingga penderita akan lebih dini menyadari rabun jauh. Begitu pula dengan orang yang pekerjaannya mengharuskan melihat benda kecil terlalu dekat, ” katanya kepada Bernama.
Selain itu, Dr Helen mengatakan hiperopia, yaitu rabun jauh yang tidak diobati, masalah kesehatan seperti diabetes dan anemia, paparan sinar UV yang berlebihan, serta merokok dan kecanduan alkohol juga merupakan penyebab presbiopia dini.
“Kalau hyperopia misalnya, sejak kecil dia menderita rabun jauh, mungkin tingkat rabun jauhnya di angka 50 dan tidak memakai kacamata, jadi kalau umurnya sudah 36 tahun ke atas, rabun jauhnya semakin terlihat. Itu sebabnya mereka yang rabun perlu memakai kacamata agar matanya lebih cepat tertutup.
“Sinar UV bisa menyebabkan lensa mata menjadi tidak fleksibel, sedangkan diabetes dan anemia memang bisa menyebabkan gangguan penglihatan,” ujarnya.
Namun Dr Helen menolak anggapan bahwa cahaya biru dari layar ponsel, televisi, dan laptop berkontribusi terhadap gejala rabun jauh.
Ia mengatakan paparan cahaya biru dapat menyebabkan sulit tidur karena menghalangi sekresi melatonin, hormon yang mengatur waktu tidur.
Untuk mencegah presbiopia dini, Dr Helen menyarankan masyarakat untuk rutin mengistirahatkan mata saat menggunakan gadget, membaca, atau bekerja dalam jangka waktu lama.
“Istirahatkan mata minimal 20 detik setiap 20 menit dengan melihat objek jauh. Jangan istirahatkan mata selama dua atau tiga jam karena dapat meningkatkan risiko rabun jauh,” ujarnya.
Ia mengatakan pola makan sehat juga penting untuk mengendalikan diabetes dan anemia yang merupakan salah satu penyebab presbiopia dini, selain mengonsumsi makanan tinggi antioksidan seperti wortel, labu kuning, sayuran hijau seperti kangkung dan brokoli serta buah-buahan seperti blueberry dan stroberi.Dakwah Media BCA - Green.notice-box-green {
border: 2px solid #28a745; /* Green border color */
background-color: #d4edda; /* Light green background color */
padding: 15px;
margin: 20px;
border-radius: 8px;
font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */
text-align: center; /* Center the text */
}Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/Untuk menghindari gejala mata lelah akibat presbiopia, Dr Helen mengatakan, selain menggunakan kacamata dan lensa kontak, mereka yang mengalami masalah tersebut juga dapat mencoba perawatan bedah ‘presbyond lasik’.
“Operasi ini dilakukan dengan melakukan koreksi penuh pada mata dominan untuk melihat objek jauh pada satu mata dan pada mata lainnya kita sisakan sedikit tenaga sebesar 150 untuk membantu melihat dalam jarak dekat. Ini disebut monovision,” ujarnya.
“Lasik Presbyond cukup populer saat ini dimana teknologi ini menggunakan kombinasi metode monovision dan spherical aberration pada kornea untuk memperluas fokus penglihatan agar bisa melihat jauh dan dekat,” ujarnya.
Dr Helen juga menyarankan masyarakat untuk melakukan pemeriksaan mata jika mengalami gejala seperti ketegangan mata, kesulitan melihat dalam cahaya redup, dan membaca tulisan kecil.*